by admin|| 04 Juli 2015 || 6.347 kali
YOGYAKARTA - Menikmati puasa Ramadhan bisa dilakukan dengan berbagai cara yang asyik, menyenangkan dan tentu saja mengandung makna sederhana dan bersahaja (halah mulai sok-sokan nih). Minggu, 28 Juni 2015, setelah pukul 16.00 WIB saya ngabuburide dengan bersepeda jarak sedang kurang lebih radius 3 km dari rumah saya. Berpakaian casual dan saya pun langsung memancal sepeda ke arah timur tepatnya di kawasan objek wisata Istana Air Taman Sari.
Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat sebagai kerajaan Islam yang sudah berusia ratusan tahun tentu saja memiliki beberapa peninggalan sejarah Islam berupa bangunan masjid yang tersebar luas di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan masih digunakan hingga sekarang ini. Salah satunya yaitu Masjid Kraton Sokotunggal Yogyakarta yang berada di komplek obyek wisata Istana Air Taman Sari yang berada di Jalan Taman 1 Nomor 318, Tamansari, Patehan, Kraton, Yogyakarta, DIY, tepatnya di depan pintu masuk obyek wisata Taman Sari.
Prasasti yang terpasang pada salah satu dinding depan Masjid Kraton Sokotunggal Yogyakarta menuliskan bahwa masjid ini diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX pada hari Rabu Pon tanggal 28 Februari 1973. Masjid Kraton Sokotunggal Yogyakarta selesai dibangun pada hari Jum’at Pon 21 Rajab tahub Be dengan ditandai Candrasengkala “Hanembah Trus Gunaning Janma” 1392 H atau 1 September 1972 M dengan Suryasengkala “Nayana Resi Anggatra Gusti”.
Penamaan masjid ini disesuaikan dengan keunikan konstruksi bangunan yang berbeda dengan konsep bangunan Jawa pada umumnya. Bangunan dengan konsep Jawa atau pendopo tentu memiliki banyak tiang penyangga, sedangkan di masjid ini hanya memiliki satu buah tiang penyangga utama (soko guru). Oleh karena itu masjid peninggalan Sri Sultan Hamengkubuwono IX diberi nama Masjid Kraton Sokotunggal Yogyakarta.
Informasi yang kami dapatkan dari salah satu sesepuh dan saksi pembangunan Masjid Kraton Sokotunggal Yogyakarta, dan pada masa tersebut beliau menjabat sebagai sekretaris pembangunan masjid, Hadjir Digdodarmodjo (85), ide awal pembangunan masjid ini merupakan inisiatif dari warga Tamansari yang mendambakan sebuah masjid sebagai tempat aktivitas kegiatan ibadah dan sosial.
“Sebelum adanya Masjid Kraton Sokotunggal Yogyakarta, warga biasanya menjalankan sholat jamaah dengan mengalihfungsikan salah satu bangunan di Taman Sari yakni Kedung Pengantin,” ungkapnya.
Setelah melalui proses pertemuan dengan pihak Kraton Yogyakarta, pembentukan panitia pembangunan masjid pun terbentuk. GBPH Prabuningrat, kakanda Sri Sultan Hamengkubuwono IX ditunjuk sebagai ketua panitia pembangunan Masjid Kraton Sokotunggal Yogyakarta.
“Penunjukkan GPBH Prabuningrat sebagai ketua panitia pembangunan Masjid Kraton Sokotunggal Yogyakarta benar-benar memperlancar proses pembangunan, bahkan pada waktu itu Presiden Soeharto juga turut serta memberikan bantuan,” ungkap Hadjir Digdodarmodjo.
Menurut Hadjir Digdodarmodjo, Masjid Kraton Sokotunggal Yogyakarta berdiri diatas tanah seluas kurang lebih 900 meter persegi yang merupakan tanah waqaf dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Beliau juga menunjuk R. Ngabehi Mintobudoyo seorang arsitek Kraton Yogyakarta yang ditugaskan menjadi arsitek pembangunan masjid tersebut. Ngarsa Dalem IX juga berpesan agar bangunan Masjid Kraton Sokotunggal Yogyakartadibuat dengan arsitektur Jawa.
Masih menurut Hadjir Digdodarmodjo, Sri Sultan Hamengkubuwono IX kemudian memutuskan memilih tanah yang saat ini berdiri Masjid Kraton Sokotunggal Yogyakarta. Pemilihan tanah tersebut didasarkan pada keinginan Sri Sultan Hamengkubuwono IX agar masjid tersebut menjadi monumen bagi para pejuang Serangan Oemoem 1 Maret 1949 yang dimakamkan dekat lokasi Masjid Kraton Sokotunggal Yogyakarta.
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 12 September 2022
Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...