by admin|| 05 Agustus 2014 || 30.354 kali
YOGYA (KRjogja.com) - Menyambut pemudik yang pulang kampung ke Yogya, para seniman mementaskan Ketoprak Ringkes Tjap Tjonthong Djogdjakarta berlakon 'Kotabaru Lunas Janjiku' di Gedung Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Jumat (01/08/2014) malam. Pentas ini sengaja digelar bertepatan saat masyarakat berlebaran di Yogya. Targetnya pun tercapai. Hiburan ini dipenuhi penonton yang sedang mudik untuk menghabiskan masa liburan di Yogya.
Ketoprak yang naskahnya ditulis Susilo 'Den Baguse Ngarso' dan disutradarai bersama pelawak Marwoto 'Kawer', mengangkat kisah sejarah semangat perjuangan rakyat Yogya ketika menyerang tentara Jepang di Kotabaru pada 7 Oktober 1945 untuk mempertahankan kemerdekaan RI. Kisah heroisme ini, dikemas dengan humor segar dan menggelitik. Dibuka dengan suara pembacaan maklumat Sri Sultan HB IX, jalan cerita tersebut lalu dirangkai adegan penurunan bendera Jepang sekaligus penaikan sang merah putih.
"Kita usir penjajah Jepang dari bumi tercinta, aku tidak takut senapan mereka, kita punya bambu runcing," kata Nano
Nano Asmorondono tidak takut ditembak.
�
Asmorondono berapi-api dalam salah satu adegan perjuangan rakyat Yogya mengusir penjajah untuk mempertahankan kemerdekaan RI. Alur mengalir dengan nuansa heroik dengan balutan jenaka. Marwoto 'Kawer' dan Den Baguse Ngarso, dalam pentas kali ini tetap menjadi magnet hidupnya suasana panggung dengan ulah konyolnya serta improvisasi spontan para pemain lain. Hingga pentas pun selalu cair dengan tawa para penonton. Kawasan di Yogya seperti Sidokarto, Godean, Sentolo, Jagalan, Kotagede, Pojok Beteng dan Gondomanan yang dipakai sebagai latar tempat, memberikan kedekatan hati kepada para penonton tentang Yogya.
Pada pentas spesial lebaran ini mereka yang turut tampil adalah Bagong Tris Gunanto, Novi Kalur, Nano Asmorodono, Rio Pujangkoro, Sudi Sronto, Wiro Adritomo, Nicky Nazaready, Toelis Smero, Bayu Saptomo, Eko, Yoga, Hargi Sundari, Rini Widyastuti, Ngatirah, Cici Anjasmoro Masitoh. Penata musik digarap Warsono Kliwir didukung pemusik diantaranya Maryono, Anom, Doyok Kadipiro, Anon 'Dugul'.
Bersemangat meski dengan senjata bambu runcing.
Salah seorang penonton bernama Rachma asal Jakarta yang sedang berlibur lebaran di Yogya, mengatakan terhibur adanya tontonan ini. "Aku sih gak ngerti bahasanya karena pakai Bahasa Jawa. Tapi lihat ulah para pemainnya aku bisa ikut ngakak," ujar Rahma yang ditemani saudaranya yang bisa berbahasa Jawa.
Pentas ketopraknya sendiri masih akan berlangsung Sabtu (2/8) hari ini di tempat dan jam yang sama. Acara ini didukung Skh KR. (Sal/Cil)
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 12 September 2022
Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...