Gagal dengan Wayang Rumput yang Mrotholi, Marsono Temukan Wayang Sada yang Lentur

by admin|| 23 November 2017 || 5.918 kali

...

Marsono kecil sangat menyukai wayang. Ingin membeli, tidak punya uang. Ingin membuat, bahannya sulit didapat pada waktu itu. Dia yang masih dibawah sepuluh tahun, dengan kawan-kawannya mencoba membuat dari rumput, namun tidak bisa awet, mrotholi (terlepas-lepas). Kemudian dia bertekad membuat dari bahan lain yang mudah didapat, dan awet dipakai.

Meskipun mengagumi keindahan anyaman wayang pada waktu itu, semua bentuk wayang sama, satria atau raksasa; kera, atau punakawan, tidak bisa dibedakan. Menurutnya, mestinya wayang ada gelungnya, mahkota, dan badong; juga kain bawahan, ada bokongan dan jangkahan. Kegagalan pada masa kanak-kanak itu, membawa Marsono menemukan wayang sada, yang terbuat dari lidi muda atau masih basah, agar mudah dibentuk (lentur), dan dianyam sedemikian rupa. Persendian wayang ditali dengan nilon, juga agel, agar bisa digerak-gerakkan dan cukup kuat.

Berawal pada 2011, ketika melihat blarak (daun kelapa kering) terserak di pinggir sungai, keinginan membuat wayang yang tertunda lama, muncul lagi, justru setelah pensiun. Seketika itu juga, Marsono membuat wayang, yang dibuat pertama adalah Janoko (Arjuna).

Alasan lain Marsono membuat wayang adalah protesnya terhadap anggapan bahwa wayang kalah bersaing dengan pertunjukan lainnya. Gelagatnya seperti itu, akan ditinggalkan masyarakat, padahal wayang merupakan warisan adiluhung, dan telah diakui Unesco. Karena itu, Marsono berupaya keras melestarikan, melalui wayang sada. Sasarannya anak-anak, dengan harapan, setelah mereka mengetahui, kemudian bisa membuat, dan nantinya bisa dilestarikan.

Sampai sekarang, sudah seratusan yang sudah dibuat; nama-namanya dari unsur kelapa dan musuh-musuhnya, misalnya, Prabu Gluguwasesa, Patih Narasempal, Raden Bathokbolu, Prabu Kalawawung (musuh), dan Patih Kalagendon (musuh). Selain itu, juga dari wayang purwa (Mahabharata).

Cara membedakannya, dengan memperhatikan hal-hal berikut ini.

1)  Dari muka, hampir sama, anyaman sama, yang membedakan jumlah anyaman; ada yang 12, 15, 18, dan 21.

2)  Dari tutup kepala, dan penataan rambut, ada yang pakai gelung (ukel tekuk, dan mayangkara), serta mahkota;

3)  Badong (di belakang dada seperti sayap);

4)  Kain yang digunakan, dari badan ke bawah, ada bentuk bokongan (setengah lingkaran), juga jangkahan [lurus ke bawah sampai pada tumit (belakang kaki)].

5)  Rambut yang terurai dan gimbal (raksasa, seperti Prabu Kalawawung); mukanya (kepala), ksatria kebanyakan menunduk, raksasa (berangasan) agak menengadah (dangak).

6)  Punakawan (Mahabharata dan Ramayana), bentuk berbeda, walaupun muka sama. Perut gendut, pantat besar, hidung mancung, pesek, atau bundar. Sepintas tidak berbeda, kecuali dicermati/diteliti, dan diperbandingkan.

Banyak orang yang berpendapat, termasuk Ki Tertib Suratmo (perajin wayang kardus), bahwa Pak Marsono yang membuat pertama kali wayang sada.(hen/ppsf)

 

Berita Terpopuler


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Laksamana Malahayati Perempuan Pejuang yang berasal dari Kesultaan Aceh.

by museum || 12 September 2022

Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...



Berita Terkait


...
Inilah Sabda Tama Sultan HB X

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...


...
Permasalahan Pakualaman Juga Persoalan Kraton

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...


...
PENTAS TEATER 'GUNDALA GAWAT'

by admin || 18 Juni 2013

"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta