by ifid|| 24 Oktober 2024 || || 1 kali
Buku Api Sabana Ibu Pertiwi ini merupakan seri lanjutan dari rangkaian kajian biografi tokoh bersejarah yang diusung oleh Sub Kegiatan Pembinaan dan Pengembangan Kesejarahan Disbud DIY. Pada 24 Oktober, Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY mengadakan acara peluncuran dua buku baru dengan judul Api Sabana Ibu Pertiwi: Laga Tokoh-Tokoh Pejuang Era Pergerakan Nasional hingga Revolusi Fisik dan Kumpulan Dongeng Nusantara 2024 di Hotel Saphir Jl. Laksda Adisucipto No.38, Demangan, Kec. Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Cahyo Widayat, selaku Sekretaris Dinas Kebudayaan (Kundha Kebudayaan) DIY, menyampaikan bahwa Dinas Kebudayaan memiliki tanggung jawab untuk memelihara dan mengembangkan kebudayaan, termasuk sejarah dan bahasa. Salah satu upaya ini dijalankan dengan menggali, mengungkap, dan mengajak masyarakat untuk melestarikan warisan sejarah, khususnya sejarah DIY, serta memperkuat dan mengembangkan bahasa melalui sastra lisan. Bentuk nyata dari upaya ini meliputi pengkajian, penyebarluasan, dan edukasi sejarah di wilayah DIY. Kegiatan-kegiatan seperti sarasehan, kompetisi, dan aktivitas kesejarahan lainnya turut dilakukan untuk mendekatkan masyarakat dengan sejarah. Di bidang bahasa, dilakukan revitalisasi melalui kompetisi dan berbagai kegiatan kebahasaan lainnya. Pada tahun 2024, hasil kajian sejarah tentang tokoh-tokoh perjuangan di era pergerakan, khususnya yang berperan di Yogyakarta, dituangkan dalam buku Api Sabana Ibu Pertiwi: Laga Tokoh-Tokoh Pejuang Era Pergerakan Nasional hingga Revolusi Fisik. Buku yang diluncurkan hari ini merupakan seri kedua, dan telah dicetak serta disebarluaskan.
Buku Api Sabana Ibu Pertiwi: Laga Tokoh-Tokoh Pejuang Era Pergerakan Nasional hingga Revolusi Fisik adalah kelanjutan dari kajian sebelumnya yang fokus pada masa revolusi fisik, yang bertujuan memperkaya pemahaman kita tentang perjuangan tokoh-tokoh bangsa. Sementara itu, buku kedua Kumpulan Dongeng Nusantara 2024 dengan tema Festival Hutan menyajikan kisah-kisah bermakna dari berbagai daerah di nusantara. Melalui dongeng, diharapkan anak-anak dapat mengendalikan emosi mereka sekaligus menyerap nilai-nilai positif yang terkandung dalam cerita tersebut. Kegiatan mendongeng dan mendengarkan cerita memiliki manfaat besar dalam perkembangan anak. Menyadari pentingnya dongeng dalam kehidupan, Dinas Kebudayaan (Kundha Kebudayaan) DIY berupaya memperkaya warisan dongeng nusantara sebagai bagian dari pengembangan literasi, terutama untuk kalangan muda.
Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat, dari penggiat budaya hingga tokoh pendidikan, yang antusias merayakan hadirnya karya-karya inspiratif ini. Kajian kali ini menyoroti tokoh-tokoh yang berperan penting dalam pergerakan nasional sebelum masa revolusi fisik. Penyusunan seri ini didasari oleh kesadaran bahwa banyak sosok bersejarah yang kontribusinya belum dikenal luas oleh masyarakat. Melalui kajian ini, diperkenalkan berbagai tokoh, baik yang sudah cukup dikenal maupun yang perannya sering terabaikan, namun sama-sama memiliki andil besar dalam membentuk dan mempertahankan Republik Indonesia.
Peluncuran buku Api Sabana Ibu Pertiwi: Laga Tokoh-Tokoh Pejuang Era Pergerakan Nasional hingga Revolusi Fisik dilakukan secara simbolis oleh Cahyo Widayat, Sekretaris Dinas Kebudayaan (Kundha Kebudayaan) DIY, bersama Budi Husada, Kepala Bidang Pemeliharaan dan Pengembangan SBSP. Didampingi oleh penulis buku, Dwi Ratna Nurhajarini dan Indra Fibiana, mereka menarik pita sebagai tanda peluncuran resmi, dilanjutkan dengan penyerahan buku dari Cahyo kepada para penulis. Setelah itu, buku Kumpulan Dongeng Nusantara hasil revitalisasi sastra lisan juga diluncurkan, ditandai dengan pembukaan serudung secara simbolis oleh Cahyo dan Budi. Peluncuran kedua buku tersebut disambut dengan tepuk tangan meriah dari para peserta acara, menandai antusiasme dan apresiasi terhadap upaya pelestarian sejarah dan sastra lisan.
Dalam acara ini, Dinas Kebudayaan DIY juga mengumumkan para pemenang Lomba Esai Sejarah bertema Hadeging Nagari Ngayogyakarta, yang berlangsung dari 4 Juli hingga 29 Agustus 2024. Juara ketiga diraih oleh Syaeful Cahyadi dengan esai berjudul “Makam dan Petilasan: Halaman Belakang Kebudayaan Yogyakarta”. Posisi kedua diisi oleh Aloysius Gilang Andretti dengan karya “200 Tahun Kota Yogyakarta: Sebuah Kenangan”, sedangkan juara pertama diberikan kepada Emir Haidar dengan esainya yang berjudul “Kelindan Pengaruh Palihan Nagari Terhadap Urusan Pemakaman di Kotagede”. Cahyo dan Budi dengan hangat menyerahkan piala kepada para pemenang, menambah suasana kebanggaan dan kegembiraan di acara tersebut. Para pemenang menerima penghargaan mereka dengan senyum bahagia, diiringi tepuk tangan meriah dari seluruh peserta yang hadir.
Dwi Ratna Nurhajarini, sebagai salah satu penulis, dengan antusias menyampaikan pesan penting yang terkandung dalam buku Api Sabana Ibu Pertiwi: Laga Tokoh-Tokoh Pejuang Era Pergerakan Nasional hingga Revolusi Fisik. Pentingnya membaca tentang para "tokoh" adalah untuk memahami apa yang mereka pikirkan, lakukan, dan perjuangkan. Melalui pemikiran dan tindakan mereka, kita bisa belajar nilai-nilai keteguhan, visi, dan dedikasi yang bisa menjadi inspirasi bagi kehidupan kita sendiri. Ratna menambahkan bahwa keteladanan para tokoh, dengan semangat kerja keras dan pemikiran yang berani serta kreatif, bisa menjadi bekal berharga untuk berkontribusi bagi bangsa, negara, dan masyarakat. Buku ini, menurutnya, berfungsi sebagai dokumentasi penting agar nilai-nilai luhur dari para pejuang tersebut terus menginspirasi generasi mendatang.
Ratna menjelaskan bahwa judul buku “Api Sabana Ibu Pertiwi” memiliki makna mendalam. “Api Sabana” merujuk pada sabana, yaitu ekosistem padang rumput yang luas dan tak terbatas. Api yang dimaksud di sini melambangkan semangat yang membara, yang memperkuat persatuan rakyat. Sedangkan “Ibu Pertiwi” merupakan personifikasi tanah air Indonesia, yang menggambarkan Indonesia sebagai ibu yang memberikan kehidupan. Sejak zaman prasejarah, masyarakat Nusantara sudah menghormati alam dan kekuatan bumi, yang dianggap sebagai ibu yang melindungi dan memberi kehidupan, serta sebagai dewi yang menjaga keseimbangan alam dan lingkungan hidup.
Buku ini membawa kita menyusuri peran para tokoh, dari Yogyakarta maupun daerah lain, yang memberikan kontribusi besar dalam mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia, khususnya pada masa revolusi fisik. Melalui peristiwa-peristiwa yang terjadi di berbagai pelosok Yogyakarta, buku ini menggambarkan kisah perjuangan yang menginspirasi dan semangat yang patut diwarisi untuk mewujudkan cita-cita bangsa. Harapannya, kajian ini tak hanya dibaca oleh akademisi, peneliti, atau sejarawan, tetapi juga bisa diakses dan dinikmati oleh masyarakat luas. Buku ini hadir untuk menjadi inspirasi bagi generasi penerus, memperkuat karakter bangsa, dan menanamkan semangat juang untuk kemajuan Indonesia.
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 12 September 2022
Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...