Erlina Hidayati Kasi Sastra dan Bahasa Dinas Kebudayaan, menjelaskan latar belakang dari pemilihan Dusun Sumberan karena Sumberan memiliki 7 sumber mata air abadi yang khas. Ketujuh sumber mata air ini memiliki nama, Djoprawiro,Nyoto Purio,Kromo Kirono, Purwo Suwito, Modjo Suwito, Karyo Sentono dan Diporedjo.
Menurut Erlina, ketujuh sumber mata air ini memiliki keunikan tersendiri dan tidak pernah kering sejak dulu. Sejak zaman Perang Diponegoro mata air ini sudah ada.
"Di Sumberan inilah 7 mata air ini lestari,meski waktu itu saat musim kemarau atau bahkan saat Erupsi Merapi, 7 mata air ini tidak berhenti mengucur,"katanya dalam jumpa pers di Pendopo Dinas Kebudayaan,Kamis (9/3)
Selain itu menurut Erlina warga Sumberan juga memiliki daya tarik tersendiri. Selain mayoritas petani, masyarakat Sumberan masih menjujung tinggi nilai adat dan berkesenian. Masyarakat Sumberan masih berkesenian seperti kerawitan, ketoprak dan tari.Erlina juga menjelaskan alasan desa Sumberan sebagai tempat gelaran tahun ini karena mata air Sumberan memiliki kaitan dengan sejarah Pangeran Diponegoro.
"Nama Kirab Bregodo ini juga diambil dari sejarah dari mata air dan berkaitan dengan cerita salah satu perajurit Pangeran Diponegoro yang melarikan diri dan menemukan mata air tersebut,"katanya.
Berkaitan dengan waktu pagelaranm Erlina menjelaskan karena 22 Maret merupakan Hari Air sedunia dan tema setiap tahun adalah air.
"Tahun lalu kita adakan di Banjar Royo karena memiliki kaitan dengan Sri Sultan, Hamengkubuwono ke IX, setiap tahunnya temanya adalah air. Di sini Air berkaitan dengan jiwa berkesenian,dan dinas memfasilitasi kesenian tersebut ,"jelasnya.
Dalam gelaran Kearifan Lokal ini, acara dimulai pada malam tanggal 11 Maret dengan Kenduri dan upacara pengambilan air dari 7 mata air. Acara dilanjutkan esok harinya dengan pembukaan acara, kerawitan dan panembromo Ibu ibu,tari tarian dari masyarakat Sumberan, ketoprak, kirab Bregodo dan gunungan, rayahan gunungan dan ditutup dengan jathilan. (Syidiq Syaiful Ardl)