Pernah Dianggap Bakal Bubar, Wayang Kulit Masih Berkibar

by admin|| 01 November 2018 || 14.186 kali

...

Sekira tahun 1965−1970-an, di Yogyakarta dan Surakarta pernah horeg (sering orang bilang geger, terdengar banyak orang), persangkaan bahwa wayang kulit bakal punah, ungkap Trisno Santoso, yang sering dipercaya sebagai juri wayang tingkat regional dan nasional. Dilihat dari gelagatnya pada waktu itu, akan kalah dari wayang kaset yang banyak diperdagangkan, produksi Irama Record, Singa Barong Record, Lokananta Record, Borobudur Record, dan lain-lain. Cukup dengan tape recorder, dilengkapi Toa (pengeras suara), yang ditali pada pohon kelapa atau pohon yang tinggi.

Pada waktu itu, masih jamak wayang dipertunjukkan semalam suntuk. Anak kecil yang gemar wayang, mencuri-curi kesempatan, bahkan sering membolos, agar bisa mendalang, atau sekadar ikut membantu dalang. Tidak mengherankan bahwa guru-guru menemukan anak yang mengantuk di kelas.

Trisno ’Pelog’ (sapaan akrab Trisno Santoso sejak giat di teater), dosen ISI Surakarta, yang pernah mengalami sendiri masa sulit ketika anak-anak ingin menonton wayang, mengungkap bahwa ketika beranjak remaja, anak diperbolehkan orang tua untuk menonton pertunjukan wayang, namun pada malam minggu saja. Meskipun demikian, sekali-sekali sang anak mencuri waktu menonton wayang, memanfaatkan kelengahan orang tua ketika mereka tertidur. Sekali waktu, dengan ngincang-inceng (melihat dari jauh) si anak mengetahui bahwa orang tuanya ikut menonton di tempat yang sama. Sebelum pertunjukan selesai, sang anak segera kembali ke rumah.

Ketika ingin melanjutkan pendidikan ke sekolah pedalangan pun, anak tidak direstui kedua orang tuanya, karena dianggap tidak menguntungkan bagi masa depan. Dalam bayangan orang tua yang demikian, kalau dalang disenangi orang, bisa hidup enak seperti bangsawan, namun jika tidak kesampaian, paling hanya memelihara bebek.

Sekarang, terbukti bahwa wayangan tetap bertahan. Meskipun demikian, kalangan dalang merasa khawatir, karena sudah sulit bersambung rasa dengan pemuda masa kini. Trisno ’Pelog’ menganggap bahwa yang dimaksud pemuda masa kini oleh para dalang adalah anak-anak yang masih duduk di sekolah menengah atas kebawah. Diperkirakan bahwa setelah menginjak perguruan tinggi, mereka bisa dekat, karena menemukan sesuatu pada wayang.

Penonton wayang sekarang ini adalah mahasiswa keatas. Siswa sekolah menengah atas belum mau membaca Anak Bajang Menggiring Angin misalnya, tulisan Rama Sindunata, yang malah dicari-cari mahasiswa.

Merosotnya perhatian terhadap wayang, juga dirasakan Ki Edi Suwanda, tokoh pedalangan Daerah Istimewa Yogyakarta. Harus dicari resep yang jitu untuk mengurai kesulitan yang dialami dunia pewayangan masa kini, kemuka Ki Edi. Para pihak diajak untuk ikut memiliki, bertanggung jawab, dan berani melakukan perbaikan untuk kebaikan bersama. Selain perbaikan sistem, kemasan dalam pertunjukan, diperlukan juga sikap bermawas diri dalang beserta kelompoknya, serta menyikapi kebanyakan orang yang awam atau tidak paham akan kebiasaan (attitude) pedalangan. Bila tidak ditindaklanjuti, hal ini rawan memperlebar dan mempertajam geseh di dalam (konflik internal).(hen/ppsf)

 

Berita Terpopuler


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Laksamana Malahayati Perempuan Pejuang yang berasal dari Kesultaan Aceh.

by museum || 12 September 2022

Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...



Berita Terkait


...
Inilah Sabda Tama Sultan HB X

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...


...
Permasalahan Pakualaman Juga Persoalan Kraton

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...


...
PENTAS TEATER 'GUNDALA GAWAT'

by admin || 18 Juni 2013

"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta