by ifid|| 11 Oktober 2024 || || 333 kali
Dibangun dan didirikan pada tahun 1978 oleh maestro Bagong Kussudiardja di Kabupaten Bantul, Yogyakarta, Indonesia, PSBK telah menjadi landmark budaya yang penting karena kontribusinya terhadap pengembangan seniman, karya seni, dan komunitas sosial. Bagong Kussudiardja ingin PSBK memiliki kemampuan untuk memfasilitasi proses kreatif yang memungkinkan individu dan komunitas untuk belajar dan menciptakan makna melalui seni. PSBK yang berfungsi sebagai laboratorium kreatif, tempat berkumpul, ruang pertunjukan dan pameran bagi seniman dari berbagai disiplin ilmu. PSBK menyajikan karya-karya seniman baru, memfasilitasi investigasi artistik dan pengembangan profesional, dan merancang program yang meningkatkan keterlibatan masyarakat dan jaringan dengan seni.
Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) menggelar pameran bertajuk “Enam Bulan dan Sekian Pertemuan” , yang menampilkan ratusan arsip koleksi karya maestro seni, Bagong Kussudiardja. Pameran ini tidak hanya menyoroti warisan artistik Bagong, tetapi juga menampilkan kiprah PSBK sebagai pionir lembaga pendidikan non-formal di bidang seni di Indonesia. Dengan menghadirkan dokumentasi perjalanan seni dan program-program yang telah dijalankan, pameran ini menjadi refleksi mendalam tentang bagaimana PSBK berperan dalam membentuk dan mengembangkan bakat-bakat seni di tanah air.
Melanjutkan spirit maestro seni Indonesia, Bagong Kussudiardja, Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) kini berperan sebagai pusat seni yang memiliki misi mendukung pengembangan kreatif seniman serta masyarakat umum. PSBK terus menghubungkan mereka dengan nilai-nilai seni dan budaya, menjaga keberlanjutannya, serta mendorong penciptaan nilai-nilai baru melalui seni. Sebagai laboratorium kreatif, PSBK menjadi tempat berkumpul, ruang presentasi, dan diskusi bagi seniman dari berbagai disiplin. Di sini, karya-karya seniman muda ditampilkan, riset-riset artistik difasilitasi, dan pengembangan profesional digalakkan. PSBK juga merancang berbagai program untuk memperkuat keterlibatan komunitas (community engagement) dan memperluas jaringan melalui seni, menjadikannya pusat yang dinamis bagi pertumbuhan seni dan budaya di Indonesia.
Pameran berbasis arsip “Enam Bulan dan Sekian Pertemuan” dibuka pada 9 Oktober 2024, bertepatan dengan peringatan hari kelahiran Bagong Kussudiardja yang ke-96. Acara ini berlangsung di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja, yang terletak di Dusun Kembaran, Tamantirto, Bantul, Yogyakarta. Pameran ini didukung oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia, program Dana Indonesiana - Dukungan Institusional bagi Organisasi Kebudayaan.
Sebelum pembukaan pameran dimulai, Jeannie Park, selaku Executive Director, Bagong Kussudiardja Foundation, menyampaikan PSBK sudah berdiri sejak 1978 lalu, yang berarti kini berusia 46 tahun. Pameran arsip ini juga menandai selesainya pengerjaan revitalisasi padepokan, dan menjadi acara yang pertama kali menggunakan padepokan setelah proses pembenahan selama beberapa bulan silam.
“17 tahun yang lalu saya datang ke sini, dan rupanya sangat berbeda. Walaupun tempat ini telah banyak berubah, saya tetap yakin bahwa suatu tempat bukanlah sekadar ruang fisik yang statis. Bagi saya, tempat itu adalah sesuatu yang hidup. Melalui objek-objek arsip yang ada di sini, arsip-arsip ini bisa hidup kembali dan menjadi bermakna bagi kita semua. Kita, sebagai orang yang masih hidup, menciptakan momen-momen baru di tempat ini, Generasi yang akan datang juga akan melanjutkan nilai itu, in their own home,” ucap, Jeanny Park.
Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, selaku perwakilan dari Pemerintah Daerah, melalui Kepala Bidang Perencanaan dan Monitoring Evaluasi Dinas Kebudayaan DIY, Rully Andriadi, menyampaikan apresiasinya terhadap penyelenggaraan pameran arsip koleksi Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK). Sudah menjadi tugas Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta untuk bekerja dalam semangat kolaborasi dengan stakeholder pelestari budaya, termasuk Padepokan Bagong yang telah mengabdi kepada masyarakat melalui laku budaya dan karya-karya seninya.
Peristiwa hari ini merupakan apresiasi terhadap perjalanan Padepokan dari 3 Oktober 1978 hingga menjadi Yayasan pada tahun 2006, hingga hari ini yang mencerminkan semangat padepokan Bagong untuk terus beradaptasi dan tetap konsisten dengan pengajaran khas yang mengembangkan praktek daripada teori. Kata Rully, ‘Kami juga menyambut baik Pameran dengan judul “Enam Bulan dan Sekian Pertemuan” ini yang berupaya memotret kerja budaya Padepokan Bagong selama ini yang secara khusus ingin meng-highlight Program Cantrik-Mentrik yang telah dijalankan sejak tahun 1978”.
Selain sebagai sarana edukasi, pameran ini menjadi trigger yang penting bagi semangat pengarsipan. Dinas Kebudayaan DIY menemukan bahwa kerja budaya dan kesenian di Yogyakarta sangatlah dinamis dan ramai. Namun, hal ini tidak diimbangi pengarsipan. Pengarsipan dalam kinerja budaya amatlah penting untuk memberikan pengaruh laku seni dan kebudayaan yang lebih berkelanjutan.
Di dalam Ekosistem kebudayaan Yogyakarta, Padepokan Bagong telah menjadi tempat lahir dan pendidikan para pelaku seni yang berkualitas tinggi dan diakui di berbagai tempat, baik secara nasional maupun internasional. Semoga peran ini selalu dapat dimainkan oleh Padepokan Bagong bersama Yayasan PSBK.
Akhir kata perkenankan saya mengutip kata-kata Pak Bagong yang menegaskan posisi Padepokan dalam ekosistem kebudayaan.
"Saya selalu punya keinginan untuk menanamkan rasa bertanggung jawab kepada mereka yang belajar di Padepokan, agar mereka merasa perlu buat mengabdikan diri kepada masyarakat dan kemanusiaan, demi atau dengan perantaraan kesenian. Itulah tujuan Padepokan.“ pungkas Rully dalam sambutanya.
Setelah itu, pembukaan ditandai dengan pemotongan pita, dan para tamu undangan dipersilahkan masuk untuk melihat pameran. Suasana kemudian semakin meriah dengan penampilan flashmob Tari Yapong yang dipersembahkan oleh komunitas Bakul Budaya dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Sebagai penutup, prosesi pemotongan tumpeng dilakukan oleh seniman dan aktor kenamaan, Butet Kartaredjasa, yang menambah kesakralan dan kehangatan acara tersebut, sekaligus merayakan kebersamaan dalam semangat seni dan budaya.
Pameran "Enam Bulan dan Sekian Pertemuan"
Dalam Pameran yang diselenggarakan di Gedung Damarwulan lantai 1 ini dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu Bagong Kussudiardja, PSBK, dan Cantrik Mentrik. Ketiga bagian tersebut menyoroti perjalanan penting Padepokan Seni Bagong Kussudiardja, yang merupakan padepokan seni pertama di Indonesia. Bagian Bagong Kussudiardja mengeksplorasi visi dan karya sang pendiri sebagai maestro seni, sedangkan bagian PSBK menyoroti perkembangan dan kontribusi padepokan dalam pendidikan seni non-formal. Sementara itu, Cantrik Mentrik memberikan gambaran mengenai program pendidikan unik yang telah menginspirasi banyak generasi seniman, menunjukkan bagaimana visi Bagong terus hidup melalui program-program yang berjalan hingga hari ini.
Pameran “Enam Bulan dan Sekian Pertemuan” juga menjadi momentum penting dalam menandai 46 tahun perjalanan Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK), PSBK dibangun dengan tiga tujuan utama yang masih relevan hingga kini. Pertama, untuk mengembangkan apresiasi seni dan budaya di kalangan generasi muda, terutama yang tinggal di pedesaan. Kedua, PSBK menyediakan ruang bagi mereka yang berminat pada seni namun tidak memiliki kesempatan melanjutkan pendidikan seni formal, khususnya karena keterbatasan biaya. Ketiga, padepokan ini bertujuan untuk turut mengembangkan kebudayaan dengan mendorong para cantrik mentrik (murid laki-laki dan perempuan) agar kembali ke daerah asal mereka untuk memajukan seni di wilayah masing-masing, menciptakan dampak positif di berbagai penjuru Indonesia.
Inisiatif Bagong Kussudiardja dalam merancang format pendidikan non-formal di bidang seni melalui program cantrik mentrik juga menarik perhatian dua kurator muda, Alwan Brilian dan Reza Kutjh. Alwan Brilian, yang merupakan peneliti lepas dalam berbagai proyek penelitian, memiliki keahlian di bidang etnografi, seni, arsip dan sejarah, serta warisan budaya. Dengan memadukan perspektif antropologi, Alwan menjelajahi bidang studi material culture, museum dan pameran, serta heritage studies. Sedangkan Reza Kutjh adalah seorang seniman visual yang lahir dan tinggal di Yogyakarta. Ia mengeksplorasi persimpangan antara fotografi, kesementaraan, dan hubungan antara keduanya dengan praktik spasial. Melalui karya-karyanya, Reza melibatkan praktik kerja yang memanfaatkan fotografi, arsip, dan moving images.
Dalam pameran “Enam Bulan dan Sekian Pertemuan”, mereka menggali semangat program tersebut melalui ratusan arsip bersejarah, seperti foto, kliping, buku laporan, materi publikasi, poster, hingga video latihan. Upaya ini bukan hanya untuk menangkap esensi program cantrik mentrik di masa lalu, tetapi juga melihat relevansinya dengan PSBK dalam konteks saat ini. “Agenda belajar cantrik mentrik bahkan menjadi pondasi mekanisme penyelenggaraan aktivitas padepokan setelah Bagong wafat pada tahun 2004,” jelas Alwan Brilian, menyoroti bagaimana program ini tetap menjadi landasan kuat bagi PSBK hingga sekarang.
Bagian pertama dari pameran ini menampilkan arsip yang berkaitan dengan perjalanan Bagong Kussudiardja sebagai seniman, serta momen-momen penting yang menginspirasinya untuk mendirikan Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK). Bagian kedua berfokus pada proses pendirian PSBK, mengungkap visi dan misi yang diemban padepokan sejak awal. Sementara itu, bagian ketiga menyoroti program cantrik mentrik, memberikan gambaran mendetail tentang aktivitas belajar para peserta selama enam bulan.
Keunikan pameran ini terletak pada cara penyajian arsip yang tidak terbatas pada foto-foto, tetapi juga mencakup reproduksi arsip dalam bentuk audio visual, dan bahkan instalasi seni yang menggunakan objek seperti kursi dan piring untuk memberikan pengalaman yang lebih mendalam. "Melalui arsip-arsip ini, kami berusaha menjabarkan dinamika program belajar cantrik mentrik sebagai wujud dedikasi, komitmen, semangat, strategi politis, serta warisan yang ditinggalkan Bagong dalam membangun ekosistem seni melalui padepokannya," tambah Alwan, memberikan perspektif tentang betapa pentingnya program ini dalam mengembangkan seni dan budaya di Indonesia.
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by museum || 18 September 2023
Limbah merupakan masalah besar yang dirasakan di hampir setiap negara. Jumlah limbah akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Permasalahan sampah timbul dari berbagai sektor terutama dari ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...