Di Balik Penemuan Candi: Kelupaan Sejarah?

by admin|| 04 Juni 2018 || 5.623 kali

...

Sekarang, kita dapat menyaksikan kemegahan bangunan candi-candi (setelah ditemukan dan diperbaiki) kembali, layaknya baru dibuat pertama kali dulu. Lebih dari itu, kehebatan dan kerumitan rancang bangunnya tidak dapat diulang lagi, bahkan dengan capaian teknologi terbaru masa kini sekalipun.

Saat ditemukan, kebanyakan candi memiliki keadaan yang hampir serupa, yaitu reruntuhan yang tidak bertuan (diabaikan), tidak terawat, tertutup lebatnya perpohonan dan semak-semak, tertimbun tanah atau abu gunung berapi, atau terbengkalai memuing, sehingga ada yang sulit disusun ulang hingga sekarang. Sebagian besar candi ditemukan kembali setelah melalui tahapan penggalian.

Bangunan istimewa itu dianggap sebagai salah satu khazanah warisan dan kebesaran masa lampau, dalam sejumlah hal. Meskipun demikian, muncul pertanyaan, kenapa (Candi Borobudur dan Prambanan, misalnya) pernah lenyap dari ingatan penduduk nusantara−ada yang menyebutnya sebagai ’kelupaan sejarah’, luput dari budaya tutur penduduk masa itu, bahkan telah melewati masa Kerajaan Majapahit dan Kesultanan Demak? Itu pun belum memperhitungkan tahapan pemugaran pasca penemuan yang menghabiskan waktu lebih dari satu abad, agar layak diperkenalkan kepada khalayak.

Budaya orang Indonesia zaman dahulu tidak suka menulis, tegas Didit Hadi Barianto, S.T., M.Si., D.Eng., geolog dari Universitas Gadjah Mada, ahli stratigrafi, paleontologi, dan kuarternari geologi. Candi Borobudur dan Prambanan pasti dikenal pada masanya (abad ke-8 Masehi). Memang dikenal, namun tidak sampai ditulis, sehingga masyarakat Indonesia pada zaman sekarang tidak tahu tingkat keterkenalannya. Sekian abad kerajaan Majapahit pun hanya punya kitab Sutasoma tulisan Mpu Tantular. Kalau mau belajar sejarah kerajaan di nusantara saja, kita meminjam catatan orang Belanda. Prasasti (kuno) itu cuma batu kecil, tidak cukup banyak informasi yang bisa didapat.

Budaya tutur banyak, namun budaya tulis sedikit, padahal tutur bisa berubah setelah lebih dari seratus tahun. Banyak kisah setelah lebih dari seratus tahun menjadi dongeng, sudah banyak penyimpangan. Hal ini karena menceritakan sejarah dengan tutur, bukan dengan tulisan yang bisa lama tetap sama. Pada zaman sekarang, kalau terjadi sesuatu, ditulis koran, disiarkan radio, televisi, sehingga kesannya otentik. Kalau zaman dulu, sebatas gethok tular omongan. Berapa lama bisa demikian? Ketika sudah tidak diperbincangkan lagi, tidak ada yang tahu.

 

Dari sudut lain diungkap Dr. Niken Wirasanti, M.Si., arkeolog dari Universitas Gadjah Mada, bahwa dirinya belum pernah mendengar istilah kelupaan sejarah. Walaupun demikian, kemuka Niken, secara teoretis tentu tidak begitu saja Candi Borobudur dan Prambanan dilupakan. Banyak asumsi yang dapat dibangun terkait dengan hal tersebut. Untuk itu, perlu data arkeologis yang valid, baik artefak maupun data tertulis.

Tidak ada informasi tentang Mataram (kuno) di Jawa Tengah, karena pada pertengahan abad X, pusat pemerintahan berpindah di Jawa Timur. Sejak saat itu, data prasasti lebih banyak menceritakan peristiwa di Jawa Timur. Belum ada data prasasti tentang aktivitas di Jawa Tengah, sehingga menurut Niken, mungkin itu yang disebut ’dilupakan’.(hen/ppsf)

 

Berita Terpopuler


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Laksamana Malahayati Perempuan Pejuang yang berasal dari Kesultaan Aceh.

by museum || 12 September 2022

Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...



Berita Terkait


...
Inilah Sabda Tama Sultan HB X

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...


...
Permasalahan Pakualaman Juga Persoalan Kraton

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...


...
PENTAS TEATER 'GUNDALA GAWAT'

by admin || 18 Juni 2013

"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta