Bantul "Umpak Buka": FKY-2024

by ifid|| 03 Oktober 2024 || || 121 kali

...

Sejak Berganti nama menjadi Festival Kebudayaan Yogyakarta di tahun 2019, FKY terus ber rebranding dengan isu-isu kebudayaan yang ada di Yogyakarta. Tahun lalu FKY telah sukses adakan di Wates, Kulon Progo dengan tema “Ketahanan Pangan,”, tahun ini akan hadir di Kabupaten Bantul dengan Tema “Umpa Buka”. Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) adalah festival besar yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kebudayaan) DIY, dan selalu menjadi salah satu event paling dinantikan setiap tahunnya. Tahun ini, FKY akan dilaksanakan di Kabupaten Bantul, tepatnya di Lapangan Bawuran, Kelurahan Bawuran, Kapanewon Pleret sebagai lokasi utama, dengan adanya kegiatan FKY di Bawuran, Pleret, mengajak pengunjung dan warga sekitar untuk menjelajahi serta merasakan kebudayaan benda dan situs bersejarah yang ada di berbagai daerah di Kabupaten Bantul.

Untuk memastikan kelancaran Kegiatan Festival Kebudayaan Yogyakarta, diadakannya sebuah press conference. kegiatan ini dihadiri oleh berbagai media dan bertujuan untuk menyampaikan informasi penting serta menjelaskan berbagai rangkaian kegiatan yang akan berlangsung selama festival. Melalui pertemuan ini, diharapkan semua pihak dapat memahami lebih dalam mengenai festival dan turut berkontribusi dalam menyebarluaskan informasi kepada masyarakat. Dalam acara press conference ini, hadir tiga narasumber, yaitu Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kebudayaan) Dian Lakshmi Pratiwi, Bambang Ekoloyo Butet Kartaredjasa, dan Basundara Murba Anggana.

 

Tema “Umpak Buka” akan menggambarkan lanskap pemikiran dan praktik kehidupan manusia Jawa mengenai makna fondasi melalui refleksi atas ke-benda-an. Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kebudayaan) DIY, Ibu Dian Lakshmi Pratiwi, berharap pola yang disiapkan oleh FKY dapat memberikan perjalanan bagi manusia untuk memahami sejarah melalui objek-objek tersebut. Ia juga menekankan bahwa festival ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan, baik secara material maupun imaterial, melalui penguatan sistem kebudayaan yang ada.

Festival Kebudayaan Yogyakarta akan diselenggarakan selama 8 hari, mulai dari 10 hingga 18 Oktober 2024. Dengan tema “Umpak Buka,” festival ini akan mengeksplorasi pandangan dan praktik kehidupan masyarakat Jawa tentang makna fondasi, melalui refleksi terhadap objek-objek fisik. Umpak, sebagai objek penting, berfungsi sebagai fondasi yang menopang saka guru, yang merupakan tiang utama dalam arsitektur tradisional Jawa. Umpak dipandang sebagai dasar fundamental yang mencakup landasan, prinsip, aturan, dan ketentuan. Dengan demikian, umpak berfungsi sebagai titik pijak sekaligus sebagai awal dari pembentukan ruang. 

Butet ingin menekankan pentingnya rebranding Festival Kesenian menjadi Festival Kebudayaan. “Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) tahun ini mengangkat tema 'Benda,' yang berfokus pada cara kita mengkomunikasikan festival. Dengan mengubah Festival Kesenian menjadi Festival Kebudayaan, kita menegaskan bahwa kesenian hanyalah bagian kecil dari kebudayaan yang lebih luas.” ujar Butet.

"Umpak Buka" akan menghadirkan pengalaman yang berbeda. Alih-alih menempatkan benda-benda dan momen seperti artefak yang dipajang di museum modern, di mana pengetahuan cenderung menjadi statis, acara ini justru akan menghidupkan benda-benda tersebut. Setiap objek akan diolah menjadi narasi yang dinamis, penuh dengan pengetahuan yang terus berkembang. Benda-benda itu menyimpan memori kolektif, berfungsi sebagai arsip hidup dan catatan sejarah yang mengalir dalam realitas waktu. Dengan demikian, kita akan merasakan keterhubungan antara masa lalu dan masa kini, seolah-olah kisah yang mereka bawa dapat mengajak kita menyusuri perjalanan waktu.

Pada tanggal 10 Oktober 2024, Festival Kebudayaan Yogyakarta 2024 akan resmi dibuka dengan serangkaian acara yang spektakuler, termasuk Pawai Pusaka, Flashmob, Jamasan Pusaka Warga, dan penampilan dari Yogyakarta Royal Orchestra. Dalam momen bersejarah ini, festival siap menghadirkan sesuatu yang istimewa melalui peluncuran program utama yang dinamakan “Jelajah Budaya.” Program ini dirancang untuk memberikan pengalaman artistik yang mendalam, memungkinkan para pengunjung untuk menjelajahi bagaimana benda-benda material dapat berfungsi sebagai arsip hidup. Di sinilah, setiap benda tidak hanya menjadi objek, tetapi juga merekam sejarah, identitas, dan perjuangan kelompok-kelompok dalam masyarakat.

Festival Kebudayaan Yogyakarta 2024 akan menghadirkan sebuah pameran yang menarik, bertajuk “Azimat-Siasat.” Pameran ini memadukan dua unsur penting, yaitu seni rupa dan sastra. Di bagian seni rupa, pengunjung akan disuguhi karya-karya seni yang berusaha menerjemahkan tema besar “Benda.” Setiap karya akan menggambarkan dua sisi yaitu di satu sisi, terdapat objektivitas, yaitu benda-benda budaya yang memiliki bentuk yang nyata. Namun, di sisi lain, terdapat subjektivitas yang melekat pada manusia, menceritakan bagaimana benda-benda ini memiliki hubungan dengan kehidupan manusia. Sementara itu, dalam aspek sastra, pameran ini akan menampilkan perjalanan sastra Yogyakarta dari masa kemerdekaan hingga saat ini. Melalui arsip dan artefak yang ditampilkan, pengunjung akan diajak untuk menyelami linimasa yang kaya akan cerita dan makna.

Festival Kebudayaan Yogyakarta 2024 tidak hanya menampilkan pertunjukan budaya dan seni, tetapi juga menghadirkan tiga kompetisi yang menarik dan menantang. Yang pertama adalah Kompetisi Rakitswara, sebuah lomba yang mengajak peserta untuk merancang instrumen musik baru atau memperbarui yang lama dengan mengolah tema "Benda". Melalui kompetisi ini, kreativitas dalam menciptakan alat musik baru akan diuji, menggabungkan tradisi dan inovasi.

Selanjutnya, ada Gladhen Jemparingan, sebuah kompetisi panahan tradisional. Olahraga khas ini akan dihidupkan kembali, tidak hanya sebagai ajang pertandingan, tetapi juga sebagai pameran budaya yang kaya makna. Peserta akan beradu keterampilan dalam memanah dengan penuh konsentrasi, menghidupkan kembali semangat dari olahraga kuno yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Dan terakhir, ada Kompetisi Mural dari Rakyat, di mana seni jalanan akan mengambil alih berbagai sudut di wilayah DIY. Berbagai dinding akan dipenuhi dengan karya seni mural yang mengekspresikan ide-ide kreatif dari masyarakat, menjadikan kota sebagai kanvas hidup.

 

Ang menjelaskan bahwa banyak anak muda yang terlibat dalam Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2024. "Semua agenda dan program di FKY 2024 secara aktif melibatkan anak muda. Misalnya, kerja sama dengan Pramuka yang melibatkan siswa-siswa SMA, menunjukkan bahwa generasi muda berperan penting dalam festival ini. Banyak anak muda yang terlibat dalam berbagai kegiatan, memberi mereka kesempatan untuk mendalami dan memahami kebudayaan secara langsung," ujar Ang. Menurutnya, melalui partisipasi ini, FKY berupaya menumbuhkan minat dan kepedulian generasi muda terhadap pelestarian budaya.

Dalam upaya mengurangi dampak lingkungan dari potensi sampah yang dihasilkan selama Festival Kebudayaan Yogyakarta 2024, FKY telah menyiapkan strategi yang cermat. Sepanjang penyelenggaraan, pengunjung akan disuguhi fasilitas pemilahan sampah yang tersedia di berbagai titik. Ini bukan sekadar layanan, tetapi sebuah langkah penting untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mengelola sampah dari langkah paling awal memilahnya sendiri.

Setiap sampah yang terkumpul di FKY tidak akan dibiarkan begitu saja. Sampah-sampah ini akan dipilah secara ketat dan langsung didistribusikan ke mitra pengolahan sampah. Melalui para mitra, sampah-sampah tersebut akan didaur ulang dan diolah kembali, memberikan nilai baru bagi benda-benda yang tadinya dianggap tak berguna. Baik itu sampah organik, non-organik, anorganik, maupun residu, semuanya akan dimanfaatkan sehingga tidak ada yang berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Dengan langkah ini, FKY 2024 berupaya menunjukkan bahwa festival budaya juga bisa berjalan seiring dengan kepedulian terhadap lingkungan.

Berita Terpopuler


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Laksamana Malahayati Perempuan Pejuang yang berasal dari Kesultaan Aceh.

by museum || 12 September 2022

Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...



Berita Terkait


...
Inilah Sabda Tama Sultan HB X

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...


...
Permasalahan Pakualaman Juga Persoalan Kraton

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...


...
PENTAS TEATER 'GUNDALA GAWAT'

by admin || 18 Juni 2013

"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta