by nova|| 13 Juni 2025 || || 38 kali
Yogyakarta sebagai lokasi terletaknya berbagai warisan budaya, memerlukan kapasitas tenaga ahli yang kompeten guna menjamin kelestarian fisik maupun nilai-nilai historisnya. Kawasan Sumbu Filosofi Yogyakarta yang telah ditetapkan sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO tahun 2023, membutuhkan pengelolaan berbasis kajian dampak yang komprehensif. UNESCO menetapkan Heritage Impact Assessment (HIA) sebagai salah satu dari tujuh rekomendasi utamanya. HIA adalah instrumen krusial untuk memastikan pembangunan di sekitar warisan budaya tidak merusak nilai historisnya. Sementara itu, regulasi penerapan HIA telah diatur dalam Peraturan Gubernur Nomor 44 Tahun 2022 tentang Analisis Dampak pada Warisan Budaya. Menyadari urgensi tersebut, UPT Balai Pengelola Kawasan Sumbu Filosofi (BPKSF) Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY menyelenggarakan Pelatihan HIA pada 11-12 Juni 2025 di Greenhost Boutique Hotel Prawirotaman Kota Yogyakarta. Keseriusan penyelenggara tercermin dari dihadirkannya beberapa narasumber yang telah memiliki pengalaman ekstensif di bidang pengelolaan warisan budaya dunia. Pelatihan selama dua hari ini menyasar 20 peserta dari berbagai instansi terkait, di antaranya Ikatan Arsitek Indonesia, Asosiasi Antropologi Indonesia, Tenaga Ahli Pemugaran, dan sejumlah praktisi/profesional ahli lainnya. Pelatihan HIA telah terlaksana di tahun 2024 yang lalu. Di tahun 2025, Pelatihan HIA akan membahas bagaimana teori, praktik penyusunan, hingga pelaksanaan HIA yang dijalankan oleh para tenaga ahli.
Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, membuka pelatihan dengan menekankan esensi menjaga warisan budaya dunia di Yogyakarta dan perlunya memperbanyak tenaga ahli yang memahami HIA. Berbagai dokumen keperluan HIA sudah disiapkan oleh Kundha Kabudayan DIY dan dapat dipelajari para peserta lewat pelatihan ini. Dian menegaskan, proses HIA seringkali terhambat oleh kompleksitas prosedur, sehingga diperlukan tenaga ahli yang benar-benar terlatih.
Materi pelatihan pertama yang disampaikan oleh Daud Aris Tanudirjo, berfokus pada pembekalan teori penerapan analisis dampak warisan budaya serta studi kasus dari beberapa proyek. Daud menggarisbawahi bahwa sebelumnya, praktik Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) terhadap warisan budaya kerap kurang rinci atau bahkan diabaikan. Kini, dengan HIA, analisis khas terhadap warisan budaya diharapkan dapat lebih rinci mengingat karakteristiknya yang berbeda dari sumber daya lain.
Suyata narasumber kedua, menjelaskan prosedur HIA DIY secara lengkap, mulai dari landasan hukum, prosedur umum, prosedur pengajuan, hingga pelaporan. Terdapat tiga pihak yang terlibat dalam setiap prosedur HIA yaitu otorita, pemrakarsa, dan pelaksana (tenaga ahli). Peserta menerima materi yang menyeluruh disertai contoh kerangka dokumen. Suyata juga menyebutkan pentingnya memahami regulasi terbaru mengenai HIA yang tercantum dalam Pergub DIY No 2 tahun 2024 tentang Pengelolaan Warisan Dunia Sumbu Filosofis.
Dalam pelaksanaan selama dua hari, peserta juga dibekali pemahaman yang lebih luas mengenai HIA dari narasumber lain yaitu Bimo Unggul Yudo/KMT Yudawijaya, Khaerunnisa, Mutiara Cininta, dan Transpiosa Riomandha. Pelatihan ini juga menjadi ruang yang tepat bagi para tenaga ahli untuk saling terkoneksi dan bekerja sama secara profesional.
Para peserta terlibat aktif dalam pelatihan dengan berbagi informasi dan masukan selama sesi diskusi. Diskusi pun mengemuka, termasuk kritik terhadap sistem lelang proyek konservasi yang dinilai kurang sesuai dengan karakteristik pelestarian warisan budaya.
Peserta yang partisipatif dalam pelatihan, Rabu (11/06/2025) - Sonya
Salah satu peserta, Ina Sita Nuraina dari Asosiasi Antropologi Indonesia, mengungkapkan antusiasmenya terhadap pelatihan ini: “Saya biasa menyusun dokumen AMDAL dan perlu lebih memahami penyusunan HIA untuk pembangunan yang berkaitan dengan warisan budaya. Semoga Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY dapat melaksanakan pelatihan ini secara berkala agar lebih banyak tenaga ahli yang terlibat.”
Sebagai tindak lanjut, Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY akan memberikan pendampingan berkelanjutan bagi peserta, termasuk akses konsultasi di Mal Pelayanan Publik Kota Yogyakarta setiap hari Senin dan Kamis. BPKSF juga akan memantau penerapan HIA oleh peserta dalam proyek-proyek nyata.
Pelatihan HIA ini tidak sekadar memenuhi kewajiban regulasi, melainkan merupakan upaya strategis menjaga identitas warisan budaya Yogyakarta di tengah dinamika pembangunan. Dengan memperkuat kapasitas tenaga ahli sebagai pihak pelaksana HIA, Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY semakin siap mengawal pelestarian Kawasan Sumbu Filosofi sebagai warisan dunia yang bernilai universal. Langkah ini juga sejalan dengan komitmen UNESCO dalam menjaga Outstanding Universal Value (OUV) dari situs-situs warisan budaya. (nova)
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 18 September 2023
Limbah merupakan masalah besar yang dirasakan di hampir setiap negara. Jumlah limbah akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Permasalahan sampah timbul dari berbagai sektor terutama dari ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by admin || 31 Oktober 2016
YOGYA (KRjogja.com) - Masyarakat dunia perlu mengetahui bahwa Yogyakarta memiliki beberapa keunggulan terkait kebudayaan. Salah satunya karya Pangeran Mangkubumi yang selanjutnya dikenal sebagai ...
by admin || 24 November 2016
TRIBUNJOGJA.COM, TENGGARONG - Tim Travel Heritage Dinas Kebudayaan DIY menggelar Sarasehan Heritage yang mengusung tema Pelestarian Cagar Budaya Peninggalan Kraton untuk Masyarakat, di Mulawarman ...
by admin || 22 April 2019
Pada tanggal 16 April 2019 anggota TACB DIY dan DP2WB DIY melakukan kunjungan ke KCBKerta-Plered. Kunjungan ini diadakan oleh DP2WB untuk mereview naskah rekomendasi penetapan situs dan kawasan di ...