by admin|| 24 April 2018 || 11.574 kali
Kalau yang senang kesederhanaan, selalu mengolok-olok gaya Surakarta, kemuka Herman Sinung Janutama, sejarahwan, budayawan, dan peneliti filsafat Jawa. Bedanya (Surakarta dengan Yogyakarta) harus dipahami, dalam hal bentuk dan fungsinya. Harus berbeda, yang penjaga pusaka dengan yang penjaga mercusuar (mercukanda). Kasunanan, Pakualaman, dan Mangkunegaran bergaya Surakarta. Hanya kraton Yogyakarta yang menjaga gaya khasnya, Yogyakarta. Dengan demikian, perbedaan fungsinya menjadi jelas.
Wayang Surakarta dengan Yogyakarta memang berbeda. Wayang Surakarta tersebar di seluruh dunia (bisa disaksikan melalui Youtube). Sabetannya enak. Sedangkan wayang Yogyakarta tidak bisa disabetkan, karena memang kaku, bukan tidak boleh. Makanya bentuknya dempek, kulitnya, wacucalnya tebal, dan kaku, karena yang dipegang adalah (tunduk pada) paugeran.
Wayang Surakarta dibuat ramping, sunggingannya emas. Kalau perlu, siku-sikunya dari inten. Misalnya, di Amerika atau Jepang ada wayang, itu mesti wayang Surakarta.
Perbedaan yang paling tampak dalam hal berbusana tradisional, adalah jenis dan lipatannya (jarit, batik). Yogyakarta putih di depan (disebut pethakan). Surakarta, dilempit, karena pinggiran kain tidak boleh kelihatan lipatannya.
Busana Surakarta, yang terbaiknya, beskap, keris tretes, hiasan emas, jalannya timik-timik. Mewah sekali. Yogyakarta, yang dipakai bangsawan, pakai kembang watu, corak kembang-kembang, blangkon khas yogyakarta, memakai jarit, dibandingkan dengan Surakarta, perbandingannya jauh (bagai langit dengan bumi). Keris juga. Surakarta, begitu dikeluarkan (dihunus), gilar-gilar, tretes. Yogyakarta, suram, namun ampuhnya (pamor) itu.
Patung gupala (atau dwarapala), Cingkarabala dan Balaupata, di Kraton Yogyakarta ditempatkan di dalam. Sedangkan di Kraton Surakarta, di luar, di pinggir alun-alun, dan besar. Hal-hal seperti ini tidak diperhatikan masyarakat sebagaimana mestinya, karena tidak diberi ruang untuk dijelaskan. Ilmuwan Jawa tidak pernah diberi ruang untuk menjelaskan, dengan cara dan bahasa mereka. Selalu menurut pandangan ilmuwan mancanegara (misalnya Belanda, atau Jepang).
Siapa yang paham mengenai haba? Bisa dihitung dengan jari, itu pun masih kira-kira. Pengetahuan mengenai hal itu hanya tersimpan pada pinisepuh, dan hanya diakui pinisepuh, serta tidak sembarangan orang boleh mengetahui.(hen/ppsf)
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 12 September 2022
Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...