Memahami Seni Tradisi, Seni Kontemporer, dan Seni Populer

by admin|| 31 Desember 2017 || 11.553 kali

...

Wayang kulit, bisa saja awalnya dari seni kontemporer. Kemudian diterima masyarakat, masuk upacara ruwatan, menjadi seni tradisi atau bisa juga seni populer. Perlu diketahui bahwa seni tradisi, berlangsung terus-menerus, sehingga menjadi tradisi masyarakat. Seni kontemporer, seni yang nilainya belum terukur, mau disenangi masyarakat, bagus, jelek, belum diketahui. Sedangkan seni populer, dibentuk supaya populer, dan disenangi masyarakat.

Ketoprak, ungkap R.M. Kristiadi, S.Sn. (seniman dan pemerhati budaya), merupakan seni populer komersial, karena lahirnya dari prakarsa sekelompok orang yang membuat semacam drama dengan lesung, berkeliling desa untuk mencari sesuap nasi. Lama-lama, berkembang menggunakan gamelan. Muncul lakon yang disenangi masyarakat, seperti Suminten Edan, atau Si Buta dari Gua Hantu. Memang demikian orang berkesenian. Tonil disenangi, ketoprak ikut pakai tonil, karena memang ketoprak merupakan seni populer komersial.

Wayang wong di Surakarta, awalnya seni tradisi di Mangkunegaran. Memang seni tradisi, karena dipertunjukkan untuk peringatan ulang tahun raja. Kemudian ditarik oleh seorang pedagang Cina, dan menjual pertunjukannya di Sriwedari, dengan tonil. Untuk menarik minat penonton, dibuat lakon Srikandi Edan, Gatotkaca Kembar Lima, dan lain-lain. Hal ini merupakan kerangka budaya seni populer komersial, bukan tradisi lagi.

Seni tradisi harus melekat pada tradisi tertentu, tidak bisa dengan maksud agar ramai ditonton, dan supaya disenangi orang, gamelan sekaten pakai elektone. Tentu bukan demikian. Seandainya, gamelan sekaten pakai elekton, supaya penonton senang, itu seni populer. Kalau hal itu belum tentu disenangi, disebut seni kontemporer. Kemudian bisa berkembang menjadi seni populer, ketika disenangi.

Melestarikan tradisi, menurut Kristiadi, harus utuh; tradisinya, peradabannya dilestarikan, seni tradisinya pasti lestari, sehingga kesenian tidak mungkin bisa dipisahkan dari masyarakat. Gamelan Kanjeng Kyai Sekati masih hidup, karena tradisi sekaten masih ada. Wayang wong Kraton Yogyakarta masih ada, karena setiap tahun ada upacara yang diiringi dengan pertunjukan wayang wong. Setiap minggu masih ada latihan di kraton. Lain halnya apabila tarian di kraton menghadirkan bintang tamu untuk menyenangkan wisatawan, ini merupakan seni populer, bukan tradisi lagi. Kesenian menjadi kontemporer, populer atau tetap tradisi, tergantung pada masyarakatnya.

Menanggapi sebutan pengembangan seni tradisi, padahal yang dimaksud pelestarian, ditegaskannya bahwa pengembangan bukan pelestarian. Meskipun demikian, hal itu bukan suatu kekeliruan. Dikemukakan lagi bahwa pelestarian itu utuh; peradabannya dilestarikan, kebudayaannya, masyarakat pendukungnya, upacara dilestarikan, keseniannya pasti ikut lestari.

Ketika kita punya kerangka berpikir bahwa suatu seni tradisi, supaya diminati masyarakat, diubah bentuknya, itu menjadi seni populer. Kalau kesenian sudah berubah bentuk, yang aslinya tidak terlihat. Andai gamelan sekaten dicampur dangdutan, gamelan sekaten aslinya tidak kelihatan. Tindakan seperti ini bukan melestarikan, melainkan mengubah gamelan sekaten menjadi seni populer, sehingga seni tradisi gamelan sekatennya hilang.

Seni tradisi tidak punya sebutan punah atau tidak punah. Selama masih ada unsur-unsur yang menyokong keberadaan seni tradisi, seperti tersebut di atas, seni tradisi masih terus ada. Tidak ada hubungannya dengan penonton. Golek Menak adalah seni tradisi yang dibuat Sultan Hamengku Buwono yang kesembilan. Kalau itu diangkat kembali, dan pakai dangdutan, bukan merupakan tradisi sultan.

Membangun kesenian tanpa membangun kebudayaan, merupakan hal yang tidak mungkin. Kesenian itu anak kandung kebudayaan (teori kebudayaan yang dikemukakan Umar Khayam). Perkembangan kebudayaan masyarakat berpengaruh terhadap kesenian. Kebudayaan masyarakat Bali, umpamanya, terkenal dengan seni melukisnya. Bila dilakukan diluar Bali dan mendapat pengaruh melukis dari luar juga, dengan maksud mengundang perhatian penonton, hal itu bukan kebudayaan tradisi mereka sendiri. Kebudayaan kesenian Bali bisa hidup, karena kebudayaan peradabannya ada.(hen/ppsf)

 

Berita Terpopuler


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Laksamana Malahayati Perempuan Pejuang yang berasal dari Kesultaan Aceh.

by museum || 12 September 2022

Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...



Berita Terkait


...
Inilah Sabda Tama Sultan HB X

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...


...
Permasalahan Pakualaman Juga Persoalan Kraton

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...


...
PENTAS TEATER 'GUNDALA GAWAT'

by admin || 18 Juni 2013

"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta