by admin|| 28 September 2018 || 10.016 kali
Ada yang putus pada mata rantai pengetahuan utuh mengenai macam budaya Daerah Istimewa Yogyakarta. Mungkin hal ini hanya dimiliki siswa sekolah menengah karawitan, atau mahasiswa yang kuliah di institut seni, dan lain-lain. Agus ’Patub’ Budi Nugroho mempertanyakan arah peradaban seni Yogyakarta. Apakah hanya untuk orang yang mau menekuni kesenian, atau yang ikut ambil bagian (memperlakukan kesenian sebagai media partisipatif), ataukah hanya akan dikuasai orang-orang yang itu-itu saja (selama ini selalu mendapat kesempatan, karena hal ini tidak pernah terbuka untuk umum)?
Ditengah derasnya pengaruh budaya global, dan kegagapan menegaskan ciri khas budaya sendiri/setempat, masyarakat dari Daerah Istimewa Yogyakarta dalam jejaring masyarakat musik, sungguh-sungguh belajar musik angklung (juga lainnya, seperti suling dan gamelan mini) dari nol sampai menjadi bisa, bukan karena seniman, melainkan masyarakat awam, seperti petani, pedagang, tukang sayur, dan lain-lain. Lagu yang dimainkan adalah Gethuk, Lir Ilir, Lela Ledhung, dan lain-lain. Kecuali kalau yang dimainkan lagu Cing Cakeling, baru boleh menyebut bahwa itu dari Sunda. Sering ada yang menganggap bahwa angklung itu kebudayaan Jawa Barat. Ini salah kaprah, tegas Agus ’Patub’, perintis dan penggerak jejaring masyarakat musik.
Selama ini, mereka tahunya latihan, bersemangat, datang, ada atau tidak ada pentas. Pentas atau acara (event) hanya sekejap. Proses belajar dan pembelajaran banyak hal selama latihan, itulah pentas sesungguhnya. Mereka pun masih nombok/menalangi bersama kegiatan mereka, juga menabung sedikit demi sedikit. Sampai kini, tidak pernah ada kesempatan bagi mereka (kegiatan mereka tidak mendapat perhatian yang sepatutnya dari pemerintah daerah).
Perlu duduk bersama, untuk mengetahui keinginan pemerintah pusat, pemerintah daerah, seniman, orang-orang yang tidak pernah tersentuh dinas, sanggar/kelompok seni, juga masyarakat umum, dan ada tokoh yang tidak berpihak−seperti tidak condong pada Sleman, atau Bantul, tidak gengsi karena gelar. Ini dilakukan untuk menata bersama peradaban seni Daerah Istimewa Yogyakarta. Ibarat lesehan, dengan gelar tikar (duduk bersama) bisa terpancar rasa jujur dan lugas, tanpa kecenderungan (tendensi) keaku-akuan, cetus Agus..Pada kegiatan ini dijelaskan mengenai suling Yogyakarta, suling Surakarta, juga suling bambu nusantara. Begitu pula dengan angklung, mana angklung Yogyakarta, angklung Sunda (Tasikmalaya atau Bandung), angklung jathilan (Borobudur, Magelang, atau Yogyakarta, topeng ireng atau warakan), dan lain sebagainya. Mungkin juga merambah pada tari Gambyong, dan tari Golek (ini yang punya Surakarta atau Yogyakarta, misalnya).
Seakan-akan tidak peduli akan pembicaraan mengenai upaya penataan tersebut mengarah ke mana, setiap Senin sore, masyarakat suling bambu nusantara berlatih bersama di Ambarrukmo (sejak 2012), setelah pernah 2009−2012 di Taman Budaya Yogyakarta. Sedangkan masyarakat jejaring musik, di desa/kampung mereka masing-masing. Sekarang ini, sejak masyarakat suling bambu nusantara didirikan pada 2004, Agus ’Patub’ Budi Nugroho sudah membangun jejaring dengan masyarakat di Purwomartani, Kalasan, kemudian sejak 2010, berturut-turut di Ngaglik, Turi, Godean, Murangan, Bausasran, smk satu Depok (guru dan siswa), serta Kadirojo, Kalasan. Sedangkan yang baru 2,5 tahun yang lalu berdiri, di Ngangkruk, Caturharjo, Sleman, untuk berlatih gamelan mini dan angklung. Dalam perkembangannya, jejaring tersebut terhubung dengan sudagar Pasar Sasen, sejak 2012.(hen/ppsf)
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 12 September 2022
Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...