by admin|| 22 Oktober 2018 || 14.338 kali
Peran kebudayaan Indonesia punya nilai demikian penting dan mendunia, sehingga mendapat perhatian mancanegara. Mereka tidak main-main menunjukkan minat dan perhatian, dengan menekuni dan terlibat langsung dalam upaya pelestariannya. Di antara masyarakat naskah nusantara (manasa) misalnya, kebanyakan terdiri dari orang mancanegara, ungkap Herman Sinung Janutama, budayawan dan peneliti filsafat Jawa.
Program pemajuan kebudayaan nasional mengarahkan perhatian pada sepuluh hal, salah satunya manuskrip. Terhadap upaya penyelamatan manuskrip, Unesco pun telah membuat proyek Dream Sea, antara lain digitalisasi semua naskah nusantara, sampai di rumah-rumah.
Upaya pelestarian terhadap bahasa Jawa kuno pun menarik perhatian para pihak dari mancanegara. Kursus internasional pendalaman bahasa Jawa, yang ditekankan pada tata bahasa Jawa kuno, diselenggarakan melalui kerja sama Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI) dengan École française d'Extrême-Orient (EFEO), Peserta juga mendapat kesempatan membaca sejumlah naskah berbahasa Jawa kuno, yaitu parwa, kakawin, dan tutur/tattwa.
Ditengah suasana alam khas Jawa, peserta dilatih secara mendalam oleh para ahli filologi Jawa kuno dari Indonesia, Belanda, dan Prancis. Peserta ditambah pengalamannya dengan studi lapangan pada sejumlah tinggalan purbakala masa Hindu-Budha di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Setelah selesai menjalani kursus, peserta diharapkan mampu membaca dan menganalisis naskah Jawa kuno. Selain ini, secara mandiri juga dapat memanfaatkan pedoman penelitian, seperti kamus, tata bahasa, dan lain-lain.
Sampai dengan 2018, kursus tersebut telah dilaksanakan sebanyak empat kali. Pesertanya yang merupakan filolog muda pada bidang yang langka itu, dipilih melalui persyaratan yang ketat oleh panitia Fourth International Intensive Course in Old Javanese, dan tidak dikenai biaya.
Pengajar pada kursus internasional selama lima belas hari di Cangkringan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Prof. Dr. Willem van der Molen (KITLV, Leiden, Belanda), Dr. Dwi Puspitorini (Universitas Indonesia), dan Dr. Andrea Acri (EPHE, Paris, Prancis). Kegiatan kursus tersebut, yang merupakan kerja sama Perpusnas RI dengan EFEO, didukung Ecole Pratique des Hautes Études (EPHE), PSL Research University, Paris, dan institut kerajaan Belanda untuk studi Asia Tenggara dan Karibia (KITLV).(hen/ppsf)
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by museum || 18 September 2023
Limbah merupakan masalah besar yang dirasakan di hampir setiap negara. Jumlah limbah akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Permasalahan sampah timbul dari berbagai sektor terutama dari ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...