by ifid|| 09 Oktober 2024 || || 213 kali
Festival Film Pelajar Jogja (FFPJ) kembali diselenggarakan untuk yang ke-15 di tahun 2024. FFPJ mengangkat tema ‘Tepa Salira’. Kata Tepa Salira menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah dapat merasakan (menjaga) perasaan (beban pikiran) orang lain, sehingga tidak menyinggung perasaan atau dapat meringankan beban orang lain. Arti lainnya adalah tenggang rasa dan toleransi.
Tepa Salira penting untuk terus digaungkan, dipraktikkan dan dirawat dalam berbagai kesempatan. Sifat tepa salira, tenggang rasa, toleran dan semacamnya, akan menjadi bagian penting bagi hubungan harmonis antar masyarakat Indonesia yang multikultur. Segala perbedaan akan dihadapi sebagai berkah, anugerah dan kekuatan untuk meneguhkan keindonesiaan, dan secara lebih luas kebaikan kemanusiaan serta alam raya.
Festival Film Pelajar Jogja merupakan ajang kebudayaan tahunan yang digerakkan oleh para volunteer dari berbagai latar belakang sejak 2010. Festival ini didedikasikan untuk para pembelajar seni film, khususnya komunitas film pelajar Indonesia. Silaturahmi dan belajar bersama senantiasa dijaga di festival sederhana ini, baik untuk partisipan maupun para volunteernya.
Ditemui diselala-sela sebelum pembukaan FFPJ di Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta Rahmi Yulianita, Direktur Eksekutif FFPJ XV – 2024, berharapannya teman-teman pelajar SMA/SMK/MA/setara yang berpartisipasi di FFPJ mencoba lebih mengenal-memahami Tepa Salira dan mewujudkannya dalam bentuk film pendek. Dalam proses penggarapan karyanya, para pelajar juga diharapkan menerapkan Tepa Salira,”
Rahmi menambahkan, partisipan FFPJ kali ini, khususnya yang mengikuti Program Kompetisi Nasional, jumlahnya 68 film pendek. Jenis fiksi 47 karya. Dokumenter 16 karya. Film eksperimental 5 karya. Karya-karya dikirim dari berbagai sekolah-daerah. Di antaranya Aceh, Lampung, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Maluku, Banten, Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Seluruh karya saat ini dalam proses seleksi-kurasi dan hasilnya akan diumumkan di website www.filmpelajar.com.
Kompetisi Nasional merupakan salah satu program di FFPJ XV – 2024. Program lain yang disiapkan adalah Pemutaran Film Keliling Sekolah/Komunitas, Apresiasi Seni, Seminar, Workshop, Temu Komunitas, Temu Pendidik dan Penganugerahan Karya Terbaik. Pelaksanaannya berkolaborasi dengan berbagai pihak.
“Pelaksanaan program tahun ini diselenggarakan mulai 23 September. Kemudian acara puncak di tanggal 5-6 Oktober. Panitia bermitra dan mendapat dukungan beberapa pihak. Di antaranya Dinas Kebudayaan DIY, Fakultas Seni Media Rekam ISI Yogyakarta, dan UNU Yogyakarta,” terang Rahmi.
FFPJ bertujuan memberi kesempatan kepada pelajar Indonesia menunjukkan hasil pemikiran, riset, dan refleksi sesuai tema festival dalam bentuk karya seni film pendek. Festival juga akan memilih dan menentukan karya terbaik sesuai ketentuan yang telah ditetapkan. Selanjutnya, karya terbaik akan di beri penghargaan.
“Program kompetisi nasional adalah salah satu daya tarik di FFPJ. Harapannya tahun ini juga gayeng, di mana 68 karya akan diseleksi untuk mendapatkan Saraswati Award, Dewantara Award, dan Kelir Award. Tim panitia berusaha bekerja sebaik-baiknya agar program terlaksana lancar,” kata Rahmi.
FFPJ 2024 “Tepa Selira.” dibuka dengan Hangat dan Sejalan
Pembukaan Festival Film Pelajar Jogja dengan tema "Tepa Selira" yang ke-15 kalinya, pada tanggal 5 Oktober 2024, berlangsung di Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta, yang berlokasi di Jl. Ringroad Barat, Dowangan, Banyuraden, Kec. Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, festival ini menjadi ajang tahunan yang sangat dinantikan oleh para pelajar. Festival Film Pelajar Jogja ini merupakan kompetisi nasional yang memberikan kesempatan bagi pelajar dari berbagai daerah untuk menunjukkan kreativitas dan bakat mereka dalam dunia perfilman.
Tomy Widiyatno Taslim, pendiri sekaligus ketua dewan pengurus Festival Film Pelajar Jogja (FFPJ), yang didirikan pada tahun 2010, menyampaikan bahwa tema tahun ini adalah “Tepa Selira.” Ia berharap tema ini dapat menjadi ajakan bagi para pelajar dari berbagai daerah di Indonesia untuk belajar dan melakukan riset bersama, serta menerjemahkan konsep "Tepa Selira" ke dalam bentuk film sesuai sudut pandang masing-masing. Ia juga menambahkan bahwa tahun ini terdapat 68 karya yang ikut serta, dengan jumlah peserta yang berpartisipasi di Festival Film Pelajar Jogja (FFPJ) mencapai sekitar 600-700 orang,
Tomy Widiyatno Taslim juga memberikan bocoran tentang tema FFPJ tahun depan, yaitu "Gugur Gunung," yang berarti gotong royong. Tomy berharap para peserta tahun ini dapat menyampaikan informasi tersebut kepada adik-adik kelas mereka dan membantu mereka memahami arti dari "Gugur Gunung." Ia mengajak mereka untuk menggali ide-ide, membuat ceritanya, menyusun skenarionya, dan akhirnya memproduksi film yang menggambarkan semangat gotong royong dalam karya sinematik di FFPJ tahun depan.
Sambutan kedua disampaikan oleh Latief Rakhman Hakim, M.Sn, yang merupakan Ketua Program Studi Film dan Televisi di Institut Seni Indonesia. Latief hadir sebagai juri utama untuk kategori film dokumenter di Festival Film Pelajar Jogja XV. Latief menyampaikan bahwa hal menarik dari karya-karya film dokumenter yang ditampilkan adalah kemampuan mereka dalam memotret objek-objek di sekitar lingkungan, yang mungkin belum banyak diketahui oleh masyarakat.
Latief menyampaikan bahwa ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan dalam karya-karya dokumenter. Menurutnya, keahlian teknis atau skill bukanlah yang utama, karena di era sekarang, kemudahan teknologi sudah tersedia. Yang paling penting adalah kreativitas para pembuat film. Dokumenter, katanya, adalah tentang bagaimana teman-teman berkreasi dengan realitas, sesuatu yang membedakannya dari program jurnalistik seperti pemberitaan. Kreativitas inilah yang perlu terus diasah agar karya-karya dokumenter semakin istimewa.
Latief juga menambahkan bahwa dokumenter yang masuk ke dalam Festival Film Pelajar Jogja (FFPJ) rata-rata memiliki gaya, visual, dan cara penyampaian cerita yang hampir serupa. Padahal, menurutnya, dokumenter sebenarnya memiliki banyak variasi yang bisa dieksplorasi. Dengan begitu, ia mendorong para pembuat film untuk lebih berani bereksperimen dan menemukan pendekatan kreatif yang berbeda dalam membuat film dokumenter.
Sambutan ketiga disampaikan oleh Dr. Suhadi M.A, yang menjabat sebagai Wakil Rektor bidang Penelitian dan Pengabdian Masyarakat di Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta. Dalam sambutannya, Suhadi menjelaskan alasan di balik kerjasama Festival Film Pelajar Jogja dengan UNU, yang umumnya dikenal sebagai institusi yang menyelenggarakan acara-acara berbasis islami. Ia menekankan bahwa kolaborasi ini menjadi menarik karena salah satu lembaga di bawah NU, yaitu Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi), memiliki fokus pada kebudayaan dan kesenian. Lesbumi didirikan oleh tiga serangkai seniman yang berlatar belakang sineas, sehingga lembaga kebudayaan NU ini memiliki pondasi yang kuat dalam dunia perfilman.
Suhadi menyampaikan bahwa di pesantren terdapat perkembangan yang signifikan dalam bidang sineas dan sastra. Ia berharap ke depan, partisipasi dalam festival tidak hanya terbatas pada siswa SMA, tetapi juga melibatkan pesantren. Di Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta sendiri, mereka berupaya untuk memasukkan kesenian dan kebudayaan. Meskipun tidak memiliki fakultas seni atau seni rupa, Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta telah bertransformasi menjadi kampus yang sekaligus berfungsi sebagai museum dan galeri Nusantara
Senada dengan para Direktur FFPJ Dian Lakshmi Pratiwi, Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kebudayaan) Daerah Istimewa Yogyakarta. dalam sambutanya, Dian menekankan bahwa Dinas Kebudayaan (Kundha Kebudayaan) selalu meyakini bahwa film merupakan salah satu media yang sangat efektif dan strategis untuk membangun karakter bangsa, terutama bagi generasi muda. Dian Lakshmi Pratiwi juga menyampaikan, "Kami memandang film ini sebagai salah satu media yang sangat efektif, sehingga saya sangat mengapresiasi dan berterima kasih kepada Pak Tomy serta seluruh teman-teman panitia di FFPJ atas tema-tema yang diangkat."
Dian Lakshmi Pratiwi menyampaikan, "Secara regulasi di Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan undang-undang keistimewaannya, ada lima pokok tata nilai budaya. Menilik dari tema yang diangkat pada FFPJ ke-15 ini, yaitu Tepa Selira, ternyata tema tersebut masuk dalam salah satu dari lima pokok tata nilai budaya Yogyakarta." Dian dengan semangat melanjutkan penjelasannya. "Ternyata, tema tahun depan juga sesuai dengan regulasi undang-undang keistimewaan," Dian menjelaskan terdapat lima pokok tata nilai budaya Yogyakarta yang tercantum di sana. Pertama, ada nilai musyawarah, lalu, yang kedua, ada nilai gotong royong, yang ketiga, ada solidaritas, kemudian, nilai tenggang rasa, dan terakhir, nilai toleransi”.
Dian menyampaikan dengan penuh keyakinan, "Ini menjadi kekuatan Jogja dengan adanya Festival Film Pelajar, karena saya yakin Pak Tomy tidak akan mengangkat Festival Film Pelajar Indonesia melainkan Festival Film Pelajar Jogja" katanya sambil tersenyum. "Dari Jogja, kita ingin berkontribusi untuk Indonesia," tambahnya dengan nada optimis, mempertegas peran penting Yogyakarta dalam menggerakkan generasi muda melalui karya film.
Dian menyampaikan harapannya dengan penuh semangat, "Dengan Festival Film Jogja ke-15 ini, saya berharap akan tercipta generasi-generasi filmmaker yang tidak hanya berpengetahuan dan memiliki keterampilan dalam dunia film, tetapi juga memiliki mental Tepa Salira," katanya. Ia menambahkan bahwa nilai-nilai luhur yang tumbuh di Yogyakarta, seperti Tepa Salira, dapat menjadi kekuatan besar yang tidak hanya berdampak lokal, tetapi juga membawa arus positif bagi Indonesia secara keseluruhan.
Setelah menyampaikan sambutannya, Dian maju ke depan sebagai perwakilan yang bertugas membuka secara resmi Festival Film Pelajar Jogja. Dengan penuh khidmat, ia mengambil sepasang simbal yang sudah disiapkan. Suara gemuruh dari benturan simbal yang ia pukul menandai dimulainya festival tersebut, disambut tepuk tangan meriah dari hadirin. Momen itu seolah menegaskan pentingnya acara ini bagi perkembangan perfilman pelajar, sekaligus menunjukkan semangat Yogyakarta untuk terus berkontribusi dalam dunia seni dan budaya nasional.
Setelah pembukaan selanjutnya peserta FFPJ bergerak ke Sri Keminut, Sriharjo, Imogiri, Bantul. Para Peserta FFPJ nantinya melaksanakan beberapa agenda FFPJ, antara lain Lokakarya dan Temu Komunitas dengan narasumber Pius Rino Pungkiawan, Apresiasi Film Terpilih, Temu Komunitas 2 dengan narasumber Ghalif Putra Sadewa , Apresiasi Lingkungan, Apresiasi & Bedah Karya Film Terpilih dengan tiga narasumber yaitu Buyung, Ghalif, Pius.
Penutupan dari rangkaian kegiatan FFPJ 2024 akhirnya didapat beberapa film yang terbaik dari yang terbaik dengan kriteria sebagai berikut: Karya Terbaik Fiksi Festival Film Pelajar Jogja XV 2024 terbaik pertama dengan Judul “Prestasi Berdarah” dari SMA Kristen Eben Haezar, Manado, Sulawesi Utara, terbaik kedua dengan judul “Perbedaan Menyatukan Semua” dari SMAN 3 Singkawang, Kalimantan Barat, terbaik ketiga dengan judul “Urai” dari SMK Prestasi Prima, Jakarta Timur, Daerah Khusus Jakarta, terbaik keempat dengan judul “Kekancan” dari SMK PGRI 3 Malang, Jawa Timur dan terbaik kelima dengan judul “Pepali” dari SMKN 7 Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan dari kategori Film Dokumenter Festival film Pelajar Jogja xv 2024 yaitu terbaik pertama dengan judul “Mentari Sang Penakluk Gelombang” dari SMKN 7 Ambon, Maluku, terbaik kedua dengan judul “Bendera Sholawat” dari SMK AL FATAH Banjarnegara, Jawa Tengah, sedangkan terbaik ketiga di dapat oleh SMAN 60, Jakarta Selatan, Daerah Khusus Jakarta dengan judul “Nyusuh”. Untuk Karya terbaik eksperimental Festival Film Pelajar Jogja XV 2024 di raih oleh SMKN 1 Wonosari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan judul “Atirath”
Rangkaian kegiatan FFPJ XV 2024 terdapat beberapa Program lainnya yang dalam proses persiapan dan pematangan adalah Apresiasi Seni, Kelas Ahli, Workshop, Bedah Karya, Temu Komunitas dan Penganugerahan Karya Terbaik (lanjutan program Kompetisi Nasional). Pelaksanaan seluruh program didukung dan berkolaborasi dengan berbagai pihak.
Tahun ini FFPJ didukung kembali oleh Dinas Kebudayaan DIY, Fakultas Seni Media Rekam ISI Yogyakarta, UNU Yogyakarta, Pokdarwis Sri Keminut Imogiri dan lainnya. Selain itu juga para volunteer yang bekerja semaksimal mungkin agar festival terlaksana dengan baik.
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 12 September 2022
Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...