Kritikus dan Pengkaji Film dalam Wacana Sosial Budaya yang Berimbang

by admin|| 11 September 2017 || 12.051 kali

...

Membandingkan dengan kritikus bahwa pengkaji film cenderung rendah hati, Dr. Seno Gumira Ajidarma, S.Sn., M.Hum., rektor Institut Kesenian Jakarta, seolah-olah menegaskan kerendahhatiannya dengan menyebut dirinya pelajar lugu. Meskipun demikian, Seno berharap dapat membuka jalan pikiran kita terhadap perbandingan esensialisme dengan konstruktivisme yang bertolak belakang (kontras) dari sudut pandang lebih dapat dipertanggungjawabkan.

Persoalan yang sering muncul dari pendekatan esensialisme adalah ukuran sebuah kritik yang terus diberlakukan dan dianut di mana-mana (universal), berhenti pada bagus atau indah semata-mata. Misalnya, suatu film atau jenis (genre) film tertentu, yang menarik dan banyak manusia yang terhibur, membawa pesan dan kesan kuat, ternyata dianggap tidak masuk hitungan atau di bawah standar. Kritik itu pun tidak memandang faktor di balik keberhasilan suatu film yang menyedot perhatian banyak penonton, begitu juga proses budaya yang menyebabkan munculnya keadaan seperti itu.

Betapapun seorang kritikus yang tidak melakukan penelitian dengan metode ilmiah, tetapi dengan semacam wibawa kebudayaan, ungkap Seno Gumira Ajidarma pada konferensi mengenai film Indonesia, sangat keliru kalau uraian dengan pemikiran esensialisme memunculkan kesan bahwa kritik film seperti tidak punya hak hidup (tidak boleh berkembang). Sebaliknya, ada nilai penting kritik film terhadap sosialisasi film sebagai bagian dari wacana sosial budaya secara proporsional, yaitu mengimbangi promosi yang penuh manipulasi atau berlebih-lebihan. Selain ini, juga mendekatkan jarak suatu film yang menghadirkan hal baru.

Konsep konstruktivisme seorang pengkaji film adalah mengemukakan budaya dan ilmiah sebagai bagian penting dari pekerjaannya, bukan mempertimbangkan baik dan buruknya, agar skema antarsubjektivitasnya dapat ditangkap secara jelas dan dapat diuji. Subjektivitas terbentuk melalui proses sosial (bermasyarakat) yang tumbuh dari tindakan dan percakapan dengan menggunakan budaya yang dikenal bersama. Di sini, dihasilkan makna dari tindakan gabungan hubungan-hubungan sosial.

Karena itu, dalam konstruktivisme dapat dijelaskan bahwa baik buruk itu ditentukan dari lingkup sosial, bukan objek independen. Dengan demikian, bukan baik dan buruk suatu film yang terus dipermasalahkan dalam sebuah kajian, melainkan mencari tahu gejala kebudayaan yang terbentuk dari atau membentuk film itu. Hal ini pula yang memungkinkan untuk memeriksa dan membongkar mitos-mitos kebudayaan yang dianggap benar.

Dr. Seno Gumira Ajidarma, S.Sn., M.Hum., rektor Institut Kesenian Jakarta masa jabatan 2016−2020, adalah sebagai pembicara utama pada konferensi akademis lintas disiplin mengenai film Indonesia dengan makalah berjudul ”Kritik Esensialis dan Kajian Konstruktivis”. Pemakalah lainnya adalah Dyna Herlina Suwarto, S.E., M.Sc., dosen pada Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta; Zaki Habibi, peneliti pada bidang kajian media dan budaya visual; Tito Imanda, antropolog dan pembuat film; Renta Vulkanita Hasan (Rere), peneliti pada bidang kajian dokumenter, khususnya dokumenter pada masa pasca-kolonial, dan lain-lain. Kegiatan yang dilaksanakan pada 29−31 Agustus 2017, di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, merupakan kerja sama Asosiasi Pengkaji Film Indonesia dengan Badan Perfilman Indonesia, Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dan Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (Seksi Perfilman, Bidang Seni dan Film).hen/ppsf

 

 

Berita Terpopuler


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Laksamana Malahayati Perempuan Pejuang yang berasal dari Kesultaan Aceh.

by museum || 12 September 2022

Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...



Berita Terkait


...
Inilah Sabda Tama Sultan HB X

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...


...
Permasalahan Pakualaman Juga Persoalan Kraton

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...


...
PENTAS TEATER 'GUNDALA GAWAT'

by admin || 18 Juni 2013

"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta