by admin|| 15 September 2014 || 42.426 kali
DWI AGUS/Radar Jogja
JOGJA – Dinas Kebudayaan DIJ terus mengembangkan potensi desa budaya. Salah satu
wujudnya dengan menggelar Festival Kethoprak Antar Desa Budaya se DIJ, Jumat (12/9) dan
Sabtu (13/9) mendatang. Festival ini akan melibatkan lima desa budaya kabupaten kota di DIJ.
Penanggungjawab kegiatan Drs. Yata mengungkapkan festival ini berbeda. Wujud kesenian
kethoprak akan hadir dalam format garapan. Dimana kesenian tradisi ini akan mengalami
kolaborasi dengan kearifan lokal desa budaya.
“Wujudnya memang berbeda untuk menjawab dinamika masyarakat. Selain bertujuan menarik
minat generasi muda juga mengangkat kekayaan lokal. Misalkan kethorpak dipadu dengan
kesenian angguk, atau menampilkan potensi desa budaya lainnya,” kata Yata saat ditemui di
Kantor Dinas Kebudayaan DIJ, jalan Cendana Jogjakarta (8/9).
Bentuk kethoprak garapan ini menurut Yata merupakan formula yang pas. Dari sisi regenerasi
mampu menggandeng generasi muda. Sedangkan untuk nilai budaya mengangkat potensi
kesenian dan budaya. Kedua nilai ini lanjutnya dapat membangkitkan roh kethoprak.
Dengan adanya festival ini maka turut menguatkan peran desa budaya. Dimana mampu
melsetarikan dan mengembangkan kesenian kethoprak. Festival inipun diharapkan mampu
menjadi pemicu pementasan kethoprak di setiap desa budaya di DIJ.
“Efek kedepannya dapat meningkatkan kekuatan desa budaya. Apalagi setiap desa budaya
memiliki cirri khas tersendiri. Tentunya ini dapat menguatkan pula Jogjakarta sebagai kota seni
dan budaya,” ungkapnya.
Meski begitu Yata mengakui bahwa tidak semua desa budaya memiliki kesenian kethoprak.
Untuk mengantisipasi hal ini, Dinas Kebudayaan sebelumnya telah menyelenggarakn workshop.
Workshop kethoprak yang diselanggarakan bulan Mei lalu ini diikuti oleh kontingen kabupaten
dan kota.
Pembekalan yang diberikan seputar teknik pementasan kethoprak. Wokrhsop inipun melibatkan
sejumlah penggawa dan pemerhati kethoprak Jogjakarta. Beberapa tokoh ini adalah Widayat,
Bondan Nusantara, Wahono, Sugiyarto dan tokoh lainnya.
“Memang awalnya tidak semua desa budaya mengembangkan kethoprak. Tapi untuk
menguatkan peran maka terus kita genjot. Gaya pementasan pun kita ubah tidak konvensional.
Tujuannya untuk menjaring penonton dan generasi baru,” katanya.
Berdasarkan SK Gubernur DIJ no. 13 tahun 2012 saat ini Jogjakarta memiliki 32 desa budaya.
Jumlah ini belum termasuk Kelurahan Budaya di wilayah kota. Untuk penyelanggaran festival
kethoprak, kontingen kota pun berdasarkan penunjukan.
“Proses seleksi berlaku bagi kontingen Gunungkidul diwakili Desa Budaya Kepek, Sendangsari
Pengasih dari Kulonprogo, Triwidadi Pajangan dari Bantul, dan Sinduharjo Mlati dari Sleman.
Sedangkan untuk kota diwakili oleh Desa Budaya Pandeyan. Tema yang diangkat seputar
kearifan lokal dan perjuangan ,” kata Yata. (dwi)
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 12 September 2022
Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...