by ifid|| 11 Oktober 2024 || || 196 kali
Sebagai sebuah perhelatan Kebudayaan, FKY memandang pameran tidak secara konvensional dan kaku. Dalam Festival Kebudayaan Yogyakarta kali ini pameran coba digerakkan menjadi ruang terbuka yang lebih bersifat partisipatif. Sehingga diharapkan giat pameran tidak hanya menjadi ajang apresiasi karya seni namun menjadi sarana studi kebudayaan, menteksturkan text-text atau pengetahuan budaya yang selama ini sunyi.
Representasi karya seni dalam konteks warisan budaya benda (tangible) dan tak benda (intangible) menyimpan daya untuk hidup dan menghidupi pencipta serta penggunanya. Karya seni memiliki nalar pasca-benda yang memperlihatkan lanskap wacana visioner dan mempertanyakan ulang memori kolektif suatu realitas peristiwa wujud dari pengetahuan. Suatu hasil seni yang demikian itu ada di dalam seni rupa, sastra dan ragam bentuk “benda” dengan perwujudannya didasari oleh kebudayaan maupun kehidupan masyarakat.
Pameran Seni Rupa dan Arsip Sastra Yogya "Azimat–Siasat" Festival Kebudayaan Yogyakarta 2024, 10-17 Oktober 2024, bertempat di MCC Tepi Sabin di Kalurahan Bawuran, dibuka langsung oleh Dian Lakshmi Pratiwi, Selaku Kepala Dinas Kebudayaan ( Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan harapan menjadi upaya edukasi bagi publik dan masyarakat DIY umumnya. Bahwa pameran tidak harus diselenggarakan di kota saja, tidak hanya bisa dilakukan di galeri saja, namun banyak ruang alternatif yang bisa diberdayakan guna mempresentasikan kekayaan budaya kita. “Sebuah ajang pameran tidak hanya bicara tentang eksistensi kesenimanan namun juga terdapat laku transformasi pengetahuan dan pengarsipan berbagai nilai-nilai budaya di dalamnya. Bahwa dalam keberadaan budaya benda selalu terbarukan di setiap masa, jalin-menjalin menjadi warisan pengetahuan bagi generasi selanjutnya”, kata Dian
Tahun demi tahun, Dinas Kebudayaan DIY bersama rekan-rekan seniman dan budayawan khususnya generasi muda terus berupaya untuk mengembangkan FKY sebagai ruang bertumbuh yang membuka diri bagi partisipasi publik dari tingkat lokal hingga global. Harapan kami pameran ini dapat menjadi salah satu daya tarik yang dapat memberikan dampak positif bagi warga lokal dan pada saat yang sama memberikan kontribusi bagi masyarakat global.
“Selamat mengapresiasi, mari bersama-sama kita menjelajahi umpak-umpak sejarah kita demi membuka cakrawala dengan lebih luas lagi”, pungkas Dian
Dua Anansir- Seni Rupa dan Arsip Sastra
Seni ibarat azimat sekaligus siasat! Oleh karenanya, Azimat–Siasat dihadirkan, dimaknai, dan diyakini sebagai suatu pegangan dalam mewujudkan gagasan maupun menjalankan praktik dialektik berkesenian di tengah realitas yang terus-menerus. Tema “Azimat-Siasat” mempertemukan realitas, angan, dan keinginan. Seluruhnya difungsikan secara beriringan. Dengan demikian, keberadaan benda seni tidak hanya hadir sebagai sesuatu yang konkret dan abstrak semata, tetapi memiliki dampak nyata dalam budaya, intelektualitas, hingga ekonomi pada masyarakat.
Pameran Azimat-Siasat menampilkan dua anasir, yakni seni rupa dan arsip sastra. Keterhubungan antara seni rupa dan sastra dengan segala ekspresi budayanya menghasilkan kesadaran merawat ingatan dan memelihara pengetahuan.Bidang seni rupa menampilkan hasil kerja para perupa dan kolektif dengan karya-karya apik yang mengandung siasat-siasat: melakukan penebalan gagasan dan nilai sebagai aksi, membuat bentuk baru dari benda temuan, setia pada estetika, kritik dinamika sosial, praktik inklusi, hingga menampilkan karya-karya eksperimental.
Pameran ini diikuti oleh perupa undangan dan dan sebagian lainnya dari program open call. Sedangkan pada bidang sastra, dihadirkan arsip sastra yang memperlihatkan gerak dinamika sastra di Yogyakarta dari masa ke masa. Keping-keping arsip sastra Yogyakarta sejak masa awal kemerdekaan hingga era mutakhir berdasar keberadaan peristiwa, tokoh, karya, komunitas, dan media massa dibentangkan.
Pameran arsip sastra Yogyakarta ini sebisa mungkin menghadirkan artefak asli untuk dibaca kembali bukan saja sebagai memori kolektif atas suatu peristiwa, melainkan ilmu pengetahuan. Sebuah bentuk apresiasi disematkan, yakni penghargaan kepada sosok yang telah menjaga tradisi pengarsipan-pendokumentasian sastra Yogyakarta; Ragil Suwarna Pragolapati. Dengan spirit semua dicatat, semua dapat tempat, kehadiran museum kecil sastra Yogya ini dicita-citakan bisa menjadi alas landas terwujudnya Museum Sastra Yogyakarta yang sesungguhnya.
Ada 52 Perupa yang berpartisipasi Pameran "Azimat-Siasat" FKY 2024, yaitu :
Aan Yuliyanto- Perjalanan Tapal Kuda
Perjalanan Tapal Kuda- Ini tentang lelaku kehidupan manusia dalam mencari sebuah keselamatan dan juga keberuntungan. Dalam proses pencarian pada perjalanan kehidupan manusia, terdapat sebuah benda yang di-azimat-kan mampu memberikan keselamatan dan keberuntungan, yakni tapal kuda. Kepercayaan sebagai sebuah narasi yang melekat pada tapal kuda tidak hanya populer di tanah Nusantara, namun sudah diamini oleh sebagian kelompok masyarakat di berbagai belahan benua Eropa, Amerika, maupun Asia. Terkhusus pada sebagian masyarakat Jawa pun mempercayainya, apalagi yang masih memegang teguh tradisi Jawa. Tapal kuda yang tidak lagi digunakan oleh kuda, menjadi sebuah benda yang–dapat dikatakan–sakral, lantas digunakan sebagai barang koleksi. Bagi yang masih mempercayai kesakralan tapal kuda, posisi pemasangannya menjadi suatu hal yang penting dan perlu diperhatikan. Pemasangan tapal kuda yang digantung di dinding, jika menyerupai huruf ‘U’ (bagian lengkung berada di bawah) maka dipercaya memiliki arti menyerap keberuntungan dan keselamatan, bagi si pemilik, sedangkan bila pemasangan tapal kuda menyerupai huruf ‘n’ (bagian lengkung berada di atas) maka dipercaya memiliki arti menebar keberuntungan dan keselamatan bagi tamu yang berkunjung ke rumah pemilik tapal kuda. Makna pada tapal kuda setiap daerah bisa saja berbeda, tergantung kebiasaan masyarakat ataupun budaya yang bekembang di tempat tertentu. Namun, semuanya memiliki kesamaan yakni merujuk sebagai sebuah simbol pendatang kebaikan pada manusia.
Agung Pekik- Lewat Sebelum Lewat
Lewat Sebelum Lewat- Sebuah kesempatan akan selalu datang tetapi senantiasa berbeda dan tidak akan terulang, maka ambillah kesempatan itu selagi bisa dan sebelum kesempatan pergi begitu saja. Dengan mengambil ilustrasi kendaraan yang melintasi jalur kereta dan bergaya kaca cermin cembung bisa menjadikan introspeksi diri kita masing-masing.
Selama ini sudahkah kesempatan-kesempatan itu kita ambil?.
Agus Widiyanto_Wiwid - Paduraksa
Paduraksa - Bentuk gerbang berdiri, menjadi ciri khas Masjid Gedhe Mataram Kotagede, di mana pintu masuk masjid berbentuk pura. Konsep tersebut merupakan anjuran Sunan Kalijaga dan masih dipertahankan hingga saat ini. Sebelum memasuki area kompleks masjid pengunjung akan melihat bangunan unik yaitu sebuah gapura bernama Gapura Paduraksa. Pembangunan Gapura ini menggambarkan rasa di dalam hati terdapat keimanan kepada sang pencipta dan yang diciptakan. Gapura depan Masjid Gedhe Mataram Kotagede memiliki filosofi dan makna tersendiri, diantaranya :
Ajeng Pratiwi-Esok kan Bermekaran
Esok kan Bermekaran - Keserakahan dan keegoisan membuat manusia gelap mata, saling membantai satu sama lain. Rumah dan bangunan dihancurkan secara membabi buta, tetapi percayalah harapan selalu hadir bersama manusia-manusia yang ter-dzalimi, mereka akan selalu ada dan berlipat ganda, tumbuh mekar bersama doa-doa.
Alberto Wanma-'Mun' (Bahasa Biak) 'Mati' Karwar Series
'Mun' (Bahasa Biak) 'Mati' Karwar Series -“Mun” adalah salah satu bagian dalam ritual pemanggilan arwah orang mati dalam tradisi “Korwar” di suku Biak , dalam kepercayaan tradisi suku Biak tempo dulu, seperti konsep kepercayaan tradisi pada umumnya, suku Biak mengenal tiga alam yakni alam Bawah “Arbur” dunia orang mati, alam tengah alam makhluk hidup “Baken” dan alam Roh Suci “yen aibu”. Orang Biak tempo dulu meyakini bahwa ketika seseorang mengalami kematian maka ada tiga unsur dalam dirinya yang akan terpisah, yakni tubuh (fisik manusia), bayangan ( jiwa/roh Manusia) dan Roh Suci (roh baik dari Nanggi/ Tuhan). Peristiwa kematian yang menjadi misteri inilah yang kemudian mendorong manusia (Suku Biak) berpikir untuk mencari jawaban “kemana roh manusia dan roh suci ini pergi dan dapatkah mereka kembali bersatu suatu saat nanti agar seseorang yang telah mati ini dapat hidup kembali?” pergumulan inilah yang kemudian melahirkan ritual “Korwar” ritual pemanggilan Arwah orang Mati. Mun adalah sebutan bagi mediator yang akan berperan sebagai media perantara antara alam fisik dan metafisik, peran Mun dalam ritual ini biasanya diambil dari kerabat terdekat dari orang mati tersebut, seorang Mun akan sangat tersiksa saat ritual ini dijalankan hal ini diakibatkan karena roh/jiwa dari alam bawah dan roh suci dari atas saling menuntut porsi mereka dalam diri mediator, dalam beberapa kasus jika yang menjadi dominan adalah roh alam bawah maka, seorang Mun bisa jadi akan mengalami celaka bahkan kematian. Dan jika ritual ini berhasil mendamaikan roh-roh tersebut, maka roh ini akan ditempatkan pada suatu media baru ( patung “amfianiar”) sebagai tempat berdiam roh/arwah tersebut. Mun dalam karya ini adalah proses perenungan saya terhadap fenomena dalam lokalitas di daerah saya, bagi saya walaupun kepercayaan tradisi ini pernah ada, dan sekarang sudah tidak dipraktekan lagi, namun tradisi ini ada akibat perenungan manusia terhadap problem sosial, jika problem sosial ini kemudian mendorong manusia untuk melakukan sesuatu, maka hal yang sama sedang saya kerjakan, dalam melihat, merespon dan bereaksi terhadap problem sosial hari ini.
Alfi Ardyanto-Jogja Heritage
Jogja Heritage - Jogja sangat kaya dengan warisan-warisan yang tak ternilai. Diantaranya adalah bangunan gedung Bank Indonesia dan kantor Pos Besar. Karya ini adalah hasil lukis langsung yang merekam suasana nol kilometer Yogyakarta.
Anne Khaerunnisa-Sahabat Satu Jua
Sahabat Satu Jua - Seni rupa dapat menjadi benda untuk menyimpan sesuatu, seperti memori dan kenangan. Seperti pada lukisan kali ini yang berjudul Sahabat Satu Jua, yang menyimpan memori sebagai anak tunggal. Serta, kenangannya bersama teman-teman. Bagi anak semata wayang, yang hidup sendiri sebagai anak di dalam keluarga, anak semata wayang kerap kurang bisa mengekspresikan emosinya. Anak semata wayang tidak memiliki saudara, tempat biasanya berbagi cerita, keluh kesah, meminta saran, dan sebagai teman seperjuangan yang memiliki situasi yang sama. Sehingga, untuk mendapat itu semua hanya bisa dicari dari luar. Bagi anak semata wayang yang tidak memiliki saudara, bertemu teman baik yang mengerti dirinya dan selalu ada ketika senang maupun duka, tidak jarang membuat anak semata wayang merasa seperti memiliki saudara walaupun tidak dari orang tua yang sama. Anak semata wayang menganggap teman adalah salah satu bagian yang penting dari hidupnya. Dan dari situ juga, anak semata wayang dapat belajar apapun yang sebelumnya ia tidak tahu (saat bersama keluarga), sehingga teman adalah salah satu bagian penting dalam ia bertumbuh.
Anusapati-Door Series #1
Door Series #1-Permainan bentuk untuk menciptakan ambiguitas antara 2 objek yang berbeda fungsi
Aphrodita Wibowo-Desir!
Desir!-Ini adalah karya yang dibuat atas kenanganku akan suatu: suara!
Bagaimana aku mengekspresikan ingatan desiran suara terakhir orang yang aku cinta, Papa.
Desirannya pilu, serapuh sayap ngengat yang hancur ketika dipegang. Paru-paru diambil sebagai jalur untuk memompa nafas terakhirnya. Warna coklat adalah bagaimana paru-parunya mulai rusak, walaupun bukan bukan itu yang merenggutnya. Kopi adalah salah satu hal kesukaannya didunia, aku pakai sebagai bahan utama pewarna kertasnya. Ngengat hidup di malam hari. Aku mendengar desiran terakhirnya di malam hampir pagi. Desirannya pergi bersama kepakan sayap ngengat.
Arckano Arundati-Robo Monster
Robo Monster-Menceritakan tentang teman-teman yang dekat denganku yang sering bermain dan belajar bersama. Karena sayang dan seperti tidak bisa dipisahkan jadi menyatu menjadi sebuah robot.
Arie Dyanto-Banting Stir
Banting Stir-Karya ini merupakan representasi visual dari pengalaman pribadi dari tahun 2010 sampai 2022 dalam upaya mengatasi masalah anxiety untuk melawan depresi.
Aryo Marwoto. H ( Totok Kuswadji )-Bulan Purnama di Pantai
Bulan Purnama di Pantai-Lukisan gumuk pasir Parangtritis menggambarkan keindahan alam di kawasan pantai Parangtritis Yogyakarta. Gumuk pasir di sini terkenal dengan bentuknya yg unik, hasil dari erosi angin. Dalam lukisan ini, biasanya terdapat elemen elemen seperti ombak yang menghantam pantai langit biru yang cerah dan mungkin juga siluet di sekitar gumuk pasir.
Awi Nasution-Amidst Madness - Capitalization of Stolen Prayer
Amidst Madness - Capitalization of Stolen Prayer-Karya Amidst Madness – Capitalization of Stolen Prayer adalah karya cetak saring dengan visual kolase banyak objek. Pada karya ini, Awi menggambarkan realita pahit yang disandingkan dengan harapan sehari-hari. Penyusunan objek yang kacau dan sesak adalah hasil dari proses imajinasi ulang kehidupan sehari-hari. Awi merasa ada keperluan untuk mengimajinasikan ulang realita sebagai bentuk mekanisme peralihannya dari kehidupan yang tidak selalu berjalan sesuai rencana. Melalui ini, terma “rencana” selalu terikat dengan konsep harapan, umumnya dilantunkan dalam bentuk doa.
Harapan di hari ini adalah cara bertahan hidup. Sejak adanya peradaban yang terstruktur dan mempunyai hierarki, manusia tidak lagi bertahan diri dari serangan predator. Sepanjang sejarah, tragedi selalu terjadi akibat keputusan satu diri yang menitikberatkan pada kepentingan segelintir orang. Keputusan yang diambil kemudian dibayar dengan hidup orang-orang yang harusnya dipimpin. Tragedi ini kemudian menjadi kebiasaan dengan tingkat fatalitas yang menurun karena kemajuan teknologi. Peristiwa kehancuran lalu dikonversi menjadi cara bertahan hidup, dan berubah menjadi bagian dari rutinitas.
Bambang Pramudiyanto-Obsession
Obsession-Pergerakan kaum perempuan dalam memperjuangkan hak dan kemerdekaan serta kesetaraan gender dengan kaum laki-laki seolah tiada henti dan terus bersuara. Menjadikan partner yang sejajar dalam hubungan segala bidang menjadi tujuan.
Birujambon (Juan Ramadhani)-Teh dan Hidangan
Teh dan Hidangan-Mangan ra mangan kumpul barangkali menjadi sebuah azimat, sekaligus sebuah siasat bagi masyarakat Jawa menjaga daya hidupnya. Jogja, dalam hal ini, erat dengan budaya berkumpul, saling berkumpul, bertukar energi dan menjaga hubungan kekerabatan. Tidak pernah luput di atas meja hidangan; teh, klethikan, menemani obrolan yang mengalir sepanjang waktu. Teh melekat erat dalam budaya berkumpul di Jogja, bahkan bisa kita temukan di angkringan, hingga kafe-kafe besar yang kini menjamur di kota ini.
Bukan sekadar sebagai kudapan, teh bukan sekadar minum. Dalam masyarakat Jawa, sejak lama poci melambangkan cara hidup. Dengan satu poci dan beberapa cangkir, dilengkapi dengan hidangan sederhana seperti kacang rebus dan gorengan, menumbuhkan kehangatan dalam bersilaturahmi–bahkan, sebuah pengetahuan alam bawah sadar perihal selebrasi.
Dedy Shofianto-Manta
Manta-Karya Manta terinspirasi dari Pari manta atau Pari Sinar, ikan pari besar yang termasuk dalam genus Mobula (sebelumnya memiliki genus sendiri, Manta). Spesies pari manta yang paling besar, Manta birostris (Pari manta raksasa, ikan pari terbesar di dunia) memiliki lebar sayap yang dapat mencapai 7 meter. Sedangkan spesies yang lebih kecil, Manta alfredi, memiliki lebar sayap yang dapat mencapai 5,5 m. Keduanya memiliki sirip dada berbentuk segitiga, sirip kepala berbentuk tanduk dan mulut besar yang menghadap ke depan. Pari manta diklasifikasikan ke dalam ordo Myliobatiformes dan famili Myliobatidae (pari elang). Pari manta memiliki otak dan rasio otak-tubuh terbesar di antara semua jenis ikan.
Manta dapat ditemukan di lautan tropis di seluruh dunia (kurang lebih antara 35° lintang utara hingga 35° lintang selatan). Persebarannya yang luas dan penampilannya yang unik menyebabkan ikan ini sering dijuluki devil fish (ikan setan). Di Indonesia, pari manta memiliki aneka nama lokal seperti cawang kalung, plampangan, serta pari kerbau (karena tanduk di kepalanya). Gerakan sirip dan ekor ikan tersebutlah yang menjadi ide dalam proses pembuatan karya ini. Ikan tersebut saya distorsi dan dikombinasi dengan perangkat elektronik sehingga bisa bergerak dengan dinamis secara mekanik.
Eri Sudarmono-Gladiator
Gladiator-Karya ini terinspirasi dari keunikan kostum Gladiator yang beraneka ragam bentuk dan motif.Model kostum tersebut terbuat dari besi baja yang unik untuk melindungi tubuh Gladiator ketika perang pada zaman Romawi Kuno.
Dalam karya ini saya mencoba mengaplikasikan keunikan dari spare part motor yang tidak terpakai/motor rosok
Erwan Hersisusanto (Iwank) x Jagal Segoroyoso-Segoroyoso Pride
Segoroyoso Pride-Menceritakan perjalanan sapi dari petani, pasar, pemilik, penjagal, pemecah, pengolah, hingga konsumen.
Gesito Arhant-Petrichor
Petrichor-Lukisan ini menampilkan unsur visual dengan warna yang saling tumpang tindih, saling bertabrakan serta membaur antara satu sama lain. Melalui hal itu lukisan ini mencoba menampilkan sebuah aroma yang sulit untuk dideskripsikan. Petrichor, aroma dari tanah kering yang diguyur air hujan. Pada dasarnya aroma bukanlah suatu hal yang dapat dicerna melalui indera penglihatan, ia merupakan hal yang cukup kabur. Namun, karya ini mencoba menerjemahkan kekaburan tersebut melalui unsur visual sebagai realitas subjektif. Karena tidak bisa dipungkiri, lukisan adalah suatu benda yang dapat mewakili kekaburan realitas. Pada sekop lebih luas, pola tersebut dapat digunakan untuk mencerna realitas yang lebih besar.
Harits Geroni-Blirik
Blirik-Dalam karya ini, saya mencoba memanfaatkan benda-benda sehari-hari dalam lukisan untuk menggambarkan suatu adegan atau kenangan. Saya menyadari bahwa benda-benda tersebut seringkali terhubung dengan momen-momen tertentu atau bahkan menjadi bagian dari identitas seseorang. Pada karya Blirik, misalnya, saya teringat saat pertama kali membeli blirik tersebut karena bentuknya yang ikonik dan kesan kuno yang dimilikinya. Ketika saya pulang ke kontrakan, saya mendapati teman-teman sedang ngopi sambil membicarakan topik yang kurang saya pahami.
Herjaka HS-Banyu Panguripan
Banyu Panguripan-Bagi siapa saja yang minum air kehidupan akan hidup abadi, dari generasi ke generasi.
Imam Juni Widiyanto-Benda/Kekuatan
Benda/Kekuatan-Dalam kehidupan sehari-hari pikiran, kesadaran, pengalaman, emosi dapat dipahami dan dimengerti sebagai sesuatu yang terjadi di dalam otak kita. Setiap hal yang dilakukan merupakan sebuah respon tubuh terhadap suatu stimulus yang merangsang otak untuk menggerakan bagian tubuh. Bahkan benda-benda yang berada di sekitar kita dapat menjadi sebuah rangsangan, rangsangan dalam pikiran, kesadaran pengalaman, emosi dan lain halnya. Tidak menutup kemungkinan bahwa alam pikiran manusia, kesadaran pengalaman, emosi dan lain-lainnya itu dapat diperluas dengan benda-benda, artinya hal-hal tersebut dapat merambat keluar dan melampaui batas kebertubuhan. Ataupun benda-benda di sekitar kita dapat menjadi sebuah delegasi memori. Maka benda menjadi sebuah alat untuk membantu mencukupi kebutuhan manusia.
Untuk menjadi manusia yang utuh, maka kita membutuhkan sebuah pegangan hidup. Adapun pegangan itu dapat berupa azimat/benda, yang dapat membantu membangun
Irvan Muhammad-Pindai dengan Al Patekah (Nisan Hanyokrokusuman)
Pindai dengan Al Patekah (Nisan Hanyokrokusuman)-Nisan adalah benda yang diciptakan manusia berlandaskan alam pikiran tertentu. Sehingga nisan merupakan bentuk kebudayaan. Di dalamnya terkandung nilai, penanda identitas, bahkan kekuatan jaringan budaya dan politik yang melingkupi. Dengan demikian, nisan bisa menjadi penanda era melalui berbagai bentuk, ornamen dan ragam hias yang menyertainya.
Orang jawa begitu menghormati makam (nisan) yang bahkan tidak mereka kenal, atau ketahui siapa. Maka orang Jawa menyebut area pemakaman sebagai Kramatan, Jaratan, Sasono Loyo dan sebagainya.
Dari sumber buku Nisan Hanyokrokusuman, saya dapat memahami berbagai ragam bentuk nisan dengan ragam hiasan yang menyertainya. Meski masih mempertahankan bentuk kurawal seperti nisan era Demak dan Troloyo, namun di era Sultan Agung ini ada penambahan kode-kode dan hiasan ornamen baru. Seperti bentuk geometri tumpal, wulan tumanggal (bulan sabit), purnama sidhi (bulan purnama), suryo sumunar (matahari) dsb. Tentu kode dengan bentuk demikian memiliki makna dan maksud.
Bentuk nisan itu tidak hadir begitu saja, namun banyak hal yang melingkupi dalam proses pembuatannya. Tentang kekuatan modal dan kuasa. Kelindan sosial dengan budaya masa lalu. Bahkan mungkin ideologi politik yang sedang dianut era itu.
Maka dalam karya yang saya ajukan, juga saya tuliskan penggalan Sastra Gendhing karya Sultan Agung Hanyokrokusumo yang dikenal mistik dan cenderung irfani. Sebagai peneguh Sultan Agung sang Khalifah yang diutus di tanah Jawa untuk menata Agama, serta berbagai mitos karomah yang melingkupinya. Sebagai benda produk budaya, Nisan ini telah mewakili.
Ismu Ismoyo-Pamor Series
Pamor Series-Sejarah pusaka Jawa begitu panjang. Banyak cerita tentang proses penciptaaan pamor pusaka. Dari material, fungsi, estetika, nilai spiritual dan sejarah panjang hingga menjadi warisan turun temurun.
JDA (Edi Priyanto, Nano Warsono, Ddienopop)-Cekelan
Cekelan-Karakter dengan tongkat merupakan penggambaran azimat nyata berguna untuk berlangsungnya kehidupan, bersiasat untuk terus melangkah menjalani hidup berkesenian dan bersosialisasi dengan manusia lain. Sebab dalam keseharian tongkat tersebut selalu menjadi benda yang terpengang selain berpegangan dengan tekad dan semangat.
Icon karakter otak menjadi simbol bahwa setiap pilihan dan langkah yang dituju harus dipikirkan dengan baik. Dan mau untuk terus belajar beradaptasi dengan perubahan zamannya. Kombinasi tanaman dan bunga adalah simbol bahwa diri ini akan selalu tumbuh menjadi sesuatu yang lebih baik.
Kelompok Bermain Idaman-Sandang Pangan
Sandang Pangan-Masyarakat di selatan Yogyakarta seperti diketahui bersama secara turun temurun menghidupi dan dihidupi oleh alam dengan bercocok tanam menjadi seorang petani, karena lahan garapan yang masih terbentang luas. Garu, di sini kami maknai menjadi semacam azimat, karena menjadi salah satu perangkat wajib yang digunakan dalam proses spiritual antara manusia dengan alam, utamanya tanah.
Laila Tifah-Condroso
Condroso-Karya ini didedikasikan untuk para perempuan di manapun berada, dengan memakai simbol konde dan tusuk konde. Konde merupakan penggambaran seorang perempuan yang selayaknya pandai menyimpan rahasia dan kuat menghadapi beban kehidupan. Sedangkan tusuk konde, yang biasanya berbentuk dekoratif bunga, bukan hanya sekadar hiasan sanggul semata, tetapi pada jamannya terdahulu berfungsi sebagai senjata kecil yang tidak terlihat yang berguna untuk melindungi diri, menjaga harkat dan martabat kaum perempuan, disebut condroso. Nilai-nilai yang terkandung dalam simbolisasi tersebut akan tetap relevan sampai kapan pun, untuk perempuan di mana pun.
Laksmi Sitaresmi-Jangan Sakiti Ibu
Jangan Sakiti Ibu-Bumi kita adalah ibu pertiwi yang sekarang sedang dalam kondisi tua, menderita dan tidak berdaya karena aktivitas anak-anaknya, yaitu para manusia yang sangat egois, tidak hati-hati & serakah dengan mengeksploitasi tubuh Ibu Bumi, mengeluarkan dan menggunakannya sesuka hati hingga mengakibatkan krisis iklim. Perubahan iklim telah membawa dampak nyata di seluruh permukaan bumi dan mempengaruhi banyak sendi kehidupan.
M Ryan Nh-Menggantung Keberuntungan
Menggantung Keberuntungan-Seperti apa yang telah digariskan, dalam penemuan benda yang tidak sengaja yang mampu memberikan pengalaman baru serta mensugesti pola pikir terhadap dalam membaca pertanda. Kebijakan perlu dihadirkan untuk membaca tersebut, Apakah kita hanya sekedar mengandalkan seonggok temuan besi melengkung (tapal kuda) dan menunggu keberuntungannya? Atau kita percaya terhadap usaha dan doa kita yang selalu kita lakukan?. Sikap disini harus segera diambil dan dilakukan sebelum habis dimakan korosi dan mengangah terbakar matahari.
Matrahita-Bayu
Bayu-Bayu dalam bahasa Jawa memiliki arti yaitu angin. Dalam bahasa Sanskerta, bayu atau dibaca V?yu memiliki arti yaitu udara. Dalam agama Hindu nama V?yu merupakan nama dari Dewa Angin. Karya ini memiliki dominan warna biru, biru biasanya menandakan aura yang kuat dan tenang seperti sebuah angin. Aura adalah istilah yang merujuk pada suatu medan energi yang diyakini adalah sebuah pancaran energi di sekitar tubuh manusia maupun makhluk hidup lainnya. Aura biru biasanya memiliki sifat jujur, setia, dan dapat dipercaya.
Menh studio-Umpak ing Urip
Umpak ing Urip-Benda-benda keseharian di tengah-tengah masyarakat menjadi piranti yang bekerja menopang sendi-sendi kehidupan bermasyarakat layaknya umpak pada bangunan rumah (Jawa). Benda-benda keseharian tetap benda biasa bagi masyarakat - keduanya tumbuh bersama dan saling menjaga. Tentu perkembangan dan pembaruan terus berjalan; berdampingan, teradaptasi atau menetap.
Meta Enjelita-Change - Development
Change - Development-Merefleksikan realitas yang tidak dapat dipisahkan dan terjalin dalam struktur sosial, fluktuasi kehidupan dan perjalanan waktu yang mengikuti alur perubahan dan perkembangan yang berdampak pada kualitas hidup manusia sehingga membentuk suatu sistem nilai budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi, menginspirasi abstraksi dalam karya ini dan juga menjadi wujud dari bentuk organik lintasan yang saling terkait.
Mohammad Rifki Erlangga-Jiwa yang Telah Berlalu
Jiwa yang Telah Berlalu-Esensi kehadiran manusia bukan sekedar raga yang tercipta, juga benda sekitar dapat menjadi saksi akan nilai-nilai serta pemikiran yang tersisa. Puntung rokok mempresentasikan akan proses-proses penghayatan dalam berpikir manusia yang terus menerus melaju, menjadikannya obat akan hausnya ideologi yang bersarang di kepala.
Nabila Rahma-Radiasi
Radiasi-Benda hidup maupun benda mati terdiri atas susunan atom yang saling terhubung antara satu sama lain. Atom itu sendiri bisa dikatakan sebagai penyusun materi terkecil dari segala materi yang ada. Tiap benda memiliki kemampuan untuk memancarkan gelombang energi dari internal. Bahkan secara bersamaan—maupun tidak, juga menyerap energi hasil radiasi benda lain di sekitarnya. Pancaran (atau radiasi) antara benda bisa jadi se-frekuensi maupun tidak, namun saling mempengaruhi. Seperti sebuah benda yang lama kelamaan semakin lekat dengan penggunanya sehingga terjadi personifikasi, atau bisa jadi seseorang yang berubah tergantung pada lingkungan dan hal-hal yang mengelilingi. Karya ini merupakan sebuah catatan dari perjalanan-perjalanan yang telah dilalui secara personal melalui berbagai pertemuan dan interaksi dengan benda-benda yang kemudian saling meradiasi satu sama lain.
Nanang Widjaya-Prambanan Temple
Prambanan Temple-Candi prambanan adalah Candi Umat Hindu terbesar se-Asia Tenggara yang ada di Indonesia dan dibangun pada abad ke-9 masehi . Candi Prambanan Adalah candi yang termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO , dan salah satu candi terbesar di Indonesia dan terindah Arsitektur-nya
Nia Noorsita-Tarot Reader on a Festival
Tarot Reader on a Festival-Dalam sebuah acara festival, seorang pembaca kartu tarot sedang membacakan kartu tarot pada Querent (sang penanya). Di tengah hingar-bingarnya acara ada sebuah tempat di mana seseorang dapat menanyakan tentang takdir, nasib maupun berkonsultasi persoalan kehidupan duniawi sekaligus spiritual. Sang Pencipta akan selalu memberikan panduan melalui berbagai macam hal. Keyakinan bahwa Tuhan akan menolong mereka yang tak putus asa, mau terus berusaha meningkatkan dirinya menjadi lebih baik dari hari kemarin akan mengubah nasib orang itu. Semua akan terjadi dengan caraNya yang tak harus langsung dimengerti, namun akan dipahami kemudian.
Noni Rinjani-Advertisements
Advertisements-Bentuk benda mempunyai wujud berbagai macam. Dari beberapa macam benda, wujud zat cair menjadi salah satunya dalam bentuk air mata. Kesedihan yang mendalam seringkali membuat air mata mengalir begitu deras, saat seribu kata terbendung yang tak mampu untuk mengungkapkan isi hati. Kemudian dorongan kuat terus menggebu untuk mengeluarkan air mata. Tidak hanya mengungkapkan sinyal dari suatu hasrat, tetapi air mata melambangkan penderitaan, ketakutan, kesedihan, dan kebahagiaan. Namun, dominasi air mata yang terungkap seringkali mencoba melepaskan dan mengikhlaskan sesuatu yang kita cintai juga sayangi. Semuanya begitu erat tergenggam dalam dekapan namun jauh dari pandangan. Entah asing menjadi solusi terbaik atau melakukan promosi pembenaran diri atas rasa sakit untuk mencari pembelaan dari orang lain, tidak ada yang tahu karena semua hanyalah magis dari rahasia ilahi.
Pradika Rahmat Dewanta-Itu Apa?
Itu Apa?-Sebuah cahaya terpampang di depan mata. Dari zaman ke zaman hal itu masih terlibat dan dipertanyakan banyak umat. Dalam bisu dan keramaian, kebahagiaan pasti disertai dengan kematian hal itulah penyebab mengapa terus menerus dipertanyakan. Aku, kamu apalagi mereka sudah pasti tidak tahu apa yang menjadi alasan untuk menggilainya. Cahaya masuk dari mata ke mata hingga menjarah pola pikir manusia hingga terjun ke neraka. Tolong benar-benar dipikirkan kembali jika mengambil hal ini.
Karya ini dibuat bebarengan dengan kebingungan saya dari tahap pra-penciptaan sampai dengan penyelesaian. Media yang dipakai pun hanyalah sebuah barang yang mungkin tiada gunanya, yang menjadikan pemicu pikiran saya untuk mengolah menjadi pemikiran selanjutnya. Menggunakan media tambir yang dilapisi kanvas sebagai ekspresi olah pikir saya.
Primadi Priyo Laksono-Pangayoman
Pengayoman adalah kosakata dalam bahasa Jawa yang dapat berarti pengayom, pelindung dan penjaga. Segala hal yang bersifat pengayom atau pelindung pastilah akan dicari manusia guna melancarkan aktivitasnya. Tidak jarang mereka mengorbankan beberapa hal untuk mendapat pengayoman dan perlindungan. Namun banyak juga yang menempatkan nilai pengayoman terhadap aspek spiritualitas. Manusia yang meyakini keesaan Tuhan akan memprioritaskan segala permintaan terkait pengayoman pada Nya. Pada karya ini penulis menggambarkan Petruk yang menggunakan caping yang diasosiasikan sebagai pengayom. Beberapa pendapat mengatakan bila bentuk caping yang lebar di bagian bawah dan kerucut meruncing ke atas memiliki makna berserah diri. Sisi bawah yang lebar mengisyaratkan bahwa manusia harus menjangkau dan beraktifitas seluas mungkin, sedangkan ujung caping bermakna titik kembali hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bila diartikan maka akan bermakna, teruslah bergerak dengan kekuatan dan keyakinan, namun jangan lupa bahwa tempat untuk bersandar atau kembali hanyalah kepada Tuhan. Secara fungsi kebendaan caping menjadi pelindung bagi petani dari terpaan panas matahari dan tetesan hujan. Dengan demikian sangatlah pas bila caping disebut sebagai pusaka para petani, di satu sisi memiliki nilai filosofi spiritual, lain sisinya memiliki fungsi kebermanfaatan dalam kehidupan. Karya ini melukiskan Petruk yang seorang warga pedesaan merasa ayom hatinya dan senang perasaannya. Caping yang dipakainya dapat melindunginya dari panas terik matahari yang seakan menyambar dan air hujan yang mengguyurnya. Perasaan hati yang senang mendorongnya untuk semangat dalam bertani dan menjaga tanamannya dari hama yang mengganggu. Lukisan ini mengajak penikmat untuk mensyukuri nikmat yang telah diberikan Tuhan dan menghargai benda sekecil apapun.
Proyek Benggala-Dorang (Donga Marang Pangeran)
Dorang (Donga Marang Pangeran)-Melalui karya ini, Proyek Benggala menghadirkan pacul sebagai simbol azimat kehidupan—penghubung antara usaha manusia, spiritualitas, dan siasat bertahan hidup. Pacul tidak hanya sekadar alat pertanian, melainkan sebuah artefak yang menyimpan energi perjuangan, strategi hidup, dan doa. Dalam konteks masyarakat agraris Indonesia, pacul mengakar dalam tradisi lisan, politik kekuasaan, dan budaya rakyat, serta menjadi simbol kekuatan kolektif.
Risao Pambudi-Mencuri Cangkul
Mencuri Cangkul-Pengalaman ini saya dapat ketika sedang menjalani beasiswa arkeologi di kec. Dukun, desa Sumber, dusun Tutup Ngisor Magelang Jawa Tengah. Dalam tradisi membangun rumah adat Jawa, ada banyak ritual dan kepercayaan yang masih dipegang oleh sebagian masyarakat hingga saat ini. Salah satu tradisi yang menarik adalah “mencuri cangkul,” yang sebenarnya lebih merupakan simbolisme daripada tindakan kriminal. Tradisi ini melibatkan pemilik rumah yang “mencuri” cangkul dari tetangga atau kerabat sebagai bagian dari ritual untuk memulai pembangunan rumah. Tindakan ini dipercaya membawa berkah dan kelancaran dalam proses pembangunan rumah. Selain itu, ada juga berbagai tahapan dan perhitungan yang dilakukan, seperti menentukan hari baik untuk memulai pembangunan, arah rumah, dan lokasi sumur. Cangkul merupakan alat utama dalam masyarakat agraris.
Panen Raya-Menghadirkan karya lukisan yang menggambarkan tradisional dengan berbagai kegiatan-kegiatan pada waktu panen raya di sebuah desa. Panen raya merupakan saat yang ditunggu-tunggu baik oleh sang empunya lahan maupun para pekerja yang akan memanen padi (derep) yang siap melaksanakan suatu tugas mulia yang bermanfaat bagi kehidupan. Banyak nilai nilai yang terkandung di panen raya seperti kebahagiaan, kesibukan, gotong royong, kebersamaan dan harapan. Ada juga di panen raya angkutan tradisional gerobak sapi dan keranjang-keranjang yang untuk menaruh padi yang sudah di panen.
Sukito-Di Antara Tebing & Pantai
Di Antara Tebing & Pantai-Ide pengkaryaan ini hadir dalam sebuah momentum yang kontemplatif. Limbah organik yang berserakan di pantai dan sungai, serta kegemaran berkunjung ke berbagai tempat, menjadi awal. Kemudian pertanyaan mencuat dalam benak tentang bagaimana mengolah dan memberi nilai baru dari benda-benda tersebut. Bentuk lukisan kolase 3D kemudian hadir sebagai respon mengolah kayu limbah. Meskipun limbah, kayu lawas dan limbah pantai memiliki keunggulan yaitu tidak akan lapuk dan tidak mempan dimakan rayap sehingga akan awet tidak termakan usia. Kayu-kayu limbah yang diambil merupakan temuan di pantai selatan Yogyakarta.
Surti Syafiurahmi- Barikan
Barikan adalah salah satu bentuk perwujudan rasa syukur dengan berkumpul bersama tetangga dan keluarga untuk makan bersama. Masyarakat akan duduk melingkari makanan yang tersedia di tengah, kemudian makanan akan didoakan terlebih dahulu oleh sesepuh atau tokoh masyarakat sebelum disantap bersama-sama. Ini adalah salah satu bentuk doa yang diwujudkan melalui benda.
Taring Padi-Petani dan Iblis
Petani dan Iblis-Karya ini merupakan arsip dari properti pertunjukan “Petani dan Iblis” dalam gelaran “Under After in Between #2” sebagai bentuk aksi solidaritas bersama PPLP Kulonprogo yang merespon permasalahan Tambang Pasir Besi Kulonprogo. Sebuah kolaborasi antar 3 kolektif di Indonesia (Taring Padi), Myanmar (Thukhumakhayeethe Theater) dan Thailand (Empty Space Chiang Mai) yang digelar di Amphitheater Taman Budaya Yogyakarta pada tahun 2012. Sebelumnya, Under After in Between #1 di gelar di ChiangMai dan Thailand (Bangkok) pada tahun 2010.
Teguh Chrisdiyanto- Merawat Kebaikan
Merawat Kebaikan-Saya seseorang yang memiliki kelemahan komunikasi dalam mengungkapkan atau mengutarakan sesuatu, terutama atas keresahan saya pribadi dalam melakoni makhluk sosial. Terlebih dalam usia saya yang pasti sedang menjalani banyak penyesuaian dari fase remaja menuju dewasa. Dari masalah tersebut, saya mulai mencari solusi dengan mengkomunikasikan keresahan melalui benda-benda yang disusun dalam bentuk kolase visual. Melalui karya visual tersebut, memiliki harapan bahwa keresahan/kegalauan dapat dilepaskan melalui hal yang lebih positif dan dapat membangun kekuatan untuk menjalani hidup lebih "legowo".
Tri Nor Setiyowati- Metamorfosa
Metamorfosa: Benda sebagai Simbol Perubahan dan Keseimbangan Alam
Karya ini menghadirkan visual seorang perempuan yang dikelilingi oleh flora dan fauna, dengan burung-burung yang terbang di sekitarnya dan elemen sayap kupu-kupu yang mengelilinginya. Dalam konteks benda, karya ini merepresentasikan metamorfosa, yakni transformasi diri dan lingkungan melalui keberadaan benda-benda alami yang menjadi simbol perubahan dan harmoni. Bunga, burung, dan sayap kupu-kupu adalah benda yang sarat akan makna; mereka tidak sekadar representasi dari alam, tetapi juga sebagai azimat yang memuat kekuatan simbolis, spiritual, dan emosional.Karya seni ini menggambarkan bagaimana benda-benda di alam memiliki peran sebagai penjaga keseimbangan dan harapan, membentuk azimat visual yang menghidupkan ide perubahan dan pertumbuhan. Dengan teknik linocut yang kuat dan tegas, seniman mengekspresikan dinamika antara manusia dan alam, menghadirkan pesan bahwa seni, sebagai benda, tidak hanya menyimpan kekuatan estetik tetapi juga naratif—benda-benda dalam karya ini menjadi penghubung antara dunia yang nyata dan metafora perubahan yang lebih dalam.
Umar Faruq-Mi'raj
Mi'raj-Satu-satunya azimat yang dimiliki seorang hamba hanyalah sujud. Sebab sujud adalah jembatan yang mempertemukan hamba dengan Tuhannya. Dalam ruang sunyi, sholat adalah cara bermi rajnya ruh kepada Penciptanya. Ruang bercengkrama antara makhluk dengan sang Khaliq.
Untonk-Consume or to be Consumed (Remixes)
Consume or to be Consumed (Remixes)-Seri kolase yang bahan bakunya berasal dari limbah plastik harian si perupa ini adalah refleksi diri tentang bagaimana pola konsumsi setiap orang mencerminkan diri orang tersebut. Secara tidak langsung, pola tersebut menangkap momen dalam periode waktu tertentu.
Di sisi lain pola konsumsi yang berlebihan juga turut menimbulkan efek negatif yang kadang tidak kita sadari yakni sampah. Sampah-sampah tersebutlah yang kemudian menjadi pilar utama dalam karya ini.
Yaksa Agus-Merahnya Merah yang Kuingat
Kawasan Pleret dalam sejarah yang tercatat dan melekat dalam ingatan saya, adalah tentang peristiwa-peristiwa berdarah, banyak korban berjatuhan di kawasan itu.
Dari awal berdirinya Mataram (1609), Masa Sultan Agung sampai Amangkurat ( 1636-1660an), Perang Diponegoro (1930an), Persiapan kemerdekaan/ pendudukan jepang (1945), masa pergolakan PKI 1965, hingga peristiwa Petrus 1980 an.
Nunung Nurdjanti-Pohon Hayat
Sedangkan untuk Pameran Sastra ada 25 Pameran Sastra antara lain
Boeng, Ajo Boeng, Penyair Mahatmanto
Karya Sastra di Media Massa Yogyakarta 1950-an
Karya Sastra di Media Massa Yogyakarta 1960-an
Mingguan Pelopor Jogja dan Persada Studi Klub
Artefak Mohammad Diponegoro
Sastra Yogya dan Kampus
Panggung Puisi
Sastra Yogya pada Keping-Keping Media Massa
Sejarah Balai Bahasa Provinsi DIY
Temu Sastra Jawa Modern 1990
Pojok Sastra FKY
Perangkat Penyimpan Dokumen
Ruang Transit Tokoh-Tokoh Sastra
Bentang Sastra Yogya
Media Penyebar/Penerbit Sastra
Poster-Poster Peristiwa Sastra
Perjamuan Jokpin
Dari Yogya untuk Indonesia
Sastra Yogya Hari Ini
Album Peristiwa Sastra
Linus: Karya & Dunianya
Horison Sastra Yogyakarta
Drama Radio, Api di Bukit Menoreh, Karya S. H Mintarja
Sanggar sastra, Media Massa
Sumber Arsip dari:
Keluarga Besar Ragil Suwarna Pragolapati | Ahli Waris Mohammad Diponegoro | Andy Sri Wahyudi | Asosiasi Pematung Indonesia DIY | Balai Bahasa Provinsi DIY | Buldanul Khuri | Dhanu Priyo Prabowo | Em. Ali | Enes Pribadi | Faiz Ahsoul | Gawe Institut | Hamdy Salad | Herry Mardianto | HSKS (Himpunan Sastrawan dan Komunitas Sastra DIY) | Indrian Koto | IVAA (Indonesian Visual Art Archive) | Jabrohim | Khocil Birawa | Komunitas Kutub | Komunitas Rumah Lebah | Mustofa W. Hasyim |Perpustakaan EAN | SPS (Studio Pertunjukan Sastra) | Taman Budaya Yogyakarta | Teater ESKA | Unstrat UNY | Yayasan Akar Indonesia | Yayasan Lontar
Pameran "Azimat-Siasat" juga akan diisi oleh dua diskusi yang akan menelisik seni sebagai "benda" dan mengandaikan sebuah museum sastra. Diskusi pertama berjudul "Selisik Benda Seni: Pengetahuan, Praktik, dan Nilai" bersama Sudjud Dartanto, Titarubi, Daud Aris Tanudirjo dan dimoderatori oleh Hendra Himawan yang direncanakan pada tanggal 14 Oktober 2024, pukul 15.00 WIB.
Diskusi kedua bertajuk "Andaikata Yogyakarta Punya Museum Sastra" bersama Muhidin M.Dahlan, Raudal Tanjung Banua, Esha Tegar Putra dan Ni Made Purnama Sari sebagai moderator, pada tanggal 16 Oktober 2024, pukul 15.30 WIB.
Pemeran "Azimat-Siasat" pada Festival Kebudayaan Yogyakarta 2024 menjadi fondasi dan refleksi nilai kebendaan dalam konteks untuk menilik karya seni rupa, arsip sastra, sosok, dan lokus di balik hasil seni yang hadir mengisi dinamika kebudayaan di Daerah Istimewa Yogyakarta hingga kini.
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 12 September 2022
Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...