by admin|| 07 November 2017 || 7.230 kali
Wayang sada (lidi), pertama kali dibuat Marsono, dari Dusun Gunungbang, Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul, pada 2011. Karena itu, boleh disebut bahwa Marsono-lah penemu wayang sada. Marsono (69), membuat wayang ini terdorong dari keprihatinannya akan nasib wayang. Untuk melestarikannya, menurut Marsono, harus dimulai dari dan diperkenalkan kepada anak-anak.
Wayang lidi, terbuat dari lidi muda atau masih basah, agar mudah dibentuk (lentur), dan dianyam sedemikian rupa, sehingga terbentuk wayang; mengusung tema ramah lingkungan dan bercita rasa seni dalam pembuatannya. Masa kecil Marsono, dulu pernah membuat wayang dari tangkai ketela pohon. Marsono menggunakan tali nilon, juga agel pada persendian wayang, agar bisa digerak-gerakkan dan cukup kuat. Wayang yang sudah jadi, dipernis, dan dijauhkan dari kelembaban.
Anak-anak yang mengikuti kegiatan lokakarya pembuatan wayang sada, dengan penuh perhatian mendengarkan dan mengamati Pak Marsono membuat wayang. Untuk menyemangati mereka, Pak Marsono menghadiahi wayang sada buatannya kepada anak-anak yang sudah berupaya membuat dengan sebaik-baiknya.
Selain dibuat dari bahan alami, tumbuhan kelapa, dengan wayang sada juga diangkat tema lingkungan dalam lakonnya. Wayang sada, kerajinan dan seni pertunjukan khas perdesaan, sudah menjadi koleksi Museum Wayang Kekayon Yogyakarta.
Secara bersamaan, juga dipertunjukkan pembuatan wayang dari kertas karton. Ki Tertib Sumarto, pembuatnya, dengan rendah hati menegaskan bahwa dirinya hanya meniru atau meneruskan wayang yang sudah ada. Berbeda dengan wayang sada, yang memang sejatinya dibuat Pak Marsono.
Bagi anak-anak, bahan dari kulit cukup mahal. Karena itu, Mbah Marto, sapaan akrab Ki Tertib Sumarto, memilih kertas karton, namun tidak sembarangan. Kertas karton yang dipilih adalah yang benar-benar bagus, yaitu kertas karton 500 gram.
Dengan sabar dan telaten, Mbah Marto, kelahiran Klaten, 9 Maret 1940, yang kini tinggal di Kampung Dipowinatan, Keparakan, Mergangsan, Yogyakarta, membimbing dan mencontohkan cara menatah gambar wayang yang sudah jadi, dialasi potongan kayu yang cukup tebal, kepada anak-anak. Gambar-gambar yang disediakan pada kertas minyak, berupa binatang, seperti gajah, buaya, selain tokoh wayang purwa yang tampak cukup rumit. Sebelum ditatah, gambar itu dibelat dulu dengan alas kertas karbon.
Wayang merupakan warisan benda (tangible) budaya, sekaligus menyimpan makna bukan benda (intangible) yang hidup dan dihidupkan para pendukungnya. Diungkap Suwarno Wisetrotomo, lakon dan bentuk wayang terus tumbuh, mungkin tak terbayangkan para pelaku yang teguh pada seni tradisi/klasik, dan menumbuhsuburkan daya cipta para seniman.
Lokakarya pembuatan wayang karton dan wayang sada, di Museum Sonobudoyo, pada Selasa, 7 November 2017, diikuti para pelajar dari SMP Negeri 2 Yogyakarta, SD Kanisius Pugeran, dan SMP Stella Duce I Yogyakarta. Kegiatan ini merupakan salah satu dari serangkaian kegiatan yang terkait dengan wayang purwa/klasik, dan karya-karya kontemporer wayang. Kegiatan untuk menyemarakkan peringatan wayang sebagai warisan dunia, yaitu Yogyakarta International Heritage Festival 2017, 5−11 November 2017, di Yogyakarta, diadakan Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Puncak kegiatan dipungkasi dengan pertunjukan wayang purwa yang didalangi Ki Manteb Soedharsono, di gedung Siti Hinggil Dwi Abad, Alun-alun Kidul, Yogyakarta, pada Sabtu, 11 November 2017. Pementasan ini dijadwalkan mulai 20.00 sampai dengan 21.00.(hen/ppsf)
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by museum || 18 September 2023
Limbah merupakan masalah besar yang dirasakan di hampir setiap negara. Jumlah limbah akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Permasalahan sampah timbul dari berbagai sektor terutama dari ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...