by ifid|| 04 November 2024 || || 70 kali
Diselenggarakan setiap penghujung tahun, Festival Film Dokumenter menjadi ruang pembahasan dokumenter sebagai media ekspresi dan ekosistem pengetahuan melalui berbagai program. Di tengah hiruk pikuk geliat perkembangan dokumenter yang senantiasa bergerak dan beranjak melampaui batas tak terlihat, Festival Film Dokumenter (FFD) kembali hadir dalam penyelenggaraannya yang ke-23. Dalam proses panjang ini, FFD terus tumbuh dan senantiasa memberikan ruang eksperimentasi dokumenter yang menembus batasan-batasan bentuk, baik dalam inovasi naratif, maupun visi artistik.
Tahun ini, FFD menayangkan 67 film dari 32 negara yang terbagi dalam 9 program. Program-program yang ditawarkan mengusung tema dan landasan seleksi berbeda yang digarap oleh pengelola program yang berlatar belakang yang beragam. Salah satu program tematik andalan FFD, Perspektif, mengangkat tema Sinema Ketiga yang membahas bagaimana geliat Sinema Ketiga hadir sebagai aksi untuk menggugat gerakan sinema yang mendahuluinya. Program-program dalam FFD 2024 tidak hanya berbasis pada penayangan film dokumenter, melainkan juga menghadirkan rangkaian diskusi serta eksibisi. Rangkaian festival digelar pada 2-9 November 2024 di dua lokasi, yakni Taman Budaya Yogyakarta dan IFI-LIP Yogyakarta.
Serangkaian program FFD 2024 diawali dengan pembukaan yang diselenggarakan 2 November 2024, di Lobi Militaire Societeit, Taman Budaya Yogyakarta. Pembukaan FFD 2024 dihadiri oleh Kepala Bidang Adat, Tradisi, Lembaga Budaya dan Seni, Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta, para sineas dokumenter, seniman lintas disiplin, dan tamu publik. Dengan dipandu oleh Alia Damaihati dan Vanis sebagai bagian dari Forum Film Dokumenter, acara dibuka dengan rangkaian sambutan dan ditutup oleh pertunjukan repertoar “Ghost Light” karya sutradara Timoteus Anggawan Kusno.
Dalam perkembangan situasi global, kebudayaan berubah semakin cepat dari waktu ke waktu. Sejak era kolonial hingga era milenial saat ini, hegemoni budaya luar telah memberikan pengaruh yang besar pada kehidupan sehari-hari dan identitas masyarakat kita. Dengan berkembangnya teknologi informasi, film kemudian hadir sebagai salah satu media komunikasi yang turut memberikan pandangan, input value dan menjadi penyeimbang dari arus media-media populer. Hal ini disampaikan Kepala Bidang Adat Tradisi, seni dan Lembaga Budaya, Dra. Y. Eni Lestari Rahayu, dalam membacakan sambutan dari Kepala Dinas Kebudayaan DIY.
Film Dokumenter hadir salah satunya dalam- rangka mengkritisi kenyataan, dan uncovering the unseen. Kemudian Festival Film Dokumenter telah membuktikan konsistensinya untuk menjadi wadah bertemunya Film-film Dokumenter terbaik bukan hanya di tingkat nasional bahkan internasional. Konsistensi ini yang patut kita apresiasi. Bahwa Festival Film Dokumenter sebagai sebuah program memiliki potensi kreatifitas, pengetahuan dan jaringan yang luar biasa.
Eni menambahkan Dua puluh tiga Tahun perjalanan Festival Film Dokumenter bukanlah perjalanan yang singkat. Begitu banyak dinamika dan tantangan yang telah dilalui hingga mencapai keadaan hari ini. Harapan ke depan semoga Festival Film Dokumenter dapat selalu menjadi bagian dari upaya penguatan identitas budaya Indonesia, serta menjadi sarana pengembangan insan-insan perfilman.
Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta membersamai sinergitas - FFD sejak tahun 2015 sehingga dapat senantiasa mengukuhkan Yogyakarta sebagai Kota Film-film yang berbudaya. “Harapannya Festival Film Dokumenter ke-23 kali ini dapat terselenggara dengan baik. Mari mengapresiasi Film-Film Dokumenter, mari menjelajahi kenyataan-kenyataan yang tersembunyi”, pungkas Eni
Tahun ini, FFD mencoba merayakan dokumenter yang berusaha keluar dari ruang sempit yang mengekang dalam bentuk dan pembacaan yang seringkali mempertanyakan keyakinan dalam kerja-kerja dokumenter. Sayangnya, terkadang keyakinan tersebutlah yang membatasi sineas dokumenter dalam bereksperimentasi bentuk artistik dan wacananya.
Dalam sambutannya, Kurnia Yudha F., sebagai Direktur Forum Film Dokumenter dengan bangga menjelaskan sulur pergerakan FFD. “Penyelenggaraan yang konsisten selama 23 tahun telah menjadikan festival ini barometer bagi pengembangan dokumenter di wilayah Indonesia.” Ia juga turut menjelaskan mengenai program IDOCLAB yang kembali diselenggarakan tahun ini beriringan dengan FFD. Selain itu, karya dokumenter hasil lokakarya IDOCLAB 2023 juga ditayangkan dalam penyelenggaraan FFD 2024 dalam program Lanskap: Rasi Relasi.
François Dabin selaku Direktur IFI Yogyakarta. “FFD telah menjadi platform yang luar biasa serta memungkinkan penonton untuk menemukan film (bagus) dari seluruh dunia. FFD juga memberikan kesempatan bagi sineas muda Indonesia untuk menunjukkan karya mereka kepada banyak orang dan terhubung dengan para jurnalis berbakat,” ujarnya. Ia juga menyampaikan bahwa IFI Yogyakarta dengan bangga mendukung penyelenggaraan FFD 2024.
Tahun ini, 12 sesi pemutaran film diselenggarakan di Auditorium IFI Yogyakarta yang dimulai sejak tanggal 2 November 2024. Ia menambahkan bahwa IFI berkomitmen untuk mendukung segenap penyelenggaraan FFD. Dalam penutup pidatonya, François juga mengucapkan terima kasih dan selamat kepada Kurnia Yudha, Alia Damaihati, dan seluruh penyelenggara FFD atas dedikasinya. Kerja keras panjang tersebut dalam perjalanannya dapat menghadirkan film yang beragam dan berkualitas berturut-turut selama 23 tahun penyelenggaraan festival. Semua aspek inilah yang akhirnya menjadikan FFD sebagai salah satu festival film tertua yang masih aktif di DI Yogyakarta.
Setelah rangkaian sambutan tuntas disampaikan, pembukaan FFD 2024 ditutup dengan pertunjukan performatif Ghost Light karya sutradara Timoteus Anggawan Kusno. Karya awalnya berupa film dokumenter–atau bisa disebut film teater–ditampilkan secara langsung oleh Ari “Inyong” Dwianto dan Jamaluddin Latif yang memfiksikan suasana auditif melalui produksi suara. Sedangkan di layar ditampilkan dua aktor tersebut sedang mengkoreografikan repertoar, membangun, dan membongkar gagasan tentang monumen, hantu, dan ketiadaan. Karya ini juga dapat disaksikan kembali dalam bentuk audiovisual dalam program Exhibition FFD 2024.
Program Exhibition FFD 2024 tahun ini mengusung tema ketaksaan. Kekaburan film dalam definisi gambar bergerak yang mempertanyakan motif dan makna, fiksi dan nonfiksi, realitas dan surreal membuka celah terhadap eksplorasi medium. Benturan berbagai aspek narasi wacana dan visi artistik menciptakan pengalaman yang membawa kita berada di ruang liminal yang memberi kita ketaksaan dalam memaknai eksibisi ini.
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 12 September 2022
Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...