by ifid|| 16 Oktober 2024 || || 52 kali
Kegiatan Dialog dan Jelajah Sejarah, Rabu, 16 Oktober 2024, suasana pagi terasa hangat saat para peserta berkumpul untuk sarapan bersama. Setelah menikmati hidangan pagi, panitia memberikan briefing singkat mengenai rencana kegiatan Jelajah Sejarah hari itu. Para peserta, yang telah dibagi ke dalam beberapa kelompok, bersiap untuk memulai perjalanan mereka dengan semangat. Setiap kelompok akan mengeksplorasi sejarah di beberapa lokasi yang telah ditentukan, sambil menjalankan tugas-tugas khusus di setiap tempat. Perjalanan pertama dimulai di Pasar Pathuk, di mana tugas mereka adalah mencari penjual wedang kembang tahu. Setelah berhasil menemukan penjualnya, setiap kelompok membeli wedang kembang tahu untuk dicicipi bersama.
Setelah menyelesaikan tugas pertama di Pasar Pathuk, setiap kelompok melanjutkan perjalanan menuju Masjid Gedhe Keraton Yogyakarta. Rute perjalanan kali ini terasa semakin mengasyikkan karena mereka melewati Kampung Wisata Kauman yang tertata cantik, rapi, dan bersih. Keindahan kampung ini membuat perjalanan menjadi lebih menyenangkan. Di sepanjang jalan, masing-masing kelompok diberi tugas untuk memotret sudut-sudut cantik di gang-gang sempit Kauman, mengabadikan momen-momen indah yang mereka temui. Suasana kampung yang dipenuhi dengan keramahan penduduk serta kegiatan masyarakat yang masih kental dengan nuansa tradisional, semakin menambah keseruan dalam eksplorasi para peserta. Mereka bisa merasakan kehidupan sehari-hari yang otentik, di mana tradisi masih dijaga dengan baik.
Sesampainya di Masjid Gedhe Keraton Yogyakarta, masing-masing kelompok kemudian menghampiri panitia untuk menunjukan hasil foto yang mereka ambil sebelumnya kemudian panitia memberikan tugas selanjutnya yaitu tugas menarik yang mengharuskan mereka menjelaskan sejarah dan filosofi makanan khas Yogyakarta. Kelompok Adu Limo, misalnya, mendapatkan tugas untuk memaparkan tentang "endog abang." Mereka harus menjelaskan sejarah dari makanan tradisional ini, bagaimana endog abang digunakan dalam berbagai upacara adat, hingga makna filosofis di baliknya. Setelah melewati gang-gang sempit daerah Kauman yang penuh dengan suasana khas Yogyakarta, para peserta Jelajah Sejarah tiba di depan Langgar KH. Ahmad Dahlan. Di sini, mereka diberikan tugas untuk berfoto. Langgar yang penuh nilai sejarah ini menjadi salah satu titik penting dalam eksplorasi mereka. Setelah itu, perjalanan dilanjutkan menuju Gudeg Bu Par, di mana setiap kelompok mendapat tugas untuk membeli dan mencicipi gudeg, salah satu kuliner khas Yogyakarta. Mereka menikmati hidangan tersebut bersama-sama, menambah keseruan dan kebersamaan dalam rangkaian acara hari itu.
Perjalanan terakhir dari Jelajah Sejarah membawa para peserta ke Pasar Ngasem. Di sini, setiap kelompok diberikan tugas untuk mencoba berbagai kuliner yang ada di pasar tersebut. Setelah mencicipi, mereka diminta membuat konten kreatif tentang pengalaman kuliner mereka dan mengunggahnya di Instagram. Salah satu contohnya adalah kelompok Adu Limo, yang mendapat tugas mencicipi dan membuat konten tentang apem beras Bu Siti. Dengan penuh antusias, mereka merekam suasana pasar ngasem serta proses mereka membeli makanan tradisional itu, lalu mengunggahnya untuk dibagikan kepada publik.
Setelah sesi Jelajah Sejarah selesai, para peserta kembali ke hotel untuk makan siang bersama sebelum melanjutkan perjalanan. Kali ini, mereka menuju Pabrik Mie Lethek Garuda yang terletak di Bendo, Trimurti, Srandakan, Bantul. Dengan menggunakan bus, perjalanan berlangsung nyaman. Sesampainya di pabrik, para peserta disambut dengan hangat dan diajak melihat langsung proses pembuatan Mie Lethek yang masih mempertahankan metode tradisional. Salah satu hal yang menarik perhatian peserta adalah penggunaan sapi untuk mengaduk adonan mie, sebuah teknik kuno yang tetap dipertahankan di tengah kemajuan teknologi modern. Mereka memperhatikan setiap langkah pembuatan mie dengan penuh rasa ingin tahu. Setelah itu, sesi dialog dimulai, dipandu oleh Pak Feri, owner Mie Lethek Garuda, yang dengan penuh semangat berbagi kisah dan sejarah dari usaha kuliner tradisional ini.
Setelah menyelesaikan rangkaian kegiatan hari kedua Dialog dan Jelajah Sejarah, acara ditutup dengan makan malam bersama yang diselenggarakan dengan konsep table manner. Para peserta disuguhi hidangan lengkap, mulai dari appetizer, main course, hingga dessert. Selama menikmati hidangan, mereka juga diajarkan tentang etiket makan yang baik, mulai dari penggunaan alat makan hingga tata cara bersantap dalam suasana formal.
Kamis, 17 Oktober 2024, merupakan hari terakhir dari rangkaian acara Dialog dan Jelajah Sejarah. Pagi itu, para peserta memulai hari dengan sarapan bersama di hotel. Setelah menikmati sarapan, panitia memberikan pengarahan mengenai agenda hari terakhir jelajah. Para peserta mendengarkan dengan seksama sambil mempersiapkan diri untuk melanjutkan perjalanan. Setelah pengarahan selesai, mereka melakukan proses check-out dari hotel, bersiap untuk melanjutkan jelajah ke lokasi berikutnya yang telah disiapkan oleh panitia. Suasana penuh semangat dan antusiasme tetap terasa meski acara sudah memasuki hari terakhir.
Lokasi Jelajah pada hari terakhir ini adalah Masjid Perak Kotagede, yang terletak di KG, Jl. Mondorakan No.11, Prenggan, Kotagede, Kota Yogyakarta. Setibanya di lokasi, para peserta diberi tugas menarik, yaitu menjelaskan sejarah pendiri Masjid Perak. Mereka diminta menggali informasi terkait sejarah masjid tersebut dan kemudian membuat konten menarik untuk dibagikan melalui Instagram Story. Dengan penuh antusias, para peserta mendokumentasikan setiap sudut Masjid Perak. Setelah menyelesaikan tugas di Masjid Perak Kotagede, masing-masing kelompok melanjutkan eksplorasi mereka ke Pasar Legi Kotagede. Di pasar tradisional yang penuh dengan aneka kuliner khas Yogyakarta ini, para peserta mendapatkan tugas baru, yaitu mencoba salah satu kuliner yang tersedia di sana.
Setelah menjelajahi Pasar Legi Kotagede, para peserta berkumpul di pendopo Lawang Pethuk Kotagede untuk mendengarkan dialog yang dipandu oleh Ibu Wiwik beliau merupakan perajin Kipo dan Rizky Maulana, M.Par. Dalam sesi Dialog kali ini Ibu Wiwik menjelaskan sejarah Kipo
Rizky Maulana, M.Par. adalah seorang dosen di bidang Food and Beverage Product dan Food and Beverage Management di Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo (STIPRAM) Yogyakarta. Selain itu, Rizky juga dikenal sebagai salah satu peserta Top 16 MasterChef Indonesia Season 5. Dalam sesi tersebut, Rizky mengajak para peserta untuk melestarikan kuliner warisan adiluhung melalui seni penyajian. Ia berbagi pengetahuan dan keterampilannya dengan mengajarkan cara plating makanan yang baik. Setelah sesi penjelasan, para peserta diajak untuk langsung mempraktikkan teknik plating makanan. Dengan antusias, mereka mulai merancang penyajian hidangan yang telah mereka siapkan, mencoba berbagai teknik untuk menciptakan tampilan yang menarik dan menggugah selera.
Acara ditutup dengan pemberian penghargaan oleh Drs. Budi Husada, Kepala Bidang Pemeliharaan dan Pengembangan SBSP, kepada masing-masing kelompok yang telah berpartisipasi. Sebagai penutup, seluruh peserta berkumpul untuk sesi foto bersama, merayakan keberhasilan acara Dialog dan Jelajah Sejarah yang telah berlangsung selama tiga hari penuh dengan pengetahuan dan pengalaman berharga. (Sherina/fit)
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 12 September 2022
Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...