by ifid|| 24 Oktober 2024 || || 3 kali
Gamelan Jawa adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan gong. Musik yang tercipta pada Gamelan Jawa berasal dari paduan bunyi gong, kenong dan alat musik Jawa lainnya. Irama musik umumnya lembut dan mencerminkan keselarasan hidup, sebagaimana prinsip hidup yang dianut pada umumnya oleh masyarakat Jawa.
Kepopuleran gamelan disebut tak lepas dari keberadaan kerajaan majapahit di masa lalu. Alat musik ini biasanya digunakan sebagai alat untuk mengiringi pertunjukan wayang dan tarian di acara tertentu. Kini, pertunjukan gamelan biasanya juga dibersamai dengan beberapa orang sinden atau penyanyinya
Pada 23 Oktober 2024, Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta menggelar webinar bertajuk "Gong Maguru Gangsa" yang berfokus pada Gamelan Jawa. Acara ini berlangsung di Gedung Panji, lantai 2 Museum Sonobudoyo, dan mengupas tuntas mengenai kondisi terkini, regenerasi, serta pemanfaatan Gamelan Jawa di masa kini. Dalam semangat “Implementasi Kontinuasi Kongres Kebudayaan Jawa III Tahun ke-2”, webinar ini mengajak para peserta untuk terlibat dalam diskusi mendalam mengenai salah satu warisan budaya paling berharga yaitu Gamelan Jawa.
Webinar ini membawa peserta mendalami berbagai aspek keilmuan tentang Gamelan Jawa, mulai dari kondisi gamelan di era modern, upaya untuk merangkul generasi muda dalam proses regenerasi, hingga pemanfaatannya di berbagai bidang di tahun 2024. Dengan antusiasme yang tinggi, acara ini diadakan secara luring untuk 40 peserta dan daring untuk 150 peserta lainnya. Dipandu oleh moderator Setya Rahdiyatmi Kurnia Jatilinuar, S.Sn., M.Sn., webinar ini menghadirkan empat narasumber ahli: Dr. Aton Rustandi, Mulyana, S.Sn., M.Sn., Drs. Suwarmin, M.Sn., Dr. Raharja, S.Sn., M.M., dan Dr. Bayu Wijayanto, M.Sn., yang berbagi pengetahuan dan wawasan mendalam tentang perkembangan gamelan di zaman kini.
Drs. Budi Husada, selaku Kepala Bidang Pemeliharaan dan Pengembangan Sejarah, Bahasa, dan Permuseuman Dinas Kebudayaan (Kundha Kebudayaan) DIY, menyampaikan sambutannya dengan penuh harapan. Ia mengungkapkan bahwa kegiatan tahun 2024 ini merupakan bagian dari rangkaian program yang telah berjalan sejak tahun 2022. Melalui upaya ini, diharapkan masalah-masalah yang dihadapi dalam pelestarian gamelan dapat dipetakan dengan baik, sehingga solusi yang tepat dapat diambil, baik secara cepat maupun bertahap. Namun, yang terpenting, menurutnya, adalah memastikan kelanjutan dan keberlangsungan gamelan agar tetap hidup dan tumbuh di tengah masyarakat.
“Gamelan Jawa adalah warisan budaya yang tak ternilai, sarat akan sejarah, filosofi, dan nilai luhur,” ucap Budi. Di tengah derasnya arus globalisasi dan modernisasi, ia menambahkan, tantangan besar yang kita hadapi adalah bagaimana menjaga kelestarian gamelan sekaligus menggali potensi penggunaannya dalam konteks modern, seperti dalam bidang pendidikan, pariwisata, dan industri kreatif. “Webinar ini sangat penting bagi kita karena membantu kita memahami kondisi terkini gamelan, mulai dari ketersediaan sumber daya hingga minat generasi muda dalam pelestariannya,” lanjutnya. Ia berharap, diskusi ini bisa merumuskan langkah konkret untuk regenerasi seniman gamelan dan penerapannya dalam dunia pendidikan dan pariwisata, sehingga gamelan bukan hanya sekadar warisan masa lalu, tetapi juga bagian dari masa depan.
Narasumber pertama, Drs. Suwarmin, M.Sn., seorang dosen pada Program Studi Seni Karawitan di Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta, membuka sesi materi dengan pengantar yang menarik. Suwarmin, yang menempuh pendidikan S1 di Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta dan meraih gelar S2 dari Institut Seni Indonesia Surakarta. Drs. Suwarmin, M.Sn. menyampaikan materi yang komprehensif tentang berbagai aspek penting dalam pelestarian gamelan. Ia memulai dengan membahas tata kelola jaringan dan standar produksi gamelan. Selanjutnya, Suwarmin mengulas tentang ketersediaan bahan baku. Tak hanya itu, ia juga mengupas tentang kelompok-kelompok pengrajin gamelan yang masih aktif hingga kini, serta paguyuban atau kelompok masyarakat dan individu pengguna gamelan yang turut berperan dalam menjaga seni tradisional ini. Menyadari bahwa kelestarian gamelan tidak bisa dilepaskan dari konteks yang lebih luas, Suwarmin juga menganalisis faktor ekonomi, sosial, dan budaya yang mempengaruhi keberlanjutan gamelan dalam masyarakat.
Dr. Raharja, S.Sn., M.M., seorang dosen di Program Studi Seni Karawitan di Institut Seni Indonesia Yogyakarta, menyampaikan materi yang bertajuk Revitalisasi “Rumah Produksi Gamelan Perunggu”: Urgensi Pengembalian Eksistensi Budaya Pembuatan Gamelan di Yogyakarta. Dalam paparannya, ia menguraikan beberapa landasan penting yang mendasari gagasannya ini. Pertama, ia mengingatkan bahwa gamelan telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda pada 15 Desember 2021. Kedua, ia menceritakan bagaimana karya gamelan pernah disandingkan dengan mahakarya maestro dunia dan diperdengarkan dalam rekaman pesawat Voyager II pada tahun 1977 untuk memberikan informasi kepada makhluk angkasa luar tentang produk budaya manusia bumi. Terakhir, “Dhawuh Dalem” Sri Sultan Hamengku Buwono X (2019).
Dr. Raharja memaparkan alasan urgensi revitalisasi produksi gamelan perunggu di Yogyakarta dengan delapan poin utama. Pertama, ia menyoroti pentingnya mencegah hilangnya jejak sejarah dan mengisi kevakuman dalam produksi gamelan perunggu. Kedua, sumber daya manusia yang terlatih. Ketiga, kawasan strategi bahwa Yogyakarta menjadi salah satu gaya mayor dalam seni karawitan. Keempat, karakter dan identitas yang terbangun dari Sri Hamengku Buwono I yang mempengaruhi fisik gamelan Yogyakarta secara organologis, akustik dan juga konsep larasnya . Kelima, ia juga menjelaskan pentingnya memenuhi kebutuhan gamelan perunggu bagi desa-desa budaya yang mengandalkan keberadaan instrumen ini. Keenam, proses produksi gamelan menggunakan teknologi tradisional dan modern. Ketujuh, gamelan berpotensi besar sebagai sarana edukasi baik di instansi pendidikan secara resmi, formal maupun di wilayah sanggar atau komunitas. Terakhir, rencana pengembangan program studi baru di jurusan karawitan. Fakultas seni pertunjukan, ISI Yogyakarta yaitu teknologi pembuatan gamelan.
Narasumber ketiga, Dr. Aton Rustandi Mulyana, S.Sn., M.Sn., dosen Program Studi Etnomusikologi di Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Surakarta, serta dosen di Universitas Gadjah Mada dan Institut Seni Indonesia Surakarta, memaparkan berbagai aspek pemanfaatan gamelan. Ia mengawali pembahasan dengan menjelaskan terminologi pemanfaatan gamelan serta dasar hukum yang mendukung pengembangan gamelan sebagai objek kebudayaan. Aton kemudian menguraikan potensi gamelan di dunia pendidikan, seperti usul untuk menaikkan status gamelan dari kegiatan ekstrakurikuler menjadi bagian dari kurikulum muatan lokal karawitan di sekolah-sekolah. Selanjutnya, ia menyoroti pemanfaatan gamelan dalam industri pariwisata, seni kontemporer, dan industri kreatif modern, serta menjelaskan peluang pengembangan melalui inovasi teknologi, termasuk digitalisasi musik gamelan, untuk memperluas cakupan dan daya tarik gamelan di era modern.
Kemudian narasumber terakhir, Dr. Bayu Wijayanto, M.Sn. merupakan Ketua Jurusan Karawitan di Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Bayu menjelaskan tentang kebijakan dan program pemajuan kebudayaan melalui pengembangan ekosistem dan organisasi seni karawitan. Baju menjelaskan pengembangan ekosistem karawitan melibatkan berbagai elemen yang saling terhubung, mulai dari penciptaan hingga apresiasi terhadap seni ini. Komponen utama ekosistem karawitan meliputi seniman dan komunitas. Seniman karawitan, seperti musisi, penari, dan pemusik, merupakan aktor utama yang berperan dalam memperkaya warisan seni karawitan. Partisipasi mereka dalam berbagai program dan kegiatan memberikan warna baru bagi seni ini. Sementara itu, komunitas memainkan peran penting dalam pelestarian dan pengembangannya. Melalui kelompok seni komunitas, para anggota dapat saling berbagi pengetahuan, teknik, dan pengalaman. Organisasi yang berbasis komunitas juga mendorong partisipasi publik dalam acara seni, memperkuat rasa kepemilikan terhadap seni karawitan.
Bayu melanjutkan penjelasannya tentang pengembangan ekosistem karawitan dan gamelan di Indonesia dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan, pemberdayaan komunitas, kolaborasi dengan musisi kontemporer/modern, festival budaya dan pertunjukan seni, dan pembentukan komunitas gamelan. Pendidikan gamelan perlu diintegrasikan dalam kurikulum formal, terutama di daerah yang kaya budaya gamelan, dengan pelatihan bagi guru agar lebih efektif. Pemberdayaan komunitas dilakukan melalui festival, lokakarya, dan dukungan bagi kelompok seni lokal, yang juga dapat memperluas wawasan dengan kolaborasi internasional. Kolaborasi antara seniman gamelan dan musisi kontemporer dapat membawa gamelan ke konteks musik modern, seperti menciptakan lagu yang menggabungkan instrumen gamelan dan alat musik modern, sehingga menarik perhatian audiens muda. Penyelenggaraan festival budaya yang menonjolkan gamelan juga penting, dengan melibatkan generasi muda melalui workshop dan pertunjukan untuk menumbuhkan minat dan kebanggaan terhadap seni ini. Pembentukan komunitas gamelan yang inklusif bagi generasi muda krusial, menyediakan ruang untuk belajar dan berlatih tanpa tekanan. Acara seperti jam session dapat diadakan untuk kolaborasi dan eksplorasi berbagai genre musik.
Kegiatan ini berlangsung dengan sangat baik, menciptakan suasana yang interaktif dan mengundang semangat peserta untuk berpartisipasi aktif. Antusiasme peserta terlihat jelas saat mereka berani mengajukan berbagai pertanyaan, menunjukkan minat yang tinggi terhadap topik yang dibahas. Diskusi yang hidup ini tidak hanya menambah wawasan, tetapi juga memperkuat keterlibatan antara narasumber dan peserta. Di akhir acara, para peserta yang berani mengajukan pertanyaan diberikan bingkisan sebagai tanda penghargaan. Semua orang merasa senang dan bangga bisa berkontribusi dalam diskusi. Setelah itu, kami mengadakan sesi foto bersama dengan para narasumber. Senyuman lebar menghiasi wajah setiap orang, menciptakan momen berharga yang akan dikenang.
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 12 September 2022
Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...