by ifid|| 01 November 2024 || || 98 kali
"Ekspresi Seni Kontemporer: Lintas Generasi" telah berlangsung penuh inspiratif dan kejutan di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta pada 25 Oktober 2024, menampilkan empat koreografer berbakat yang menyuguhkan beragam karya dengan pesan mendalam. Kegiatan ini menjadi sebuah momen penting untuk merayakan keragaman dan kekayaan seni di Indonesia, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pertunjukan ini dibuka secara resmi oleh Cahyo Widayat, Sekretaris Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY bersama Purwiati, Kepala Taman Budaya Yogyakarta. Dalam membacakan sambutan dari Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Cahyo Widayat, mengungkapkan pentingnya peran masyarakat dengan pemerintah dalam mendukung acara seperti "Ekspresi Seni Kontemporer: Lintas Generasi."
"Dinas Kebudayaan DIY berkomitmen untuk menyediakan wadah bagi seniman dalam mengekspresikan kreativitas mereka salah satunya melalui UPT Taman Budaya Yogyakarta. Acara ini adalah salah satu upaya kami untuk mendorong pengembangan seni dan budaya di Yogyakarta, yang dikenal sebagai pusat kreativitas,” ucap Cahyo
Cahyo menambahkan, "Melalui kegiatan ini, kami ingin memperkuat hubungan antara generasi muda dan senior dalam dunia seni kontemporer, sehingga tercipta sinergi yang positif. Kami percaya bahwa dukungan dari pemerintah sangat penting untuk menjaga keberlanjutan seni kontemporer dan memastikan bahwa nilai-nilai budaya kita tetap hidup dan berkembang,” pungkas Cahyo dalam membacakan sambutan Kepala Dinas Kebudayaan DIY.
Sedangkan dalam Laporan Kegiatan yang disampaikan oleh Kepala Taman Budaya Yogyakarta, Purwiati menjelaskan pentingnya kolaborasi antara seniman dari berbagai generasi, yang masing-masing membawa perspektif unik berdasarkan pengalaman hidup mereka.
“Dengan menampilkan penata tari dari rentang usia 20 hingga 50 tahun, kegiatan ini berhasil menggambarkan bagaimana seni dapat menjadi jembatan antara generasi, memperkaya dialog dan saling memahami melalui karya yang lahir dari kepekaan terhadap lingkungan sosial dan budaya,” tutur Purwiati.
Beliau juga menambahkan kegiatan ekspresi seni lintas generasi ini dapat menumbuhkan semangat berkarya dan proses kreatif seniman kontemporer lintas generasi.
“Harapan kami (TBY) kegiatan ini dapat menumbuhkan semangat berkarya dan proses kreatif untuk seniman kontemporer yang banyak berkembang di Daerah Istimewa Yogyakarta,” tambahnya Purwiati.
Pertunjukan Ekspresi Seni Kontemporer: Lintas Generasi ini diawali dengan pertunjukan kolaborasi empat penata tari dengan judul “Kolaborasi Bertumbuh Dalam Tubuh” diperankan oleh Ganggas Hatma, Arjuni Prasetyorini, Anter Asmorotedjo dan MM Ngatini, mereka menari bersama menggerakan tubuhnya yang saling berkomunikasi dan saling menyambung satu demi satu, gerak tubuh yang luwes gemulai mewarnai sajian pertunjukan ini, kadang dengan gerakan tubuh cepat kadang dengan gerak tubuh lambat, dan diakhir sajiannya dengan memunculkan gerak yang penuh harapan dan ekspresi tatapan mata tajam.
Salah satu karya yang mencuri perhatian adalah "Begalan" karya Ganggas Hatma. Karya ini terinspirasi dari adegan begal dalam tokoh pewayangan Jawa. Melalui karyanya, Ganggas menggambarkan perjalanan manusia yang dipenuhi rintangan dan godaan. "Mimpi adalah tujuan manusia untuk memulai sebuah perjalanan," ujar Ganggas, menekankan bahwa setiap langkah dalam perjalanan hidup harus dihadapi dengan keberanian. Dalam konteks ini, "Begalan" bukan hanya sekadar tantangan, melainkan juga sebuah proses pembelajaran untuk mengatasi musuh terberat, yaitu diri sendiri. Karya ini menunjukkan bahwa dengan ketekunan, setiap individu bisa menjadi pemenang dalam pertempuran melawan berbagai "begalan" yang menghalangi jalan menuju impian.
Karya lain yang menarik perhatian adalah "Ruang Renjana" karya Arjuni Prasetyorini. Dalam karya ini, Arjuni menjelajahi kompleksitas kehidupan sebagai seorang perempuan melalui empat segmen penampilan. Setiap segmen menawarkan ruang refleksi yang unik, mulai dari pengamatan terhadap alam hingga eksplorasi diri. Melalui tarian, Arjuni mengartikulasikan negosiasi emosional yang dihadapi oleh seorang perempuan, menciptakan dialektika antara kekuatan dan kerentanan. "Ruang Renjana" adalah sebuah karya yang mendalam, menampilkan eksistensi perempuan yang berani menantang stereotip dan mengungkapkan pengalaman hidupnya secara jujur.
Anter Asmorotedjo turut menyumbangkan karyanya yang berjudul "Mangsa Kala Mangsa". Karya ini terinspirasi oleh pranoto mangsa, warisan nenek moyang yang mengajarkan manusia untuk memahami tanda-tanda alam. Dalam karyanya, Anter mengajak penonton untuk merenungkan hubungan antara manusia dan bumi. Ia menunjukkan bahwa bumi bukan hanya sumber kehidupan, tetapi juga saksi perjalanan manusia. Dengan pemanasan global dan kerusakan lingkungan yang semakin meningkat, "Mangsa Kala Mangsa" menjadi sebuah seruan untuk kembali kepada kearifan lokal dan menjaga harmoni alam. Anter menggugah kesadaran kita akan pentingnya melestarikan tradisi yang telah terbukti mampu menjaga keseimbangan ekosistem.
MM Ngatini menghadirkan karya berjudul "Prapatan", yang menggambarkan pertemuan berbagai aspek kehidupan melalui simbol simpang empat. Dalam karyanya, MM mengekspresikan perpotongan antara berbagai kehendak dan emosi dalam diri manusia. Warna merah, kuning, hitam, dan putih merepresentasikan berbagai jalan hidup yang saling berebut dominasi. Dalam kerumitan kehidupan ini, penonton diajak untuk merenungkan siapa yang benar-benar memegang kendali. "Prapatan" menciptakan ruang bagi penonton untuk introspeksi dan menemukan makna sejati dari perjalanan hidup mereka sendiri.
Secara keseluruhan, acara "Ekspresi Seni Kontemporer: Lintas Generasi" berhasil menjadi platform bagi para seniman untuk mengekspresikan pemikiran dan pengalaman mereka. Dengan berbagai karya yang ditampilkan, acara ini tidak hanya merayakan keindahan seni, tetapi juga mengajak masyarakat untuk berpikir lebih dalam tentang hubungan antara manusia, budaya, dan alam. Dalam setiap gerakan dan cerita yang disampaikan, tersimpan harapan untuk menjalin kembali hubungan harmonis antara generasi yang berbeda serta antara manusia dengan lingkungan. Melalui seni, kita dapat terus belajar dan saling memahami, menciptakan masa depan yang lebih baik untuk kita semua.
Ekspresi Seni Kontemporer Lintas Generasi bukan hanya sebuah pertunjukan, melainkan sebuah ruang dialog dan apresiasi terhadap seni kontemporer dalam berbagai bentuknya. dengan arah tujuan untuk mewadahi ekspresi dan kreativitas seniman dari berbagai generasi, mendekatkan seni kontemporer kepada masyarakat luas, menumbuhkan apresiasi dan kecintaan terhadap seni dan budaya, dan menjadi wadah interaksi dan dialog antar seniman dan penikmat seni.
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 12 September 2022
Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...