Bedah Film- “2B”, Hingga “Boncengan” Membius Peserta FFPJ 2024

by ifid|| 04 Oktober 2024 || || 76 kali

...

Bedah Karya Film di ajang Festival Film Pelajar Jogja XV 2024 akan menampilkan diskusi mendalam tentang karya-karya sutradara film profesional, termasuk Senoaji Julius dari Hompimpa Sinema Nusantara. Dalam acara ini, Heri Nugroho, M.Sn., dosen Film di FSMR ISI Yogyakarta, akan berperan sebagai pembedah karya. Senoaji Julius, selain hadir sebagai sutradara, juga akan berbagi tentang perjalanan panjang dan pengalamannya selama berkecimpung di dunia perfilman, memberikan wawasan yang berharga bagi para peserta.

Kegiatan ini diselenggarakan pada tanggal 4 Oktober 2024, sebagai bagian dari rangkaian acara sebelum puncak pembukaan Festival Film Pelajar Jogja XV. Bertempat di Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta, yang berlokasi di Jl. Ringroad Barat, Dowangan, Banyuraden, Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. acara ini turut dihadiri oleh sejumlah pelajar SMA dari berbagai sekolah  Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekolah dari luar DIY.

Para peserta kegiatan ini diajak menonton bersama empat film pendek karya Senoaji Julius. Selama pemutaran film, suasana penuh keakraban tercipta ketika para peserta tertawa bersama menyaksikan adegan-adegan yang menghibur. Film pertama, berjudul "Boncengan," mengisahkan perjuangan seorang anak Sekolah Dasar yang ikut dalam lomba lari demi memenangkan hadiah utama, yaitu sebuah sepeda. Film kedua, berjudul "Ciplukan," membawa penonton pada kisah sekelompok anak-anak yang mencari tumbuhan Ciplukan untuk diberikan kepada Gatot Kaca, tokoh pewayangan yang dalam cerita ini digambarkan sedang menderita penyakit asam urat. 

Film ketiga, berjudul "2B" mengisahkan persahabatan tiga sekawan, Martha, Imam, dan Kartini, yang awalnya akrab namun kemudian terlibat dalam sebuah perselisihan kecil. Di tengah konflik mereka, guru mereka menyuruh mereka untuk membeli pensil. Perjalanan untuk membeli pensil tersebut menjadi petualangan tersendiri. Film terakhir, berjudul "Praja Muda Kirana," mengisahkan tentang tiga anak pramuka bernama Praja, Muda, dan Kirana, yang masing-masing memiliki permasalahan pribadi. Dalam cerita ini, mereka bertiga berkumpul dan berdiskusi untuk mencari cara mengatasi permasalahan yang mereka hadapi. Melalui kebersamaan, mereka saling berbagi cerita, mendengarkan, dan bersama-sama menemukan solusi untuk membantu satu sama lain.

Setelah para penonton diajak tertawa bersama menyaksikan empat film pendek yang menghibur, tibalah saat yang dinantikan, yaitu sesi bincang-bincang bersama Senoaji Julius dan Heri Nugroho. Senoaji Julius menceritakan awal mula inspirasinya membuat film anak, yang ternyata berawal dari perbincangan sederhana dengan keponakannya yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Dari perbincangan sederhana dengan keponakannya, lahirlah karya film pendek berjudul "Boncengan”, film ini dipersembahkan oleh Senoaji Julius khusus untuk keponakannya.

Senoaji Julius menceritakan tentang anggaran pembuatan film "Boncengan" yang dibuat pada tahun 2012. "Anggarannya 5 juta. Waktu itu, umumnya teman-teman membuat film pendek juga dengan budget di atas 5 juta, tapi 5 juta itu habis buat makan sama bensin," ujar Seno sambil tersenyum. Senoaji Julius melanjutkan ceritanya tentang bagaimana ia mengelola anggaran 5 juta untuk produksi film "Boncengan." "Ya, 5 juta itu gimana ngelolanya, ya gitu," katanya sambil tertawa. 

Ia juga menjelaskan bahwa tidak semua orang yang diajak terlibat bersedia, terutama karena keterbatasan anggaran yang membuat mereka tidak bisa mendapatkan honor. "Ada teman-teman yang bilang, 'Wah, nggak bisa kalau nggak ada honornya,' ya sudah, jangan dipaksa," ungkapnya. Namun, Seno menambahkan bahwa selalu ada orang-orang yang ingin terlibat meskipun tanpa bayaran, terutama mereka yang ingin membangun portofolio di bidang perfilman. "Ada teman-teman yang belum punya portofolio sebagai kameramen atau di posisi lain. Nah, mereka saya ajak, dan pasti mereka mau terlibat," jelasnya.

Senoaji Julius melanjutkan penjelasannya tentang pentingnya kerja sama dalam produksi film "Boncengan." Ia mengatakan, "Jadi, kami lebih banyak mengandalkan kerja sama. Kalau dihitung secara rupiah, mungkin nilainya sekitar 100 juta. Tapi, uang yang sebenarnya berputar hanya 5 juta." Ia menggambarkan bagaimana kolaborasi dan dukungan dari teman-temannya menjadi kunci keberhasilan proyek ini.

Seno juga menyoroti adanya "penanda zaman" dalam setiap film yang ia buat, termasuk film "Boncengan." Ia menyebutkan bahwa penanda zamannya untuk film ini adalah lagu "Iwak Peyek." "Itulah sebabnya saat penutupan, saya pakai 'Iwak Peyek.' Saya selalu menyertakan penanda di setiap film yang menunjukkan zaman atau waktu kapan film itu dibuat. Mungkin kalau tahun pastinya saya lupa," jelas Seno.

Heri selaku dosen Film di FSMR ISI Yogyakarta menyampaikan bahwa setiap karya seni adalah cerminan dari pikiran dan latar belakang senimannya terbentuk dari pengalaman hidup, wawasan, serta berbagai pengaruh lain. Seniman seringkali mengambil inspirasi dari hal-hal kecil yang ada di sekitar mereka, yang mungkin tampak sepele bagi orang lain. Namun, ketika diangkat dan diolah melalui perspektif kreatif, hal-hal kecil tersebut dapat berkembang menjadi karya seni yang besar dan bermakna.

Dari keempat film yang sudah ditampilkan, Heri Nugroho, sang pembedah karya, tertarik pada satu judul secara khusus. “salah satu karya yang kemudian mencuri perhatian saya adalah 2B dari judulnya sudah unik. Karena saya memiliki latar belakang visual ya, di film saya seorang penata artistik, kemudian 2B itu adalah judul yang diambil dari satu properties penting yang ada di dalam film itu” ujar Heri.  Ia merasa bahwa film tersebut memiliki keunikan tersendiri, baik dari segi narasi maupun visual. “Konflik yang ada di dalam film itu adalah berasal berapa dari 2B yang kemudian menceritakan dan mengandung beberapa pesan moral yang bisa diambil oleh penontonnya yang menentang 2B ini adalah latar belakang SD” lanjut Heri.

Senoaji Julius menjelaskan alasan di balik ketertarikannya membuat film anak-anak. Awalnya, keponakannya yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar menjadi inspirasi utama. Dari sana, ia merasa semakin terpacu untuk terus berkarya di genre tersebut. "Ketagihan itu seperti ini," ujarnya sambil tersenyum. "Ketika film saya ditonton, teman-teman terus bertanya, 'Jadi bikin apa lagi?' Seolah-olah saya dituntut tanggung jawab untuk membuat karya baru." 

Senoaji Julius berbagi perasaan campur aduk ketika menyebutkan fakta yang ia temukan dalam sebuah jurnal dari dosen Atma Jaya. "Yang menyedihkan, dalam jurnal tersebut saya disebut sebagai sutradara dengan jumlah film anak-anak terbanyak, padahal hanya ada 5," ujarnya. Meskipun merasa bangga telah berkarya di dunia film anak-anak, kenyataan bahwa hanya lima film cukup untuk membuatnya dianggap sebagai yang terbanyak menunjukkan betapa kurangnya produksi film anak-anak di Indonesia. 

Para peserta sangat menikmati perbincangan dalam forum ini, terutama karena pembawaan dua narasumber, Senoaji Julius dan Heri Nugroho, yang sangat asik dan interaktif. Keduanya mampu menciptakan suasana yang hangat dan penuh keakraban, membuat diskusi terasa ringan namun tetap penuh wawasan. Peserta merasa nyaman untuk bertanya dan berbagi pandangan, sementara kedua narasumber dengan santai menjelaskan berbagai proses kreatif dan gagasan di balik film-film yang telah diputar. Keterampilan mereka dalam membawakan materi membuat diskusi berjalan lancar dan menarik.

Pada sesi terakhir kegiatan ini, suasana semakin hangat dengan adanya sesi tanya jawab yang dipandu oleh pembawa acara. Peserta diajak berpartisipasi dengan menjawab pertanyaan seputar film yang telah ditampilkan. Pertanyaannya cukup menantang, karena hanya mereka yang menyaksikan film dengan teliti yang mampu menjawab dengan tepat. Sebagai bentuk apresiasi, peserta yang berhasil menjawab pertanyaan dengan benar diberikan hadiah berupa saldo Gopay, yang tentu saja menambah semangat dan antusiasme mereka selama acara berlangsung. (Sherina/fit)

Berita Terpopuler


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Laksamana Malahayati Perempuan Pejuang yang berasal dari Kesultaan Aceh.

by museum || 12 September 2022

Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...



Berita Terkait


...
Inilah Sabda Tama Sultan HB X

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...


...
Permasalahan Pakualaman Juga Persoalan Kraton

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...


...
PENTAS TEATER 'GUNDALA GAWAT'

by admin || 18 Juni 2013

"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta