by ifid|| 14 November 2024 || || 55 kali
Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY kembali menyelenggarakan Jogjakarta International Heritage Festival (JIHF) 2024, sebuah acara yang selalu dinanti oleh masyarakat. Dengan tema “Kuasa Pusaka: Peran Keris dalam Kepemimpinan Nusantara,” festival ini berlangsung meriah selama lima hari, dari tanggal 13 hingga 17 November 2024, bertempat di Jogja Gallery, JL. Pekapalan No.7, Prawirodirjan, Kec. Gondomanan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Acara ini menyoroti keris sebagai simbol yang memiliki makna mendalam dalam khazanah budaya Nusantara. Keris tidak hanya dipandang sebagai pusaka bersejarah, tetapi juga dianggap memiliki peran vital, terutama karena kaitannya yang erat dengan kepemimpinan seorang tokoh di masing-masing wilayah. Keberadaan keris mencerminkan kewibawaan, kekuatan, dan tanggung jawab seorang pemimpin, menjadikannya bagian yang tak terpisahkan dari perjalanan sejarah dan budaya Nusantara.
Dalam sambutannya, Dian Lakshmi, Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, memberikan pandangan mendalam tentang tema yang diusung pada Jogjakarta International Heritage Festival (JIHF) tahun 2024. Ia menjelaskan bahwa tema “Kuasa Pusaka: Peran Keris dalam Kepemimpinan Nusantara” dipilih karena keris memiliki peran penting dalam budaya Nusantara, terutama sebagai simbol kekuatan dan kepemimpinan seorang tokoh. Ia menguraikan bahwa keris, khususnya di Yogyakarta, erat kaitannya dengan sejarah Kadipaten dan Keraton, seperti Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman. Tradisi pembuatan keris di lingkungan Keraton dibuktikan dengan keberadaan kelompok abdi dalem bernama Lurah Pande, yang bertugas menciptakan senjata seperti keris, tombak, dan pedang atas perintah raja melalui seorang utusan yang disebut Jejenang Empu.
“Tahun ini, kami memilih tema keris karena ingin menonjolkan peran keris dalam tatanan kepemimpinan Nusantara,” jelas Dian. Ia juga menekankan bahwa keris-keris dari kerajaan sepuh maupun daerah lain akan menjadi bagian dari pameran, mencerminkan nilai-nilai yang dibawa oleh tokoh-tokoh kepemimpinan Nusantara. “Kita berupaya menarasikan dan mengkontekstualisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam keris untuk menyajikan pengalaman budaya yang menarik di Jogjakarta International Heritage Festival ini,” tambahnya. Sambutannya pun mengundang rasa antusias dari para hadirin untuk lebih mengenal dan menghargai warisan budaya keris sebagai bagian dari identitas Nusantara.
Setelah Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi, menyampaikan sambutannya, acara dilanjutkan dengan paparan yang disampaikan oleh Drs. Alexandri Luthfi R, M.S. Dalam kesempatan tersebut, Alexandri menguraikan pentingnya peran keris sebagai warisan budaya bangsa. Ia membuka dengan mengingatkan kembali bahwa pada tahun 2005, UNESCO telah menetapkan keris sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia. Hal ini, katanya, menjadi sebuah kebanggaan sekaligus tanggung jawab bagi Indonesia untuk melestarikan dan mengembangkannya. “Keris sebagai karya adiluhung bangsa tidak hanya berfungsi sebagai pusaka, tetapi juga merepresentasikan identitas bangsa yang telah diwariskan secara turun-temurun sejak era kerajaan. Nilai-nilai filosofis dan estetika yang terkandung di dalam keris tidak lekang oleh waktu dan telah berhasil melintasi batas ruang serta generasi,” ungkap Alexandri dengan penuh semangat.
Ia juga menyoroti bahwa Dinas Kebudayaan DIY, melalui Bidang Pemeliharaan dan Pengembangan Warisan Budaya, terus menunjukkan komitmen dalam menjalankan program regenerasi. Program ini dirancang untuk membangun intelektualitas anak bangsa, khususnya dalam mewariskan ilmu pengetahuan yang terkandung dalam budaya keris. Mengutip pesan dari Sri Sultan Hamengkubuwono X, Alexandri menegaskan bahwa pelestarian budaya keris tidak hanya menjadi tugas lokal, tetapi juga memiliki dimensi internasional. “Dinas Kebudayaan DIY telah memulai langkah nyata melalui berbagai program kerja untuk melestarikan dan memajukan budaya keris, baik di Yogyakarta maupun di tingkat global. Ini adalah bentuk tanggung jawab yang harus kita emban bersama,”
Paniradya Pati Kaistimewan, Aris Eko Nugroho, S.P., M.Si., turut menyampaikan sambutan dalam acara pembukaan Jogjakarta International Heritage Festival (JIHF) tahun 2024. Dalam sambutannya, Aris sekaligus secara resmi membuka festival yang bertema “Kuasa Pusaka: Peran Keris dalam Kepemimpinan Nusantara.” Ia menekankan pentingnya makna keris sebagai simbol kekuatan, kebijaksanaan, dan keadilan yang menjadi fondasi kepemimpinan di Nusantara. “Keris bukan hanya sekadar senjata atau pusaka, tetapi sebuah simbol yang menyatukan kekuasaan dengan nilai-nilai luhur yang membimbing masyarakat menuju harmoni,” ungkap Aris. Ia menambahkan bahwa tema yang diusung tahun ini mencerminkan semangat untuk merangkai beragam budaya dan warisan Nusantara melalui bahasa simbolis keris, yang menggambarkan persatuan dalam keberagaman.
Festival ini menghadirkan koleksi keris dari berbagai kerajaan sepuh hingga daerah-daerah lain di Nusantara. Menurut Aris, pameran ini tidak hanya menjadi wadah untuk mengenalkan keris-keris bersejarah kepada masyarakat, tetapi juga memberikan kesempatan untuk memahami nilai-nilai mendalam yang terkandung di dalamnya. “Keris mengandung kisah sejarah dan ilmu pengetahuan yang sarat pesan kehidupan, penuh hikmah dan pelajaran,” lanjutnya. Aris juga mengungkapkan harapannya agar melalui festival ini, masyarakat, khususnya generasi muda, dapat lebih dekat dan bangga terhadap warisan budaya bangsa. “Penyajian yang menarik ini diharapkan mampu menanamkan kecintaan di hati masyarakat, sehingga nilai-nilai luhur yang diwariskan melalui keris tetap hidup dan dijaga keberadaannya,” tuturnya. Bagi masyarakat Yogyakarta, lanjut Aris, keris memiliki kedudukan yang istimewa sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas budaya mereka. “Kita memiliki peluang emas untuk membangkitkan kembali kecintaan terhadap warisan luhur ini melalui keris. Mari kita jaga dan lestarikan bersama sebagai harta tak ternilai bagi bangsa kita,”
Acara Jogjakarta International Heritage Festival (JIHF) tahun 2024 resmi dibuka melalui prosesi simbolis yang penuh makna. Paniradya Pati Kaistimewan, Aris Eko Nugroho, didampingi oleh Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kebudayaan) DIY, Dian Lakshmi, serta tamu-tamu penting lainnya, naik ke atas panggung untuk melaksanakan pembukaan acara secara simbolis. Sebagai simbol dimulainya festival, Dian Lakshmi secara khidmat menyerahkan keris kepada Pangarso Empu. Penyerahan keris ini tidak hanya menjadi tanda dimulainya JIHF, tetapi juga merepresentasikan perpindahan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam budaya keris kepada generasi masa kini. Momen tersebut disambut dengan tepuk tangan meriah dari hadirin yang memenuhi lokasi acara. Sebelum para tamu dan undangan diajak untuk beralih masuk ke area pameran, acara dimeriahkan dengan penampilan memukau dari Beksan “Golek Menak”. Tarian klasik ini menjadi salah satu daya tarik tersendiri, menampilkan keindahan gerak yang anggun dan sarat makna budaya. (sherina/fit)
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 12 September 2022
Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...