Kenali Maestro Subardjo Lewat Pasar Keroncong Kotagede 2016

by admin|| 01 Desember 2016 || 5.648 kali

...

Yogyakarta, Indonesia – www.gudeg.net Sangat disayangkan jika generasi muda tak mengenalnya. Murid tersayang dari pencipta lagu Bagimu Negri, Kusbini ini menunjukkan ketekunan dan rasa cinta kepada pilihan hiduplah yang membuatnya sukses.

Namanya Subardjo Purwo Hartono. Lelaki berusia sekitar 70 tahun ini mengisahkan pengalamannya saat menjadi murid almarhum Kusbini. Sebelumnya  ia penyanyi lagu-lagu pop saat menjadi murid di SMA 6 Yogyakarta. Karena rasanya kurang “sreg” ia mencoba mengenali musik beraliran berbeda. Berdasarkan arahan temannya, ia disarankan belajar keroncong  kepada maestro yang tinggal di kampung Pengok, Yogyakarta itu.

Subardjo sembunyi-sembunyi belajar bernyanyi di rumah Kusbini. “Kalau ditanya orang tua, saya bilangnya mau belajar bersama,” kata Subardjo saat dijumpai di Yogyatourium, Gedong Kuning, Yogyakarta. Ia merasa kalau ayahnya yang bernama Hardjo Sumarto itu tahu pasti tidak diijinkan. Seperti halnya penduduk Kotagede pada umumnya, Subardjo dan saudara-saudaranya diarahkan menjadi pengrajin perak. Meski begitu, sampai sekarang justru inisial “HS” dari ayahnya yang terus digunakan.

Sedangkan untuk biaya kursus privat, Subardjo merogoh koceknya sendiri. Untuk tahun 1962, harganya sekitar Rp. 1700,00. “Saya tidak minta bapak,” katanya. “Saya punya uang dari jualan ikan hias.”

Secara berturut-turut Subardjo selalu memenangkan kontes menyanyi. “Tahun ‘63 saya juara 3. Tahun ‘64 saya juara 1. Lalu terus menang jadi juara satu.” Sekitar tahun 1980 ia kembali meraih juara pertama. “Kalau menang dua kali berturut-turut di kompetisi yang sama nanti tidak bisa ikut lagi,” katanya. “Akhirnya di kompetisi berikutnya saya, gimana caranya jadi juara dua.”

Meski menang terus di berbagai kejuaraan, ada satu peristiwa yang membuat Subardjo benar-benar bangga. Sekitar tahun 1982 dilangsungkan final kompetisi menyanyi di Surabaya. Saat itu Subardjo sakit dan tidak siap tampil. “Badan saya panas. Saya sakitnya kayak dari tenggorokan,” katanya.  Meski begitu, Subardjo tetap menjadi juara.

“Hadiahnya Rp. 350.000,00. Utang saya Rp. 325.000,00,” katanya. “Sisanya Rp.25.000,00.”  Sambil tertawa, ia mengatakan, ada yang bilang Subardjo tergila-gila ikut lomba. “Bukan itu masalahnya. Saya ikut lomba juga buat makan anak-anak saya. Saya harus membiayai sekolah 4 anak saya.”

Setelah lebih dari 40 tahun bergelut sebagai penyanyi keroncong, Subardjo teringat kembali kata-kata almarhum Kusbini. “Saya waktu itu disepatani (disumpahi),” katanya. “Jo, sesuk kowe urip soko nyanyi (besok kamu hidup dari bernyanyi).” Ia menirukan kata-kata gurunya itu, ujarnya, mungkin sekarang kamu tidak dapat apa-apa, tapi besok bakal kaya.

Lewat keroncong Subardjo merasa dimanusiakan. Sampai sekarang, katanya, banyak orang masih menganggapnya artis. “Saya buang sampah di rumah,” katanya. “Ada yang bilang masak selebritis mbuang sampah.”  Bahkan, di usianya yang terbilang sudah tak produktif, Subardjo masih mendapat rejeki dari teman-temannya. “Undangan nyanyi ya masih terus menerima,” ujarnya.

Saat tampil di Pasar Keroncong Kotagede 2016, Subardjo bakal menunjukkan kemampuannya bersama orkes Keroncong Rinonce. “Besok konsepnya mini orkestra. Pemusiknya 14 orang,” katanya. “Kalau penyanyinya sekitar 10 orang.”

Kegiatan yang berlangsung di panggung Sayangan, Sopingen serta Loring Pasar ini juga menampilkan kelompok Swastika Muda, Jempol Jenthik Orkes, Gambang Semarang Art, Lolycong, Smindo, Kos Atos, Irama Tongkol Teduh serta Wurlitheng.

Acara yang berlangsung dari pukul 19.00 – 24.00 WIB juga menampilkan orkes keroncong dari Kotagede. Antara lain Cahaya Muda, Chandra Kirana, Erwina, Irama Guyub, Pesona Irama, Sarlegi, Sukanada, serta Timpasku. Meski gratis, kegiatan seni yang sudah berlangsung dua kali ini juga mengundang artis ibukota. Selain bakal dimeriahkan penyanyi Oppie Andaresta, Woro (Diatas Rata-Rata), serta Syaharani, kegiatan ini juga  diramaikan hadirnya Yati Pesek, Retno Handayani serta seniman serba bisa Slamet Raharjo.

Penulis: Albertus Indratno
Editor : Albertus Indratno

Berita Terpopuler


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Laksamana Malahayati Perempuan Pejuang yang berasal dari Kesultaan Aceh.

by museum || 12 September 2022

Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...



Berita Terkait


...
Inilah Sabda Tama Sultan HB X

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...


...
Permasalahan Pakualaman Juga Persoalan Kraton

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...


...
PENTAS TEATER 'GUNDALA GAWAT'

by admin || 18 Juni 2013

"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta