YOGYA (KRjogja.com) - Alunan nada-nada sederhana terdengar syahdu di area Masjid Gede Kauman Selasa (6/12/2016). Ketika ditelusuri ternyata sumbernya dari pagongan yang terletak di sebelah utara masjid yang memang merupakan peninggalan Kraton Yogyakarta ini.

Suara perpaduan yang seolah memiliki nilai magis ini berasal dari dua gamelan yang Senin (5/12/2016) malam kemarin dikeluarkan dari Kraton Yogyakarta. Kyai Naga Wilaga dan Kyai Guntur Madu merupakan dua gamelan pusaka Kraton yang tengah menjalankan misi syiar Agama Islam seperti yang telah dilakukan ratusan tahun lalu.

Penghageng II Kawedanan Hageng Punokawan (KHP) Krido Mardowo, KRT Waseso Winoto mengatakan gamelan tersebut akan ditabuh secara bergantian hingga tujuh hari kedepan. Ditabuhnya gamelan tersebut secara langsung juga menandai disambutnya hari besar umat Islam yakni Maulud Nabi.

"Tujuannya sejak ratusan tahun lalu yakni sebagai syiar Islam dan juga menandai Maulud Nabi. Secara bergantian abdi dalem akan memainkan gending dan inilah bentuk dakwah yang dilakukan sejak masa wali saat kerajaan Demak," ungkapnya.

Ketika mendengar alunan gending dari kedua gamelan tersebut, kala itu para wali berharap masyarakat berdatangan dan kemudian menjalankan ibadah secara bersama-sama sembari menyisipkan indahnya ajaran Islam. "Tujuannya memang demikian, sampai saat ini saat adzan berkumandang maka gending berhenti dan memberikan kesempatan untuk beribadah," imbuhnya.

Selama tujuh hari, nada lara pelog dimainkan yang memang terdengar cukup teduh menghantarkan beribadah masyarakat yang terus berdatangan ke Masjid Gede Kauman. Para niyaga pun melakukan ritual tertentu sebelum memainkan gamelan yang dibuat pada periode 1643 Masehi ini.

"Dahulu paling tidak harus puasa 40 hari, namun sekarang memang sudah tidak wajib. Tetapi harus bersih pikiran dan hatinya," pungkas Krido. (Fxh)