by admin|| 30 November 2017 || 5.189 kali
Perbincangan mengenai perempuan kini masif kembali. Perempuan kerap didefinisikan sebagai produk inferior dari budaya feodal. Kedudukanya pun kerap disalah-artikan sebagai pelengkap dari kaum adam. Konsekuensi yang diterima adalah perempuan di tempatkan pada ruang-ruang sempit. Perempuan sulit berbicara, perempuan dikerdilkan pengetahuannya, hingga perempuan terbatas atas hak-haknya. Perempuan demikian yang kemudian disebut terjajah oleh budayanya.
Perjalanan pandangan mengenai perempuan lantas mulai berubah. Budaya tidak berarti lagi sebagai alat untuk memasung ruang geraknya. Tidak ada upaya pengerdilan hak dan pengetahuannya. Batasan atara perempuan dan laki-laki pun mulai mengabu-abu. Kini perempuan berada pada bagian yang setara. Perempuan ini adalah mereka yang merdeka pada setiap langkahnya.“Menjadi perempuan adalah proyek untuk terus menjadi dan menghasilkan sesuatu dari dirinya/tubuhnya/situasinya,”(Greg Wuryanto-Kurator)
Kontradiksi budaya inilah yang lantas membawa perempuan sebagai ruh dalam pameran. Seperti halnya mitologi durga yang menjadi metafora perempuan ideal. Perempuan sebagai perpaduan atara saumya sekaligus kroda pada kondisi tertentu (DS Nugrahani). Selanjutnya, dengan mengusung tema Pengilon: Kisah Perempuan dalam Silang Budaya, diskusi mengenai perempuan diwujudkan dalam koleksi-koleksi yang ada, seperti halnya darpana, padupan ratus vagina, sumbul, hingga berbagai peralatan yang bersifat keperempuanan.
Pameran Pengilon: Kisah Perempuan dalam Silang Budaya ini akan dibuka pada tanggal 5 Desember 2017 dan berlangsung hingga 15 Desember 2017. G.K.R. Mangkubumi dan G.K.R.B.A.A. Paku Alam turut terlibat langsung pada acara pembukaan. Keduanya akan bersama-sama membuka pameran sekaligus menjadi representasi dari tokoh perempuan di masa sekarang.
Perjalan selama pameranpun didukung pula dengan kegiatan-kegiatan yang bertema keperempuanan, diantaranya: (1) workshop tari meditatif bertajuk sadyotkrãnti (8/12), (2) merajut (10/12), dan (3) berkain nusantara dengan tajuk mawastra (12/12). Tidak terlupa kegiatan bincang kurator yang akan diadakan 2 kali, 9/12 dan 11/12 sebagai upaya membangun wacana kesetaraan perempuan berdasarkan koleksi yang dipamerkan.
Pada akhirnya, pameran ini merupakan ajang bagi para perempuan untuk mendefinisikan kembali keperempuanannya, menafsirkan seluas-luasnya peranannya, hingga memandang ke dalam dirinya untuk dapat berkiprah. Perempuan adalah sakti, perempuan adalah akumulasi dari sistem pendidik atas generasinya! Kamu perempuan, maka kamulah yang punya cara!
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by museum || 18 September 2023
Limbah merupakan masalah besar yang dirasakan di hampir setiap negara. Jumlah limbah akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Permasalahan sampah timbul dari berbagai sektor terutama dari ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...