by admin|| 01 Desember 2016 || 51.858 kali
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pada abad ke-16, musik keroncong berkembang seiring dengan pertumbuhan kota-kota yang ada di pulau Jawa.
Keroncong sendiri berakar dari musik fado yang dibawa para pelaut yang berasal dari Portugis ke Indonesia.
Di tanah air sendiri, musik ini berevolusi dengan masuknya berbagai unsur tradisional maupun unsur lain, yang pada akhirnya membentuk musik keroncong yang menjadi salah satu kesenian Indonesia.
Keroncong menjadi salah satu peleburan yang mempertemukan gaya Eropa, melayu, arab dan gaya Indonesia yang multi kultur.
Kotagede merupakan salah satu kota yang tidak bisa dilepaskan akan adanya sejarah keroncong di bumi Nusantara ini.
Musik keroncong tumbuh di salah satu daerah yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta ini.
Di Kotagede ini pun keroncong disebut-sebut mengalami perkembangan secara beragam, mulai dari moor, stambul, keroncong beat yang terpengaruh The Beatles hingga dangdut.
Potensi berkesenian keroncong yang sangat besar juga terbukti dengan banyaknya grup keroncong yang masih eksis hingga saat ini.
Maka dari itu, masyarakat Kotagede yang bekerjasama dengan banyak pihak menghelat sebuah gelaran Keroncong bernama Pasar Keroncong Kotagede, yang salah satunya untuk menunjukan bahwa Kotagede memiliki potensi yang sangat besar terhadap musik Keroncong.
Helatan tersebut baru dimulai pada tahun lalu, yakni pada tahun 2015.
Di tahun ini Pasar Keroncong Kotagede pun kembali digelar, yaitu pada Sabtu (3/13/2016) malam dengan menyajikan beberapa panggung yang diletakan di seputaran pasar Kotagede maupun di tengah permukiman masyarakat Kotagede.
Dalam Pasar Keroncong Kotagede 2016 siap diramaikan oleh banyak grup Keroncong atau musisi yang berasal dari Kotagede.
Tidak hanya itu, grup maupun musisi Keroncong dari luar Yogyakarta pun siap meramaikan helatan Akbar untuk musik keroncong tersebut.
Setidaknya ada sebanyak 16 musisi yang siap tampil dalam acara tersebut. Di antaranya ada Oppie Andaresta, Woro (Diatas rata-rata), Syaharani, Subarjo HS, Yati Pesek, Retno Handayani, Orkes Keoncong Rinonce, Orkes Keroncon Cahaya Muda, Orkes Keroncong Chandra Kirana dan masih banyak lagi. (tribunjogja.com)
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by museum || 18 September 2023
Limbah merupakan masalah besar yang dirasakan di hampir setiap negara. Jumlah limbah akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Permasalahan sampah timbul dari berbagai sektor terutama dari ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...