by admin|| 20 Agustus 2018 || 7.233 kali
Kegemaran sejak kecil, dan menekuni wayang golek, Trisno Santoso berupaya mengangkat wayang golek yang dianggap kurang glamour (gemerlap), kurang menarik, karena panggungnya, lampunya kurang terang, dibandingkan dengan wayang kulit. Trisno menyadari bahwa banyak hal yang perlu segera dibenahi.
Ukuran wayang golek itu kecil. Dilihat dari jarak sepuluh meter, wajahnya sudah tidak cukup kelihatan. Trisno ingin menambah ukurannya, namun harus dibuat ringan. Sebenarnya wayang golek terbuat dari kayu, sehingga semakin besar, tentu semakin berat. Menyiasati keadaan itu, kepala dan badan dibuat berongga. Karena itu, dibuat dengan cetakan, tidak bisa dengan cara lain. Walaupun demikian, seandainya dicetak satu per satu, mahal, sehingga disiasati dengan mencetak beberapa sekaligus, kemudian dirias, dimodel lagi sesuai dengan karakter yang dibutuhkan.
Awalnya dibuat dari fiber, namun ternyata masih cukup berat dan mahal, walaupun kuat, tahan banting. Akhirnya, ditemukan cara mencetak wayang golek yang ringan dan kuat, yaitu dari kertas bekas pembungkus semen dicetak pada sebongkah sterofoam (gabus), yang dibungkus dengan kertas bekas pembungkus semen dan lem. Terobosan dengan cara ini, berguna juga diterapkan untuk membuat wayang golek yang kecil. Beratnya setengah (100 gram) dari yang dibuat dengan kayu, 200 gram.
Pada bagian lengan, dicoba dengan menggunakan dakron yang dibuat seperti guling dan ditempatkan sedemikian rupa dan diolesi lem pada bahu badan boneka. Dengan cara ini, lengan wayang bisa digerakkan dengan leluasa ke segala arah. Sebelum ditemukan dengan menambahkan dakron, pundak yang dibuat dari kayu, cukup berat, dan gerakannya kurang leluasa.
Dua pemahat wayang golek, Rosyanto dan Kuswanto dari Prembun, Kebumen, bertugas membuat kepala. Sedangkan badan wayang, untuk rancangan busana/pakaiannya, dikerjakan Bambang Sugiarto, dari sanggar Kemasan, pendiri teater Gidag-gidig, perancang busana ketoprak, wayang orang, teater, sering juga tata busana dalam film. Istri Trisno pun diajak ambil bagian pada pekerjaan besar ini. Ditegaskan Trisno, yang menulis naskah dan bertanggung jawab mempertunjukkannya, hal ini benar-benar merupakan kerja bersama, dan melibatkan banyak orang.
Trisno Santoso, S.Kar., M.Sn., doktor dari ISI Surakarta, dan sering dipercaya sebagai juri wayang tingkat regional dan nasional, menggelar wayang golek perbaruan itu pada panggung yang bergerak-gerak, dan dengan iringan musik rancak, perpaduan gaya tradisional dengan yang modern.(hen/ppsf)
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by museum || 18 September 2023
Limbah merupakan masalah besar yang dirasakan di hampir setiap negara. Jumlah limbah akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Permasalahan sampah timbul dari berbagai sektor terutama dari ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...