by ifid|| 23 September 2024 || || 49 kali
Jalan DI Panjaitan menjadi saksi helatan Jogja World Heritage Festival (JWHF) 2024 yang digelar selama dua hari yaitu pada tanggal 21-22 September 2024. Masyarakat terlihat berbondong-bondong menyaksikan JWHF dengan penuh riang dan gembira. Festival yang digelar sebagai peringatan satu tahun ditetapkannya Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan budaya dunia ini, melibatkan dan memberdayakan masyarakat di sekitar kawasan. Hal ini terlihat betapa antusiasnya masyarakat sekitar yang datang dan menyaksikan peristiwa bersejarah ini.
JWHF 2024 genap satu tahun ditetapkannya Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan budaya dunia, Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY melalui Balai Pengelolaan Kawasan Sumbu Filosofis menyelenggarakan kegiatan Jogja World Heritage Festival (JWHF) 2024 dengan tema Sangkaning Dumadi dalam Sub Tema “Gebayanan”.
Jogja World Heritage Festival 2024 bukanlah sekadar perayaan, melainkan menjadi momentum kebangkitan. Momentum, dimana rakyat menghidupkan kembali nilai-nilai luhur Sumbu Filosofi sebagai warisan dunia, yang telah ditetapkan oleh UNESCO pada 24 September 2023 lalu.
Hal tersebut disampaikan oleh Plt. Asisten Setda DIY Bidang Pemerintahan dan Administrasi Umum, Amin Purwani, saat membacakan sambutan Gubernur DIY pada acara Pembukaan Jogja World Heritage Festival di depan Plengkung Gading, Jalan D.I. Panjaitan, Mantrijeron, Yogyakarta, pada Sabtu (21/09).
Pada pembukaan festival ini, Amin mengajak semua masyarakat yang hadir untuk bersama-sama mengembangkan warisan budaya. Hal ini dilakukan agar dapat memberikan kesempatan ekonomi yang nyata, membuka pintu-pintu baru bagi generasi muda, dan memberdayakan seluruh komunitas.
“Kita adalah penjaga dan penerus kebudayaan yang tak ternilai ini, agar Yogyakarta terus berkembang dalam fondasi kemanusiaan, di mana budaya tumbuh subur bersama teknologi, untuk mengangkat kesejahteraan. Kita adalah generasi yang ditakdirkan untuk membawa nilai-nilai Sumbu Filosofi ke panggung dunia,” ucapnya. Karena itu, sudah semestinya rakyat menjadikan Yogyakarta sebagai pusat kebudayaan progresif, dimana pelestarian budaya berjalan seiring dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Amin juga menambahkan, jika misi diatas dapat dijalankan, maka Sumbu Filosofi akan terus berdenyut. Tidak hanya sebagai simbol spiritual, tetapi juga sebagai sumber kekuatan dan kemajuan bagi masyarakat, melalui "Jogja World Heritage Festival 2024” sebagai salah satu perantaranya.
Sementara, Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Dian Lakshmi Pratiwi dalam laporannya menyampaikan, subtema “Gebayanan” diambil dari tempat penyelenggaraan di kawasan jalan D.I. Panjaitan, Kemantren Mantrijeron, Kota Yogyakarta. Sub tema Sangkaning Dumadi merupakan bagian dari filosofi Sangkan Paraning Dumadi. Sangkaning Dumadi yang mengandung makna awal dari kehidupan.
Dian menjelaskan, Sumbu Filosofi sebagai situs warisan dunia UNESCO, yang secara resmi sertifikatnya diterima pada tanggal 24 September 2023. Sehingga, pelaksanaan festival di tanggal 21 dan 22 September, menjadi bagian dari perayaan 1 tahun ditetapkannya Sumbu Filosofi sebagai warisan budaya dunia.
Dalam rangka implementasi terhadap pengelolaan Kawasan Sumbu Filosofi Yogyakarta, festival tersebut digelar sebagai bagian untuk mengedukasi masyarakat, mengelola dan mengembangkan tentang pentingnya menjaga warisan-warisan budaya, baik benda maupun tak benda. Selain itu juga untuk memberdayakan dan membangun kesadaran seluruh stakeholder, pelaku-pelaku kebudayaan yang ada di DIY khususnya.
Selain itu, Dian juga menyampaikan beberapa rangkaian kegiatan yang sudah dilaksanakan mulai dari pagi hari. Pertama adalah bakti sosial, yaitu kegiatan resik di kawasan Sumbu Filosofi mulai dari Tugu Pal putih sampai dengan Panggung Krapyak sejak pukul 8 pagi. Kegiatan ini dilaksanakan oleh kelompok kerja teknis pengelola yaitu, 9 kemantren dan kapanewon, serta 20 Kelurahan dan kalurahan, yang tergabung dalam komando badan pengelola Kelompok kerja teknis pengelola kawasan Sumbu Filosofi.
Dilanjutkan pada sore hari, yaitu kirab budaya yang menggambarkan gunungan laki-laki dan perempuan, memaknai terjadinya awal mula kehidupan pada segmen Gebayanan, yaitu Sangkan Dumadi. Bazar UMKM dan UKM yang secara tematik terdiri dari kraft, kuliner tradisional dan kekinian, yang berlangsung selama dua hari (21-22) September. Gelar potensi basar UMKM diikuti sebanyak 55 tenda, dengan peserta dari perwakilan masing-masing wilayah di kawasan Sumbu Filosofi.
Pada kesempatan yang sama, dilaksanakan pula penyerahan bibit tanaman vegetasi bagi para pemangku wilayah di kawasan Sumbu Filosofi. Bibit tanaman vegetasi tersebut diberikan kepada 8 Mantri dan 1 Panewu yaitu, Mantri Jetis, Mantri Gondomanan, Mantri Keraton, Mantri Gedongtengen, Mantri Danurejan, Mantri Mantrijeron, Mantri Mergangsan, Mantri Ngampilan, dan Panewu Sewon.
“Vegetasi ini adalah vegetasi penanda, filosofi tahapan-tahapan kehidupan manusia mulai dari lahir sampai dengan dewasa,” jelas Dian. Adapun jenis tanaman vegetasi yang diberikan adalah vegetasi yang ada di wilayah Kawasan Sumbu Filosofi yaitu, Gayam (yang bermakna ayem), Tanjung (disanjung), Kweni (berani), Kepel (bersatu), Sawo Kecik (serba baik), Asem (kesengsem) dan Jambu Dersono (cinta kasih).
Talkshow gelar potensi seni dan budaya serta amazing race turut memeriahkan JWHF. Amazing Race ini adalah suatu agenda berwisata dan juga berkompetisi, dimana dengan bersepeda melakukan perlombaan untuk lebih mendalami nilai-nilai dan makna dari kawasan sumbu filosofi.
Amazing race akan dilaksanakan pada Minggu (22/09) pukul 08.00 WIB hingga 11.00 WIB siang, yang diikuti kurang lebih 200 peserta dalam kelompok, yang akan mengelilingi 9 Kampung wisata di kawasan Sumbu Filosofi, yang ditantang untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, terkait dengan pengetahuan dan informasi tentang Sumbu Filosofi. Dian mengatakan, bahwa panitia sudah menyiapkan hadiah total senilai 36 juta rupiah untuk kelompok terbaik.
Amazing race yang dilaksanakan pada Minggu (22/09) pukul 08.00 WIB hingga 11.00 WIB siang, yang diikuti kurang lebih 200 peserta dalam kelompok, yang akan mengelilingi 9 Kampung wisata di kawasan Sumbu Filosofi, dimulai dari garis start di SMP 6 Yogyakarta, dibuka oleh Kepala Dinas Kebudayaan DIY DIan Lakshmi Pratiwi, Kepala BPKFS Ariyanto Hendro, serta Staf Balai, dengan suasana sangat hangat dan sejuk. Ada dua rute yang harus dilewati peserta yaitu rute barat dan rute timur, semua peserta nantinya akan finis di jalan DI Panjaitan, Mantrijeron, Yogyakarta. selain itu peserta ditantang untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, Penutupan Kegiatan ini dimeriahkan oleh guestar yang sudah terkenal di kalangan generasi Z yaitu Demari D. Suasana makin ramai dan meriah hingga kegiatan usai pukul 22.30 WIB.
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 12 September 2022
Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...