by ifid|| 22 September 2024 || || 169 kali
Daerah Istimewa Yogyakarta, Provinsi budaya yang tak pernah lekang oleh waktu, kembali menjadi saksi penting dalam perjalanan sastra Indonesia. Temu Karya Sastra (TKS) 2024, yang diselenggarakan di Sangkring Art Space, Bantul, pada 20-22 September, berhasil menyedot perhatian para pegiat sastra dari berbagai penjuru. Dengan mengusung tema besar “Budaya Jogja Mendunia”, festival ini menjadi momentum untuk menegaskan bahwa sastra tak hanya soal kata, tetapi juga cara melestarikan budaya lokal di tengah arus globalisasi.
Awal Mula: Merajut Asa Lewat Sastra: Persiapan panjang menuju TKS 2024 diawali dengan seleksi ketat terhadap ratusan pendaftar yang ingin berpartisipasi dalam acara ini. Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta, melalui Seksi Bahasa dan Sastra, menyeleksi 75 peserta terbaik untuk dilatih secara intensif dalam tiga genre sastra: puisi, cerpen, dan naskah lakon. Para peserta, yang terdiri dari sastrawan muda dan komunitas sastra Yogyakarta, mengikuti pelatihan yang berlangsung pada 8-11 Juli 2024.
Di balik layar, nama-nama besar seperti Naomi Srikandi, Ikun Sri Kuncoro, Latief Noor Rochmans, hingga Mutia Sukma menjadi motor penggerak yang membimbing para peserta dalam proses kreatif mereka. Hasil dari pelatihan ini bukan hanya karya sastra yang apik, tetapi juga lahirnya sastrawan-sastrawan baru yang siap membawa sastra Jogja ke kancah yang lebih luas.
Tiga Hari yang Penuh Karya dan Inspirasi. Selama tiga hari penuh, Temu Karya Sastra 2024 menyajikan beragam kegiatan yang menggabungkan sastra dengan elemen seni lainnya. Setiap harinya, acara dimulai dengan pameran sastra dari para peserta yang menampilkan hasil karya mereka di hadapan publik. Dari jam 09.00 pagi hingga sore, pengunjung dapat menikmati berbagai karya puisi, cerpen, hingga lakon yang diolah dalam berbagai bentuk media.
Hari Pertama: Jumat, 20 September 2024. Hari pertama dimulai dengan semarak musik dari Yuli ‘Yupi’ Purwati yang mempersembahkan kolaborasi puisi dan musik, diikuti diskusi sastra bersama Kris Budiman, seorang tokoh yang tak asing lagi di dunia sastra. Dalam diskusi bertajuk “Sastra Bulan Purnama: Alih Wahana Sastra, Sastra Masa Depan?”, Kris Budiman membahas bagaimana karya sastra bisa bertransformasi menjadi berbagai medium seperti film, musik, hingga seni visual.
Setelah sesi diskusi, sore hari diisi oleh pembacaan cerpen oleh Cicit Kaswami dan puisi oleh Lisa Sulistyowati yang memukau para hadirin. sebelum pementasan Jampi-jampi, kegiatan TKS 2024 resmi dibuka oleh plh Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Budi Husada, yang membacakan sambutan Kepala Dinas Kebudayaan DIY Dian Lakshmi Pratiwi, Gelaran rangkaian Temu Karya Sastra ‘Daulat Sastra Jogja’ yang terlaksana tahun 2022, telah bertumbuh di tahun 2024 ini, kami Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta terus berupaya memberikan yang terbaik dalam mengawal segala proses demi proses yang terencana.
Dalam membacakan sambutan Budi mengatakan, Temu Karya Sastra ‘Daulat Sastra Jogja’ 2024 yang mengusung tema Budaya Jogja Mendunia dengan semangat "Membangun Imaji Antargenerasi dengan Berbasis Komunitas". Hal ini menjadi wujud syukur bahwa Yogyakarta mempunyai generasi baru dalam bidang sastra. Kami meyakini bahwa estafet sastra di Jogja akan terus dapat bergaung jika kita dapat terus berupaya dan berusaha bergandengan tangan untuk tetap bisa menggeliatkan Sastra Jogja sampai mendunia.
“Pelatihan penulisan karya sastra (puisi, cerpen, dan naskah lakon) dengan para narasumber tervalidasi dapat melahirkan generasi muda Jogja yang pandai dalam bersastra. Para peserta yang lolos seleksi berasal dari komunitas atau sanggar sastra yang ada di DIY. Hal ini dipilih dengan harapan para peserta dari komunitas atau sanggar yang telah berhak menjadi peserta dapat menjadi mata rantai pergerakan Sastra Jogja yang terus bertumbuh. Ada keberhasilan dari tahun 2023 melahirkan satu komunitas komunitas yang bernama Sanggar Sastra Wiwitan (Sanggar Sawit), Samudra (Sembada muda bersastra) dan Sanggar Sastra Play On. Lalu, pada tahun ini, yaitu Kuncup Mekar, yang menjadi wadah para alumni Temu Karya Sastra. Karya Sastra juga melahirkan Kegiatan ini dilaksanakan pada Senin—Kamis, 8—11 Juli 2024 berlokasi di WestLake Resort dengan sistem camping writer”. ujar Budi
Tidak hanya itu, Perlombaan karya sastra (puisi, cerpen, dan naskah lakon) dengan para juri yang profesional untuk dapat memilih karya yang layak dan berkualitas. Kegiatan ini dilaksanakan selama bulan September 2024 secara daring. Pemenang perlombaan sudah diumumkan hari ini, Jumat, 20 September 2024, di tempat ini, Sangkring Art Gallery, sebelum pementasan hari pertama dilaksanakan. Antologi karya (puisi, cerpen, dan naskah lakon) berdasarkan karya yang tercipta dari pelatihan dengan sistem camping dengan para editor yang andal menjadikan buku antologi karya jauh lebih menarik dan baik dinikmati khalayak luas. Pameran buku, karya, dan UMKM oleh tim untuk mengakomodasi karya yang sudah dilahirkan, baik oleh peserta, narasumber, juri, dan seluruh tim. Pementasan, mulai dari pemilihan naskah oleh narasumber, ekranisasi naskah oleh sutradara tervalidasi, penata artistik, penata busana, penata rias, penata musik, dan tim, casting aktor, latihan pementasan, dan sampai hari ini dan dua hari kedepan menjadi puncak dari segala proses yang sudah dilalui sejak pertengahan tahun.
“Harapanya dengan adanya Temu Karya Sastra 2024 dapat memberikan semangat dalam berkarya dan menjadikan sastra semakin membaik dan mendunia. Tetap semangat dalam melalui proses selanjutnya, baik dalam komunitas, maupun masyarakat luas, dengan baik, militan, dan maksimal. Dalam pementasan ini, mari tunjukkan semua bekal dan bakat yang peserta miliki untuk berbagi, dalam rupa tertulis (buku) dengan mengikutsertakan karya di pameran dan juga tertampil dengan wujud pementasan. Kami dari Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta akan selalu berkomitmen untuk selalu mengawal estafet karya dan sastrawan Jogja. Semoga seluruh rangkaian kegiatan ini dapat mempererat komunikasi antar generasi sastra di DIY, sehingga cita-cita kita menjadikan sastra Jogja SMANTEN Anjayeng Bawana bisa sungguh-sungguh hadir dan berlanjut”. Pungkasnya
Puncak acara hari pertama ditutup dengan pementasan lakon “Jampi-jampi” karya Nunung Deni Puspitasari, yang disusul dengan pentas musik sastra “Selamat Sampai Tujuan”, memberikan sentuhan magis pada akhir hari.
Hari Kedua: Sabtu, 21 September 2024. Suasana semakin hangat pada hari kedua. Joshua Igo membuka hari dengan penampilan musik yang penuh semangat. Diikuti peluncuran buku dan diskusi sastra bersama Wawan Arif dan Joana Zettira yang membahas peluang penerbitan karya sastra di era digital.
Hari kedua ini juga menjadi panggung bagi Bey Saptama yang membacakan cerpennya di sore hari. Pementasan lakon “The MYTH” oleh Anes Prabu menjadi sajian utama sore itu, ditutup dengan musik sastra “Kepal SPI” yang membuat para penonton tak ingin beranjak pulang.
Hari Ketiga: Minggu, 22 September 2024. Hari terakhir tak kalah meriah. Ananta Mark membuka pertunjukan musik siang hari, diikuti diskusi menarik bersama Soesilo Toer yang membahas komunitas ‘PATABA’ Blora, serta sesi manajemen taman bacaan bersama Ana Ratri. Pembacaan cerpen oleh Ida Fitri semakin memperkaya suasana, dan penampilan lakon “VIRAL” karya Rodi Martono menjadi penutup pementasan sastra di festival ini. Sebagai penutup, pentas musik sastra “Teman Tumbuh” menghantarkan pesan bahwa sastra dan seni selalu tumbuh berdampingan, menyentuh hati setiap penikmatnya.
Antologi Karya: Buah Manis dari Pelatihan: Tidak hanya sekedar berlatih dan tampil, para peserta TKS 2024 juga menciptakan karya yang dikemas dalam antologi puisi, cerpen, dan naskah lakon. Karya-karya tersebut akan menjadi bagian dari lomba sastra yang diikuti oleh berbagai peserta dari luar acara. Dewan juri yang terdiri dari nama-nama besar seperti Ken Terate, Eko Triono, Krisna Mihardja, dan Ons Untoro akan memilih karya terbaik dari kategori puisi, cerpen, dan lakon, dengan hadiah yang tentunya memotivasi para penulis muda untuk terus berkarya.
Merangkai Masa Depan Sastra Yogyakarta. Temu Karya Sastra 2024 bukan hanya festival yang merayakan karya sastra, tetapi juga sebuah ruang untuk memperkuat jaringan komunitas sastra di Yogyakarta. Sebagaimana disampaikan oleh pengarah acara, Tedi Kusyairi, “Temu Karya Sastra ini adalah upaya berkelanjutan untuk memupuk bakat-bakat muda, melestarikan budaya lokal, dan memperkenalkan sastra Yogyakarta ke dunia internasional.”
Dengan tema “Budaya Jogja Mendunia”, TKS 2024 berhasil mengukuhkan dirinya sebagai ajang yang tak hanya memamerkan karya, tetapi juga tempat untuk berbagi pengetahuan, memperkaya kreativitas, dan tentu saja, melestarikan budaya. Di tengah kemajuan teknologi dan perubahan zaman, sastra tetap menjadi jembatan penghubung antara masa lalu, masa kini, dan masa depan.
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 12 September 2022
Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...