by ifid|| 21 Oktober 2024 || || 135 kali
Festival Teater DIY 2024 dengan tema "Panji" berlangsung meriah di Gedung Societeit Militair Taman Budaya Yogyakarta pada tanggal 19-20 Oktober 2024. Gedung tua yang penuh sejarah itu seakan hidup kembali oleh energi dan semangat para penggiat seni. Lima kontingen dari berbagai daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo, Kota Yogyakarta, Kabupaten Gunung Kidul, dan Kabupaten Sleman yang hadir dengan penuh antusiasme, masing-masing membawa karakter dan kekayaan budaya daerah mereka. Festival ini tidak hanya sekadar kompetisi tetapi di balik setiap penampilan, ada kesempatan berharga bagi para seniman untuk berbagi ide, gagasan, dan pengalaman dalam memperkaya seni teater di Yogyakarta.
Festival Teater DIY 2024 menghadirkan deretan tokoh teater yang begitu berpengaruh di Indonesia, menciptakan suasana yang penuh semangat dan inspirasi. Nanang Arisona, seorang dosen teater dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Tak ketinggalan Naomi Srikandi, aktor, pengarang, sekaligus sutradara teater dari Yogyakarta. Suasana semakin hidup dengan kehadiran Landung Simatupang, aktor dan sutradara teater Indonesia yang karismatik. Alumni SMA Kolese De Britto dan Fakultas Sastra UGM. Irfanuddin Ghazali, seorang sutradara teater yang penuh visi, turut hadir menjadi juri dalam festival ini. Verry Handayani, yang akrab dikenal sebagai aktor dan sutradara teater, yang memulai karirnya dari Teater Garasi dan kini aktif di Yayasan Umar Kayam. Sebagai lulusan Jurusan HI, Fisipol, UGM, ia memulai kiprahnya di panggung sejak 1993 yang telah memberi kontribusi besar dalam seni teater.
Sebelum pementasan teater dimulai, suasana di Gedung Societeit Militair Taman Budaya Yogyakarta semakin terasa khidmat saat Dra. Yuliana Eni Lestari Rahayu, Kepala Bidang Pemeliharaan dan Pengembangan Atlas, memberikan laporan mengenai penyelenggaraan kegiatan. Setelahnya, sambutan hangat dari Dian Lakshmi Pratiwi, Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kebudayaan) DIY, mengisi ruangan. Dian menyampaikan, "Tema yang kita ambil kali ini adalah 'Panji,' sebuah karya budaya yang telah diakui dan ditetapkan oleh UNESCO. Karya ini tidak hanya mengglobal di Indonesia, tetapi juga di seluruh Asia Tenggara." Dengan keyakinan, Dian berharap festival teater kali ini dapat menggali kekayaan narasi dari Panji, dan menginspirasi semua peserta. "Kami ingin karya-karya Panji ini tidak hanya menjadi tontonan, tetapi juga menjadi sumber ide dan gagasan yang bisa dikontekstualisasikan dengan fenomena kehidupan sosial budaya masyarakat saat ini," imbuhnya, mengajak semua orang untuk meresapi esensi dan nilai-nilai yang terkandung dalam karya-karya tersebut.
Setelah sambutan yang menginspirasi dari Dian Lakshmi Pratiwi, Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kebudayaan) DIY. Dian mengajak para dewan juri, Kepala Bidang Pemeliharaan dan Pengembangan Atlas, Kepala Seksi Seni Dinas Kebudayaan DIY, serta perwakilan dari Dinas Kebudayaan Kabupaten dan Kota untuk naik ke atas panggung. Dengan penuh semangat, mereka semua bersatu di panggung, siap untuk melakukan prosesi pembukaan Festival Teater DIY 2024. Dian memegang tabuh yang berkilau. Dengan suara yang penuh harapan, dia menjelaskan arti penting dari momen ini. Ketika dia memukul gong dengan mantap, suara dentingan yang menggema menandakan resmi dibukanya Festival Teater DIY 2024. Suara gong yang menggema itu bukan hanya menandakan awal dari festival, tetapi juga simbol dari persatuan dan semangat bersama untuk merayakan seni teater. Para penonton bersorak, dan tepuk tangan meriah mengisi udara, menandai dimulainya festival yang telah dinanti-nanti ini, di mana setiap pertunjukan diharapkan akan membawa cerita dan inspirasi yang mendalam.
Penampilan pembuka dalam Festival Teater DIY 2024 dibawakan oleh kontingen dari Kabupaten Bantul dengan judul “Gugat.” Kisah ini menghadirkan sudut pandang yang unik dan segar tentang tokoh-tokoh dalam cerita Panji. Di tengah masyarakat yang biasanya mengidolakan sosok alusan seperti Inu Kertapati atau Panji Asmarabangun, seorang pengamen jalanan justru memilih tokoh Klana Sewandana sebagai inspirasinya. Baginya, Klana Sewandana adalah lambang keteguhan hati dan semangat pantang menyerah, menjadi pilar kehidupan yang selalu ia pegang teguh. Ketika panggung diisi dengan adegan yang menggambarkan sang pengamen, penonton dapat merasakan kedalaman kisah hidupnya yang penuh liku. Bahkan di usia senjanya, ia tetap setia kepada nilai-nilai yang ia temukan dalam sosok Klana Sewandana. Penampilan ini juga berhasil menghadirkan tawa dari para penonton. Adegan-adegan yang kocak dan dialog yang menggelitik menambah warna dalam kisah para pengamen jalanan. Dengan kemasan yang kreatif, kontingen Bantul berhasil membangun suasana penuh humor sambil tetap menyampaikan pesan yang dalam.
Penampilan kedua di Festival Teater DIY 2024, dibawakan oleh kontingen dari Kabupaten Kulon Progo dengan judul “Gang Dara”, menghadirkan cerita yang penuh makna dan emosi. “Gang Dara” mengisahkan perjalanan Ekana, seorang perempuan muda yang berani meninggalkan rumah karena tak tahan dengan ketidakadilan dan kelicikan saudara tirinya. Dalam pelariannya, Ekana tiba di Gang Dara, kawasan kumuh di kota pinggiran bernama Danuraja, yang dikenal sebagai wilayah prostitusi. Namun, meski berada di tengah-tengah lingkungan keras tersebut, Ekana tidak tinggal diam. Semangatnya untuk melawan ketidakadilan justru makin menguat, terutama dalam menghadapi penindasan terhadap perempuan. Melalui alur cerita yang emosional dan penampilan penuh energi, para aktor berhasil menggambarkan semangat Ekana yang tak mudah menyerah.
Penampilan terakhir di hari pertama Festival Teater DIY 2024 dibawakan oleh kontingen Kota Yogyakarta dengan judul “Topeng Bopeng”. Pertunjukan ini mengajak penonton menyelami sisi kelam kepemimpinan yang seringkali jauh dari harapan. “Topeng Bopeng” menggambarkan realita pahit bahwa pemimpin seharusnya adalah teladan, sosok yang menjaga amanah, mengiringi ucap dan tindakannya dengan integritas. Namun, dari dulu hingga kini, watak para pemimpin kerap meninggalkan luka, pengkhianatan, dan rasa kecewa pada pengikutnya. Dalam kisah ini mempertanyakan apakah pemimpin zaman sekarang pernah belajar dari sejarah, dari perpecahan yang timbul akibat ketidakpuasan dan kekecewaan. Melalui simbolisasi topeng yang mulanya manis namun akhirnya bopeng, kisah ini menyindir cara para pemimpin membentuk citra untuk menarik hati rakyatnya. Namun, seiring waktu, “topeng” yang mereka pakai pun mulai retak, menunjukkan wajah asli penuh cela yang tersembunyi di baliknya.
Hari kedua Festival Teater DIY 2024 dibuka dengan penampilan dari kontingen Kabupaten Gunungkidul yang menampilkan lakon “Topeng Topeng”. Cerita ini menggambarkan ambisi kekuasaan yang mendominasi hati dua kandidat calon lurah, Pak Klono dan Bu Ajeng, di Desa Asmarantaka. Keduanya terjerat dalam intrik dan strategi kotor untuk memenangkan hati rakyat, menghalalkan segala cara demi mencapai posisi tertinggi di Desa tersebut. Namun, seperti bumerang, taktik licik mereka justru berbalik menghancurkan mereka sendiri, membuat keduanya jatuh di dalam jebakan ambisi yang mereka buat. Penampilan ini menghadirkan nuansa ironi yang tajam, menggambarkan betapa haus kekuasaan dapat membuat seseorang kehilangan arah dan, pada akhirnya, kehancuran diri sendiri.
Festival Teater DIY 2024 ditutup dengan megah oleh penampilan terakhir dari kontingen Kabupaten Sleman, yang membawakan judul “Ngathabagama”. Cerita ini menggali tema cinta yang abadi, menunjukkan bahwa dari satu era ke era lain, cinta tetap menjadi pusat perhatian. Melalui berbagai cerita dari Ramayana hingga Mahabharata, cinta terus tumbuh, mekar dari beragam benih, tak pernah lapuk oleh waktu. Dalam kisah ini menceritakan perjalanan asmara Panji Inu Kertapati dan Dewi Sekartaji dari Kerajaan Jenggala, yang menghadapi cobaan demi cobaan, seakan tak pernah berhenti. Mereka berdua dihadapkan pada ujian tak hanya dari luar, tetapi juga dari rencana dan godaan yang ditanamkan oleh Ibunda Sang Kala. Kisah romansa yang penuh gejolak ini menyuguhkan simbol-simbol kesetiaan dan keteguhan cinta, yang harus terus diperjuangkan di tengah berbagai rintangan.
Di akhir Festival Teater DIY 2024, para pemenang penyaji terbaik diumumkan dengan sorakan antusias dari para penonton. Kabupaten Sleman tampil sebagai Penyaji Terbaik 1 dengan skor mengesankan 395, disusul oleh Kota Yogyakarta dengan skor 370 sebagai Penyaji Terbaik 2. Kabupaten Bantul menempati posisi Penyaji Terbaik 3 dengan skor 355, diikuti oleh Kulon Progo yang meraih Penyaji Terbaik 4 dengan skor 340, dan Gunungkidul mendapatkan tempat Penyaji Terbaik 5 dengan skor 325. Seluruh kontingen tampil maksimal, menampilkan interpretasi cerita yang memukau dan menghadirkan karakter kuat. Malam itu, penghargaan ini bukan hanya sekadar prestasi, tetapi juga menjadi pengakuan atas dedikasi dan bakat para peserta yang berhasil menyuguhkan karya terbaik dalam Festival Teater DIY 2024.
Festival Teater DIY 2024 memiliki beberapa catatan dari dewan Juri yang disampaikan oleh Nanang Arizona, yaitu ada dua hal penting yang sampaikan harus disampaikan dalam Festival Teater DIY yang sudah berjalan dua hari ini yang pertama bahwa festival ini berharap bahwa di setiap daerah di setiap kabupaten yang nanti ke kapanewon dan Kemantren itu tumbuh komunitas-komunitas yang secara konsisten itu menghidupkan teater itu sesungguhnya, sehingga setiap tahun, festival itu bisa merasakan progres kualitas secara artistik kemudian juga keberadaan komunitas-komunitas yang ada di setiap kabupaten-kabupaten dan kota itu mampu menggerakkan dinamika teater yang ada di daerah masing-masing itu sebenarnya. Dari hal tersebut akan muncul pertunjukan-pertunjukan yang kita yakin melalui proses seperti itu akan menjadi lebih baik
Nanang berharap kedepan akan mencoba bagaimana dinamika itu bisa terjadi kemudian yang kedua setiap tahun itu kita selalu menghadirkan tema yang berbeda-beda tahun ini Panji bagaimana kita harus menafsirkan Panji persoalannya adalah di mana kita mencoba untuk menghadirkan Panji dengan konteks tertentu dengan perspektif tertentu. Melalui tema tersebut membutuhkan asupan pengetahuan kita membutuhkan pengalaman dalam menulis menghadirkan pemanggungan di dalam naskah itu yang menjadi problem sehingga apa sehingga tema Panji yang kita sodorkan itu jejaknya tampak walaupun Panji itu dibawa ke manapun dengan persoalan apapun itu sesungguh. Artinya bahwa ketika misalkan Panji di bawah dalam persoalan-persoalan masyarakat kini yang ketika kita menonton kita bisa langsung menangkap bahwa ini adalah mungkin kita membutuhkan asupan pengetahuan yang cukup literasi yang cukup didukung oleh teknik sehingga naskah yang kita yang kita pentaskan itu adalah naskah yang betul-betul bisa menghadirkan dimensi-dimensi lain perspektif perspektif lain dari Panji kemudian yang kedua persoalan pemanggungan persoalan pertunjukan kami sudah sangat sering di sini Bagaimana hal-hal teknis itu kita bahas gitu nah ini ada kaitannya dengan pertama yang tadi kami sampaikan ketika komunitas di setiap daerah itu tidak tumbuh, tidak ada suatu proses pembelajaran di sana tidak ada ruang-ruang eksplorasi proses.
Nanang menambahkan bahwa kita tidak akan pernah sampai pada satu teknis yang kita harapkan bisa mengantarkan pertunjukan menjadi sebuah sesuatu, yang bisa memberikan hal positif pada penonton, jadi pertunjukan itu harus memberikan sesuatu kalau tidak bisa memberikan sesuatu pasti kita tidak mendapatkan apa-apa dari pertunjukan itu.
(Sherin/fit)
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 12 September 2022
Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...