by admin|| 15 September 2014 || 43.418 kali
JOGJA – Kethoprak merupakan kesenian yang dimiliki Indonesia sebagai Negara yang
dikenal dengan keanekaragaman budayanya. Bukan hal yang mudah untuk terus menghidupkan
kembali kesenian daerah ditengah arus globalisasi yang semakin berubah. Pada tanggal 12 dan 13
September 2014 lalu Dinas Kebudayaan menggelar sebuah Festival Kethoprak Desa Budaya di
Auditorium RRI Yogyakarta.
Acara tersebut merupakan tindak lanjut dari workshop dan seleksi festival kethoprak antar
desa budaya yang dilakukan pada bulan 5­7 Juni 2014 di Hotel Bronto kemaren dan penyeleksian
yang dilakukan pada bulan Agustus 2014. Selain melestarikan dan mengembangkan seni
kethoprak melalui desa budaya, melalui festival kethoprak ini kreativitas seniman kethoprak
mendapat tempat untuk menunjukkan eksistensinya. Juga dapat memeberikan wawasan kepada
masyarakat terutama seni kethoprak sekaligus upaya dalam peningkatan dan pengelolaan kesenian
khususnya seni kethoprak yang hidup dan berkembang di desa budaya.
Pertunjukkan tersebut semakin menarik dan istimewa ketika pertunjukkan kethoprak yang
dikombinasikan dengan unsur­unsur kesenian lokal seperti jathilan, sholawatan, angguk, reog, dan
lain­lain disesuaikan dengan potensi yang ada di desa budaya tersebut.
menarik minat generasi muda juga mengangkat kekayaan lokal. Misalkan kethorpak dipadu
dengan kesenian angguk, atau menampilkan potensi desa budaya lainnya,” kata Yata sebagai
penanggung jawab kegiatan festival tesrsebut.
Dinas Kebudayaan DIY sebagai penyelanggara festival kethoprak ini menyediakan ruang
aktualisasi diri bagi generasi muda kethoprak di desa budaya. Tentu seni budaya lokal ini bukan
semata­mata sebagai alat penambah devisa saja tetapi investasi kultural bagi keberlangsungan
Yogyakarta sebagai daerah istimewa yang terbentuk dalam tiga hal utama yaitu, pendidikan,
kebudayaan, dan keberagaman.
budaya. Jumlah ini belum termasuk Kelurahan Budaya di wilayah kota. Untuk penyelanggaran
festival kethoprak, kontingen kota pun berdasarkan penunjukan.
yang berlangsung selama dua hari tersebut menampilkan lima kontingen yang lolos seleksi
diantaranya kontingen Bantul dengan judul “Dahuru Banyu Ngantru”, kontingen Kulon Progo
dengan judul “Satrio Kulon Progo”, kontingen Sleman dengan “Dendhaning Asmara”, Kontingen
Gunung Kidul dengan “Babad Alas Nongko Doyong”, dan kontingen Yogyakarta dengan “Sirepe
Prahara Pandeyan”. Nantinya para juara tersebut mendapat hadiah 10 juta untuk juara satu, delapan
juta untuk juara dua, tujuh juta untuk juara tiga, enam juta untuk juara empat, dan lima juta untuk
juara kelima.
terbukti dengan banyaknya yang datang sekitar 500 pengunjung bahkan diantaranya rombongan
dari para masyarakat yang hendak melihat penampilah dari kontingen yang lolos dari desa mereka.
pertunjukkannya dimajuin biar gak pada ngantuk, kan percuma udah persiapan, tampilnya oke, tapi
penontonnya kurang perhatian sama isi ceritanya,” ujar Hana salah satu mahasiswa yang menonton
pertunjukkan tersebut.
“Wujudnya memang berbeda untuk menjawab dinamika masyarakat. Selain bertujuan
Berdasarkan SK Gubernur DIJ no. 13 tahun 2012 saat ini Jogjakarta memiliki 32 desa
Juri dalam festival ini dari ISI, budayawan, dan dari seniman kethoprak sendiri. Festival
Antusiasme masyarakat juga menambah semangat menghidupkan kesenian tersebut
“Menarik banget, nggak kalah sama film­film atau tontonan yang di TV. Cuma jam
Selain ketentuan peserta yang diwajibkan menampilkan potensi­potensi yang dimiliki desa
budaya di luar seni ketoprak misalnya, jathilan,angguk, reog, dan lain­lain, juga ada beberapa
peraturan desa tersebut durasi pementasan maksimal 60 menit, jumlah pendukung setiap
kontingen maksimal 40 orang meliputi pemain pengrawit n potensi seni lokal, peserta masing-
masing kontingen meruapakn penduduk warga setempata, setuap kontingen seyogyakanya
melibatkan generasi muda di bawah usia 40 tahun dan beberapa lainnya. Tidak heran jika
penampilan para kontingen begitu memukau dan membawa kembali ingatan akan kesenian yang
sudah jarang dipertunjukkan ini.
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 12 September 2022
Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...