KBRN, Yogyakarta : Peristiwa unik akan terulang kembali yaitu dialog menggunakan Bahasa Jawa Ngoko antara Raja Mataram dengan Orang Keturunan Jawa di Suriname dalam acara Diaspora Jawa 2017 bertempat di Benteng Vredeburg Yogyakarta. Sedikitnya 19 acara telah dipersiapkan selama berlangsungnya Diaspora Jawa 2017 yang dipusatkan di Benteng Vredeburg Yogyakarta pada tanggal 17 hingga 23 April 2017, diikuti ratusan Orang Jawa yang berbahasa Jawa Ngoko bukan Warga Negara Indonesia, dari berbagai negara di seluruh dunia.
Orang-orang Jawa dirantau tersebut, diantaranya datang dari Suriname, Belanda, Malaysia, Singapura, Hong Kong dan berbagai pelosok di Nusantara seperti di daerah Tondano sebagai keturunan dari laskar Pangeran Diponegoro yang diasingkan oleh Belanda disana, juga Jawa Deli, mereka rindu untuk bisa menemui Tanah Leluhur yakni Jawa, Yogyakarta pada khususnya sebagai pusatnya budaya Jawa yang masih terjaga utuh, sekaligus bertatap-muka dan berdialog dengan Raja Mataram yakni Sultan HB X.
KPH Yudha Hadiningrat mewakili Kraton Yogyakarta menuturkan keunikan terjadinya dialog antara Raja dengan rakyatnya menggunakan bahasa Jawa Ngoko pernah terjadi ketika Sultan HB berkunjung ke Suriname, dan hal itu akan terjadi lagi disaat acara Diaspora Jawa 2017 di Benteng Vredeburg. “Sebenarnya yang mereka inginkan itu apa, tak lain sebagai Orang Jawa ingin ketemu Rajanya. Bahwa bertemu dengan Sultan itu yang begitu mereka dambakan, kapan bisa tatap muka, ngobrol sama Rajanya, saya dengar kalau Presiden RI ke Suriname tidak bikin heboh, tetapi kalau Sultan ke Suriname sangat menghebohkan, karena ketemu Rajanya, meski disambut dengan bahasa Jawa Ngoko, jadi ini yang luar-biasa, karena siapapun Orang Jawa gak akan berani Ngoko dengan Ngerso Dalem, karena itu memang unggah-ungguh-nya, unik”, ujar KPH Yudha Hadiningrat.
Sehubungan dengan berlangsungnya Diaspora Jawa tersebut KPH Wironegoro selaku wakil tuan rumah ketika dikonfirmasi RRI menyebutkan hendaknya selaku tuan rumah kita berikan yang terbaik untjuk mereka. “Berkumpulnya masyarakat Jawa ini penting sekali bagi kita warga Jogja untuk menjadi tuan rumah yang baik, menerima para Diaspora Jawa yang rindu dengan budayanya, kangen dan pengin tahu terhadap tanah leluhurnya, jadi saya mewakili warga Jogja berupaya menjadi tuan rumha yang baik bagi para Diaspora yang bertandang ke Yogyakarta”, ungkap KPH Wironegoro.
Dalam pada itu salah satu wakil Diaspora Jawa Indrata yang bermukim di Amerika Serikat berharap respon positip masyarakat Jogja dengan melakukan silaturahmi ke acara Diaspora Jawa tersebut.”Acara ini tidak terjadi tanpa ada para Diaspora, karena acara ini reuni, reuni-annya adalah Ngumpulke Balung Pisah, mereka yang terpisah sejak jaman dulu, karena politik, ada keterpaksaan maupun ketidakterpaksaan sehingga mereka harus ke luar negeri atau keluar Jawa, mereka krenteg mau kesini, keinginan leluhur mereka yang diteruskan kegenerasi berikutnya”, tutur Indrata Kusuma Prijadi selaku Ketua Paguyuban Ngumpulke Balung Pisah Javanese Diaspora, yang lama menetap di Amerika Serikat namun kini tinggal di Yogyakarta demi anak-anaknya agar mampu berbahasa Jawa.
Diantara agenda yang dipersiapkan dan dipastikan menarik adalah Dialog Orang Jawa tersebut dengan Sri Sultan HB X menggunakan Bahasa Jawa Ngoko, karena memang kemampuan Orang Jawa di rantau itu hanya ber-Bahasa Jawa Ngoko dan itupun sudah disetujui oleh Sultan HB X. Kemudian Pameran tentang Orang-orang Jawa dirantau serta Lomba Stand-Up Komedi Berbahasa Jawa, digelar selama Diaspora Jawa berlangsung dan selain itu warga Suriname akan menyajikan masakan Sauto racikan mereka kepada publik Jogja yang mengunjungi arena Pameran di Benteng Vredeburg Yogyakarta. (Bud)