Festival Budaya Kerta Plered-Menggali Tradisi, Menginspirasi Generasi

by ifid|| 12 Oktober 2024 || || 54 kali

...

 Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) resmi membuka acara seremonial Festival Budaya Kerta-Pleret pada malam 11 Oktober 2024. Acara pembukaan tersebut berlangsung di Gerbang Pleret yang berada di Kerto, Pleret, Kec. Pleret, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, sebuah tempat yang menjadi simbol penting dalam sejarah Yogyakarta. Festival ini bertujuan untuk melestarikan kawasan cagar budaya Kerta-Pleret, yang memiliki nilai sejarah tinggi dan mencakup empat situs penting. Keempat situs tersebut adalah Situs Kauman, Situs Kerta, Situs Makam Ratu Malang di Gunung Kelir, serta Situs Kedaton. Kawasan ini memiliki peran signifikan dalam sejarah Mataram Islam, tidak hanya sebagai saksi kejayaannya tetapi juga sebagai poros penting yang menggambarkan puncak kekuasaan Mataram Islam di masa lalu.

Penyelenggaraan Festival Kerta-Pleret ini dipelopori oleh Dinas Kebudayaan DIY sebagai salah satu bentuk upaya untuk memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat luas terkait potensi besar yang dimiliki kawasan cagar budaya ini. Di dalamnya tidak hanya terkandung warisan benda seperti situs-situs bersejarah, tetapi juga warisan tak benda yang sarat makna, seperti Montro, sebuah tradisi yang turut ditampilkan dalam acara pembukaan festival. Montro, yang mungkin kurang dikenal oleh masyarakat luas, menjadi salah satu bentuk nyata kekayaan budaya tak benda yang diwariskan dari generasi ke generasi. Kesenian selawat montro pertama kali muncul di Kauman, Pleret, dan diciptakan oleh Kanjeng Yudhanegara, menantu dari Sri Sultan Hamengku Buwono VIII. Saat ini, kesenian ini telah tercatat sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) yang berasal dari Yogyakarta.

Dengan mengusung tema "Menggali Tradisi, Menginspirasi Generasi," festival ini hadir tidak hanya sebagai ajang hiburan, tetapi juga sebagai sarana edukasi dan inspirasi bagi masyarakat, terutama generasi muda. Berbagai kegiatan menarik diselenggarakan selama festival, seperti jelajah situs yang mengajak peserta mengenal lebih dekat kawasan cagar budaya, pameran UMKM yang dikenal dengan sebutan Pasar Kangen, serta lomba mewarnai yang ditujukan bagi anak-anak untuk mengasah kreativitas mereka. Festival Budaya Kerta-Pleret ini berlangsung dari tanggal 11 hingga 13 Oktober 2024, menawarkan pengalaman yang kaya akan nilai sejarah dan budaya bagi seluruh pengunjung.

Suwardi, Ketua BPKCB Kerta Plered, dalam sambutannya menyampaikan bahwa Festival Kerta Pleret ini merupakan bukti nyata dari komitmen bersama dalam melestarikan warisan budaya dan sejarah Mataram Pleret yang sangat kaya. Ia menyampaikan bahwa festival ini tidak hanya menjadi sarana hiburan semata, tetapi juga memberikan wadah bagi masyarakat untuk menggali, mengenali, dan mencintai sejarah serta tradisi yang diwariskan oleh leluhur. Tema festival tahun ini, "Menggali Tradisi, Menginspirasi Generasi," menekankan betapa pentingnya memahami, memelihara, dan mengeksplorasi kembali kekayaan tradisi dan budaya lokal, terutama yang berada di kawasan cagar budaya Kerta Pleret. Kawasan ini, yang pernah menjadi pusat Kerajaan Mataram Islam, menyimpan sejarah yang begitu kaya, mulai dari seni pertunjukan, adat istiadat, kuliner khas, hingga peninggalan arsitektur dan situs-situs bersejarah.

Suwardi juga menegaskan bahwa dalam konteks festival ini, "menggali" berarti membuka kembali akses pewarisan budaya agar dapat diapresiasi oleh masyarakat luas, terutama generasi muda, yang mungkin sudah mulai kurang mengenal nilai-nilai tradisi lokal. Melalui penggalian ini, festival berperan sebagai sarana untuk mendokumentasikan, mempopulerkan, dan melestarikan warisan budaya yang hampir terlupakan, sehingga tetap hidup dan relevan bagi generasi mendatang.

Dian Lakshmi Pratiwi, Kepala Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan antusias memberikan sambutannya pada pembukaan Festival Budaya Kerta Pleret 2024. Dalam sambutannya, ia menekankan bahwa festival ini adalah bagian dari upaya menyeluruh untuk melestarikan kawasan cagar budaya Kerta Pleret. Dian menjelaskan bahwa kawasan cagar budaya Kerta Pleret terdiri dari empat situs penting: Situs Kauman, yang mencakup masjid dari masa Sultan Agung dan Amangkurat I, Situs Kerto, Situs Makam Ratu Malang, dan Kedaton.

Dian mengungkapkan bahwa kawasan ini merupakan saksi dari puncak kejayaan Mataram Islam. Ia mengajak masyarakat Plered untuk bangga menjadi bagian dari wilayah bersejarah ini, di mana para raja Mataram dahulu bertahta dan berusaha sekuat tenaga untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Dian juga menekankan pentingnya kolaborasi antara Kerta Pleret dengan pengelola kawasan cagar budaya lain seperti Kotagede, tempat awal mula berdirinya Mataram Islam, dan Imogiri, tempat surutnya raja-raja Mataram. Menurutnya, Kotagede, Kerta Pleret, dan Imogiri membentuk satu kesatuan yang dikenal sebagai poros Mataram Islam, dengan Kerta Pleret berada di bagian tengah dari poros Mataram islam. 

Dian Lakshmi Pratiwi dalam sambutannya juga menyampaikan bahwa salah satu upaya yang dilaksanakan oleh Badan Pengelola Kawasan Cagar Budaya Kerta Pleret adalah penyelenggaraan acara yang kita hadiri saat ini. Acara ini merupakan bagian dari upaya memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat tentang berbagai potensi yang dimiliki oleh kawasan cagar budaya Kerta Pleret. Potensi tersebut, katanya, tidak hanya berupa situs-situs fisik yang bersejarah, tetapi juga mencakup banyak karya budaya yang telah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda. Salah satu karya tersebut adalah montro, yang kini telah mendapatkan sertifikat Warisan Budaya Tak Benda, tidak hanya mewakili Bantul atau Daerah Istimewa Yogyakarta, tetapi juga Indonesia secara keseluruhan. Dian mengajak seluruh hadirin untuk berbangga atas pencapaian ini.

Di akhir sambutannya, Dian Lakshmi Pratiwi menekankan bahwa Badan Pengelola Kawasan Cagar Budaya Kerta Pleret sangat membutuhkan dukungan dari seluruh hadirin untuk terus mengeksplorasi berbagai potensi yang dimiliki oleh kawasan ini, serta masyarakatnya. Ia menegaskan bahwa segala bentuk pelestarian dan pengelolaan yang dilakukan akan sia-sia jika tidak membawa kesejahteraan bagi masyarakat setempat. Dian berharap, setidaknya masyarakat dapat memahami bahwa mereka tinggal di sebuah tempat yang luar biasa, karena Sultan Agung memilih Pleret bukan tanpa alasan. Ada banyak pertimbangan dan bimbingan spiritual yang diyakini dalam pemilihan lokasi tersebut. Oleh karena itu, ia mengajak semua pihak untuk merasa bangga menjadi bagian dari wilayah yang begitu bersejarah ini.

Pembukaan Festival Budaya Kerta Pleret 2024 secara simbolis dilakukan dengan pemukulan kenong Japan para oleh Dian Lakshmi Pratiwi, Kepala Dinas Kebudayaan DIY, dan Suwardi, Ketua BPKCB Kerta Pleret. Keduanya didampingi oleh tamu-tamu terhormat serta seluruh anggota badan pengelola yang hadir. Momen ini menjadi simbol dimulainya rangkaian acara festival, yang disambut dengan penuh semangat oleh para peserta dan hadirin. Setelah Festival Budaya Kerta Pleret 2024 dibuka secara resmi, acara dilanjutkan dengan penampilan pagelaran ketoprak kolosal yang mengangkat drama berjudul “Laku Jantra.” Pagelaran ini diiringi oleh pertunjukan karawitan Laras Mataram Pleret. (Sherina/fit)

Berita Terpopuler


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Laksamana Malahayati Perempuan Pejuang yang berasal dari Kesultaan Aceh.

by museum || 12 September 2022

Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...



Berita Terkait


...
Inilah Sabda Tama Sultan HB X

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...


...
Permasalahan Pakualaman Juga Persoalan Kraton

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...


...
PENTAS TEATER 'GUNDALA GAWAT'

by admin || 18 Juni 2013

"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta