Berhenti di Tepian Bendungan Karangtalun

by admin|| 30 Januari 2016 || 6.975 kali

...

NGLUWAR, SALAMGOWES.COM – Suara gemuruh terus berbunyi ketika air dari kali Progo masuk di Bendungan Karangtalun. Di tepian pintu air bendungan tersebut, saya mendengar percakapan kecil, “Welkomm bij de Nederlands-Indie, Meneer,” ujar seorang petugas pintu air kepada pejabat irigasi Belanda yang berdiri tegap di sampingnya.

Tentu saja, percakapan tersebut adalah imajinasi saya membayangkan Bendungan Karangtalun pada kala itu berfungsi sebagai saluran irigasi utama bagi perkebunan tebu yang berada di kecamatan Minggir Sleman hingga Sedayu Bantul. Saya sengaja menggunakan anakronism untuk mengelitik daya imajinasi pembaca menggambarkan jejak sejarah pembangunan bendungan tersebut.


BendunganKarangtalun_007

Rute gowes kali ini, saya mengunjungi Bendungan Karangtalun dengan menyusuri sepanjang jalan Kebon Agung dari perempatan Kronggahan hingga depan Mie Ayam Goreng Seyegan. Setelah itu saya belok kanan menyusuri Selokan Mataram di daerah Banyurejo Tempel Sleman. Perjalanan yang tidak berat karena kondisi jalan yang bagus, dan sedikit melewati semak belukar sebagai prasyarat agar cerita ini berbau sedikit cross country.

Kurang lebih satu jam, perjalanan saya sampai di Bendungan Karangtalun, bangunan lama yang mengalirkan sebagian air kali Progo hingga kali Opak Kalasan Sleman Yogyakarta. Gemuruh air mendominasi suara yang masuk di telinga saya, kemudian saya mengunci sepeda, turun ke bawah menuju pintu air bendungan tersebut. Sesampainya di bawah, saya langsung menuju kincir air pembangkit listrik yang sedang dalam proses pemasangan. Nampak beberapa onderdil belum terpasang, dan kayu balok besar dipasang untuk menahan laju kincir air tersebut.

BendunganKarangtalun_009

Proses pemasangan kincir air sebagai pembangkit listrik tenaga air.

Bendungan Karangtalun pertama kali dibangun pada awal abad ke-20 tepatnya tahun 1909 pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono VIII untuk menyediakan kebutuhan air bagi perkebunan tebu. Pada saat itu di beberapa wilayah Yogyakarta berdiri sekitar 17 pabrik gula, oleh karena itu dibangunlah sarana-prasarana pengairan untuk menopang kelangsungan industri gula di kota Yogyakarta. Pada saat bersamaan pembangunan Selokan Van Der Wijk dilakukan sebagai saluran irigasi yang mendistribusikan air untuk perkebunan tebu yang berada di wilayah Sleman barat hingga Bantul Barat Sedayu ke selatan.

Bendungan Karangtalun memiliki empat pintu air yang berfungsi memecah arus kali Progo yang masuk di saluran irigasi tersebut. Keempat pintu air tersebut memiliki galangan atau bantaran dengan panjang sekitar 10 meter. Distribusi air bendungan tersebut mampu mengairi 30.000 hektar lahan pertanian di Kab. Magelang dan Daerah Istimewa Yogyakarta, selain itu bendungan tersebut ini menjadi hulu bagi Selokan Van Der Wijk/Bok Renteng, dan Selokan Mataram/Kanal Yoshiro.

BendunganKarangtalun_008

Ribuan hektar lahan sawah mendapat pasokan air dari Bendungan Karangtalun.

Konon cerita, setelah mengunjungi Bendungan Karangtalun beliau mendapatkan ‘bisikan’ dari Sunan Kalijaga untuk menyatukan kali Progo, dan Opak yang jaraknya sangat jauh sekali. Pada masa itu, sabda Sunan Kalijaga adalah sebuah kutukan karena tidak mungkin untuk dilakukan, satu di sisi barat dan satunya di sisi timur wilayah Mataram. Berkat karomah Sunan Kalijaga, keinginan tersebut menjadi kenyataan. Selokan Mataram mampu mengairi ribuan hektar sawah yang dilaluinya hingga sekarang ini.

Tidak diragukan lagi, Bendungan Karangtalun menjadi saksi bisu bisu sejarah irigasi bagi pertanian di Yogyakarta di awal abad ke-20, dan cikal bakal pembangunan mega proyek Selokan Mataram yang menghubungkan kali Progo dengan kali Opak dengan panjang kurang lebih 31,2 km dan mengairi areal pertanian seluas 15.734 ha. Pembangunan Selokan Mataram tersebut berhasil berkat kecerdikan Sri Sultan Hamengkubuwono IX menghindarkan rakyat Yogyakarta menjadi tenaga romusha Jepang yang dikirim ke Burma atau Myanmar menjadi tenaga suka rela dalam proyek tersebut.

BendunganKarangtalun_010

Beberapa bagian dari Selokan Mataram yang saya abadikan di kamera.

Meskipun sinar matahari masih bersahabat serta suasana di Bendungan Karangtalun sejuk, dan ditingkahi suara gemuruh air, saya putuskan untuk melajutkan perjalanan pulang. Rute yang saya pilih berbeda ketika berangkat, yakni menyusuri Selokan Mataram. Pemilihan rute tersebut didasarkan pada lokasi ketika saya mau pulang, yakni dimulai dari nol kilometer Selokan Mataram.

Dalam perjalanan pulang, saya belajar dari filosofi bendungan, yaitu harus pandai dan bijak menyimpan serta menyalurkan persoalan dalam diri kita masing-masing. Setiap keinginan yang tersimpan, dan ingin dilampiaskan haruslah tetap menggunakan takaran yang pas sehingga efek yang ditimbulkannya pun tetap memiliki harmoni dengan lingkungan. (aanardian/salamgowes.com)

Berita Terpopuler


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...


...
Laksamana Malahayati Perempuan Pejuang yang berasal dari Kesultaan Aceh.

by museum || 12 September 2022

Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...



Berita Terkait


...
Inilah Sabda Tama Sultan HB X

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...


...
Permasalahan Pakualaman Juga Persoalan Kraton

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...


...
PENTAS TEATER 'GUNDALA GAWAT'

by admin || 18 Juni 2013

"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta