by admin|| 25 November 2025 || || 24 kali
Sleman - Nuansa tradisi dan semangat akademik berpadu harmonis di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga pada 25-26 November 2025. Dalam semarak Perayaan Hari Keris Nasional Daerah Istimewa Yogyakarta 2025, digelarlah "Pusaka Manjing Pawiyatan" sebuah pertemuan bermakna antara warisan leluhur dan dunia intelektual, hasil kolaborasi Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, UIN Sunan Kalijaga, dan Grha Keris Yogyakarta.
Pengalaman Multisensori: Menghidupkan Tradisi di Tengah Kampus
Saat melangkah masuk, suasana langsung menyentuh setiap indra. Udara di sekeliling kampus dihangatkan oleh aroma khas besi panas dan bara api yang membara dari area workshop pembuatan keris. Di sela-sela nya, wangi kemenyan yang lembut namun khidmat turut menyambut, mengajak setiap pengunjung untuk membuka hati dan pikiran menyelami dimensi spiritual yang melekat pada keris.

Melampaui Mitos: Menemukan Kembali Keris dalam Terang Ilmu Pengetahuan
Acara yang mengusung tema "Keris dalam Paradigma Ilmu Pengetahuan" hadir dengan misi mulia: membuka perspektif segar bagi generasi muda, khususnya kalangan intelektual kampus. Sebagaimana tergores dalam catatan kuratorial, acara ini adalah jawaban atas kesenjangan pemahaman masyarakat yang kerap memandang keris sekadar sebagai benda usang yang sarat nuansa mistis.
Padahal, sejak 25 November 2005, keris telah diakui UNESCO sebagai Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity. Sebuah pengakuan dunia yang menegaskan posisinya bukan semata senjata, melainkan simpul peradaban yang kaya akan nilai sejarah, filosofi, estetika, dan spiritualitas Nusantara.
Pembukaan Khidmat: Menyatukan Visi untuk Masa Depan
Rangkaian acara resmi dibuka pada Selasa, 25 November 2025 pagi. Dr. Didik Wardaya, S.E., M.Pd., Staf Ahli Gubernur DIY Bidang Sosial, Budaya dan Kemasyarakatan, didampingi Drs. Budi Husada, Sekretaris Dinas Kebudayaan DIY, secara khidmat membuka acara yang ditandai dengan pemukulan gong.

Dalam sambutan Gubernur DIY yang dibacakan Dr. Didik Wardaya, keris ditegaskan sebagai material budaya yang merekam jejak teknologi metalurgi, estetika, dan pandangan hidup masyarakat Jawa. "Keris menuntut pemiliknya menebar budi baik, tutur santun, dan kebajikan. Di era modern, kelestarian keris tidak cukup hanya pada bentuk fisik. Nilai dan pengetahuannya harus ditransfer pada generasi muda melalui pendekatan yg relevan dengan zaman. Inilah ruh dari program keris masuk kampus, Keris Manjing Pawiyatan, sebuah ruang giat antara tradisi dan intelektual perguruan tinggi. Melalui kegiatan kajian dan diskusi, mahasiswa diajak memahami keris bukan sebagai benda mistis tapi sebagai simbol pengetahuan, kreativitas, rekayasa, teknologi, dan ketajaman berpikir leluhur. Semoga upaya-upaya pelestarian dan pengembangan keris memperoleh ridha Allah sehingga dapat menjadi simbol kebesaran budaya bangsa," jelasnya. Sambutan ditutup dengan harapan: "Semoga kegiatan ini memberi semangat baru bagi generasi muda dalam memperingati Hari Keris Nasional."
Sekretaris Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Drs. Budi Husada, yang membacakan sambutan dari Kepala Dinas Kebudayaan DIY menekankan pentingnya pendekatan ilmiah untuk melestarikan keris. Beliau berpesan bahwa keris perlu hadir dalam basis penelitian agar dapat diterima oleh mahasiswa, yang merupakan agen perubahan penjawab tantangan zaman dalam menjaga warisan budaya ini.
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga, Prof. Dr. Sigit Purnama, S.Pd.I., M.Pd, mengungkapkan fakta sejarah yang menggugah. Rupanya, kajian akademik keris telah dirintis sejak 1964 oleh Kanjeng Tumenggung Hertog Djojonegoro, Ketua Jurusan Ilmu Budaya Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga kala itu. Ini membuktikan bahwa studi keris bukanlah hal baru dalam dunia akademik.
Antusiasme terpancar jelas dari wajah-wajah muda mahasiswa yang memadati area acara. Dengan penuh ketekunan, mereka mengabadikan setiap momen, mulai dari prosesi pembukaan, workshop pembuatan keris, hingga ragam koleksi dalam pameran.

Ragam Kegiatan: Merangkul Semua Kalangan
Selama dua hari, publik dapat menikmati berbagai kegiatan secara gratis:

Dukungan Luas dari Akademisi dan Kolektor
Pameran ini diikuti oleh 40 pemilik keris dari kalangan akademisi dan pecinta keris, antara lain:
Sarasehan: Memperkaya Wawasan melalui Dialog
Dua sesi sarasehan nasional digelar dengan tema "Pusaka Manjing Pawiyatan: Paradigma Keris dalam Ilmu Pengetahuan". Sesi pertama (25 November) menghadirkan Dr. Sri Ratna Sakti, M.Hum. dan Dr. Rudy Wiratama, S.I.P., M.A., dimoderatori Drs. Alexandrie Luthfie R, M.S. Sesi kedua (26 November) menampilkan M. Yaser Arafat, M.A. dan Intan Anggun Pangestu, S.Tr. Sn., dengan moderator Taufiq Hermawan, S.Sn. Diskusi-diskusi ini mengupas keris tidak hanya sebagai pusaka, tetapi juga sebagai objek kajian ilmiah yang relevan.
Mengajak Generasi Muda Berkontribusi
Untuk merangkul generasi muda, diselenggarakan Lomba Essay dan Lomba Vlog Keris. Lomba essay terbuka untuk umum dengan pengumpulan naskah pada 20-26 November 2025, sementara lomba vlog menerima pendaftaran hingga 25 November 2025.

Workshop pembuatan keris menjadi magnet tersendiri. Di sini, peserta dapat menyaksikan langsung transformasi sebuah logam menjadi mahakarya, yang melibatkan tidak hanya keahlian metalurgi dan seni, tetapi juga penghayatan mendalam terhadap ritual budaya.
Sebuah Langkah Awal yang Penuh Arti
"Pusaka Manjing Pawiyatan" bukan sekadar event seremonial. Ini adalah ikhtiar sistematis untuk menempatkan keris pada posisi terhormat dalam khazanah ilmu pengetahuan—sebagai warisan budaya yang layak dikaji, diteliti, dan dilestarikan dengan pendekatan akademis yang kritis namun apresiatif. Sebuah upaya kolektif untuk memastikan pesan dan nilai luhur dalam setiap lekukan dan pamor keris tetap hidup dan relevan, berpindah dari tangan ke tangan, dari generasi ke generasi.
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by museum || 18 September 2023
Limbah merupakan masalah besar yang dirasakan di hampir setiap negara. Jumlah limbah akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Permasalahan sampah timbul dari berbagai sektor terutama dari ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...