Meneropong Rekam Jejak Kiprah Begawan Tari Bagong Kussudiardja dan Wisnu Wardhana

by admin|| 29 Agustus 2018 || 16.408 kali

...

Bagong Kussudiardja mengakui bahwa karya-karyanya pada 1955−1960 terpengaruh Martha Graham, bahkan disebutnya mabuk Martha Graham (dimuat Tempo, 12 Juli 1975). Tidak berlebihan bila pendapat Martha bahwa penari yang hebat, bukan karena tekniknya (keahlian menggubah/melakukan gerakan tari), melainkan karena keinginan yang kuat (untuk mewujudkan cita-cita/angan-angan)−diterjemahkan dari ungkapan aslinya, Great dancers are not great because of their technique. They are great because of their passion, demikian meresap pada sanubari banyak penari pada masanya dan masa sesudahnya.

Pemuda Indonesia yang begitu terpengaruh pada kebudayaan Barat pernah mendapat kritik tajam. Pada 1959, Bung Karno menyebut adanya penjajahan (imperialisme) kebudayaan, dan mempertanyakan pemuda yang tidak menentang (anti) imperialisme kebudayaan. Pemuda (dianggap) banyak yang rock ’n roll-an, dansa-dansi ala cha cha, musik ngak ngik ngok, gila-gilaan, juga membaca tulisan dari luar negeri yang nyata-nyata merupakan imperialisme kebudayaan.

Dikenal sebagai begawan tari, ternyata Bagong Kussudiardja pernah mendirikan sanggar pelukis Indonesia pada 1950 (menyewa pondok sederhana di Suryodiningratan). Tidak lama kemudian, Bagong keluar dari sanggar pelukis, dengan alasan kebebasan pribadi dalam menjelajah ’ruang pencarian’.

Pada 1950 juga, ASRI didirikan. Direkturnya, Pak Katamsi; wakilnya, Djajeng Asmara. Awalnya, kental akan suasana kesederhanaan yang khas. Sejumlah mahasiswa, antara lain Bagong Kussudiardja, Pak Abas, Pak Mitro, dan Pak Saptoto, masih memakai seragam gerilya (tentara). Pada waktu itu, agresi kedua militer Belanda telah hampir satu tahun berlalu (biografi Bagong Kussudiardja, 1993, terbitan Padepokan Press).

Selain Bagong Kussudiardja, Wisnu Wadhana juga punya andil yang penting pada perkembangan seni tari di Yogyakarta, dan menegaskan jati diri (identitas) nasional, hingga terkenal di mancanegara. Dua begawan (maestro) tari ini saling melengkapi dalam banyak sekali karya mereka.

Wisnu Wardhana dipandang sebagai perintis penggubah tari baru melalui Yogaprana (1953) atau Pranayoga, yang dimainkan di Istana Negara. Pada waktu itu, suara senang dan sumbang terhadap karyanya sama-sama muncul ke permukaan. Bung Karno senang, meskipun minta masa tayangnya dikurangi sedikit. Sedangkan yang lainnya menilai bahwa tariannya tidak memenuhi syarat untuk ditampilkan di luar negeri (wawancara Suara Merdeka, 11 Juli 1992, ”Kebudayaan Jawa Bisa Jadi Tumpuan”).

Bagong Kussudiardja belajar tari Bali pada Ketut Reneng, Nyoman Kekul, dan Wayan Rindi (1953). Demikian juga Wisnu Wardhana, belajar pada Wayan Rindi (1955).

Pada 1955, Wisnu Wardhana menggubah tari Mimpi, tari Kantjil, tari Salira. Sedangkan Bagong Kussudiardja menggubah tari Derita, dan tari Layang-layang [perbaruan tari Manutranggana (1953), dan diperbarui lagi pada 1959]. Walaupun Bagong menari hanya diiringi rebana, para ahli mengakui keindahan tari Layang-layang. Gagasan tari Layang-layang muncul ketika Bagong mengikuti festival pemuda dan pelajar sedunia pada 1953 di Bukares, Rumania.

Wisnu Wardhana mendirikan Contemporary Dance School Wisnu Wardhana (CDSW) pada 22 Maret 1958. Sebelumnya, Bagong Kussudiardja telah mendirikan Pusat Latihan Tari Bagong Kussudiardja pada 5 Maret 1958.

CSDW berubah nama menjadi Akademi Tari Wisnu Wardhana pada 1963. Kemudian menjadi Institut Wisnu Wardhana pada 1972.

Pada 1961, Bagong Kussudiardja dan Wisnu Wardhana ikut dalam rombongan kesenian Indonesia pada pameran terapung (floating fair) yang digelar Pemerintah Republik Indonesia di kapal Tampomas. Di balik pelaksanaan pameran tersebut, Sultan Hamengku Buwono Kesembilan sebagai ketua Dewan Turisme Indonesia meminta saran dan pendapat Bung Karno terhadap gagasan pameran terapung yang membawa rombongan seni dan budaya dari daerah-daerah di Indonesia, juga sebagai ajang penawaran barang dagang ekspor hasil bumi Nusantara yang sangat diminati mancanegara. Kapal Tampomas tempat pameran terapung itu berlayar ke Samudra Pasifik, dan singgah di Singapura, Filipina, Hongkong, Jepang (Yokohama, Osaka, dan Kobe), dan Hawaii.

Rekam jejak kiprah Bagong Kussudiardja dan Wisnu Wardhana bukan hanya bisa disaksikan, melainkan juga merupakan sarana berbagi pengalaman yang bermanfaat bagi kita, penerus bangsa Indonesia. Arsip mereka tertata dan tersimpan rapi, seperti ditampilkan pada pameran Teropong Arsip Tari: Mabuk Amerika dan Identitas Nasional, 13 Juli−11 Agustus 2018, di Rumah Seni Cemeti, Yogyakarta.(hen/ppsf)

Berita Terpopuler


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Laksamana Malahayati Perempuan Pejuang yang berasal dari Kesultaan Aceh.

by museum || 12 September 2022

Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...



Berita Terkait


...
Inilah Sabda Tama Sultan HB X

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...


...
Permasalahan Pakualaman Juga Persoalan Kraton

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...


...
PENTAS TEATER 'GUNDALA GAWAT'

by admin || 18 Juni 2013

"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta