by admin|| 05 November 2018 || 11.435 kali
Macapat Massal Non Stop Selama 72 Jam Kabupaten Bantul
M
ACAPAT merupakan seni Tradisiyang berkembang di Bantul. Gawe ataupun Hajatan itu bertemakan ‘’ MacapatMassal Non Stop Selama 72 Jam”, rangkaian acara tersebut berjalan lancar dansukses. Acara Macapat Massal Non Stop Selama 72 Jam dilaksanakan oleh Dinas KebudayaanKabupaten Bantul melalui bidang Bahasa sastra Dinas kebudayaan Bantul.
Sasana Kridha Rumah Dinas BupatiBantul merupakan tempat di selenggarakannya acara Macapat massal yang di mulaipada hari Selasa,23 oktober, pukul 08.00 Wib, sampai dengan hari Jum’at,26Oktober, pukul 09.00 Wib. Dalam hajatan atau acara Mocopat Massal Non StopSelama 72 Jam tersebut merupakan sebuah rangkaian acara yang sangat monumentaldan dapat memecahkan Rekor MURI, yang sebelumnya menurut Tri Jaka selaku KasiBahasa Sastra Dinas Kebudayaan Bantul Rekor tersebut di cetak oleh UniversitasSebelas Maret dengan Durasi Macapat 50 jam non stop. Pada tahun 2008 Kabupatenmelalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata juga telah memecahkan Rekor MURI dengandurasi 48 jam non stop.
Macapat massal yang digelar olehDinas Kebudayaan Bantul ini di ikuti oleh lebih kurangnya 400 peserta yangterdiri dari seluruh Kecamatan di Kabupaten Bantul dan perwakilan dari beberapasekolah dari tingkat SD,SLTP,SMA/SMK,Kalangan Guru dan Seniman Macapat maupun Panembromo.Sebuah kebanggaan tersendiri dimiliki oleh Dinas Kebudayaan Bantul karenajumlah peserta yang turut serta dapat melebihi target yang hanyaditargetkan sebanyak 300 peserta.
Acara dengan tajuk Macapat MassalNon Stop Selama 72 Jam ini dihadiri oleh Bupati Bantul dan hadir pula KepalaDinas Kebudayaan Kabupaten Bantul, yang juga turut serta membawakan satutembang “Dandang Gula”. Materi Naskah dalam acara macapat tersebut sudahditentukan dan disediakan oleh DinasKebudayaan yaitu materi macapat yang sudah terbiasa digunakan oleh pelakumocopat pada umumnya antara lain Serat Wulang Reh,Serat Wedhatama,SeratNirbaya, Kidungan, Serat Dewa Ruci,Cuplikan Babad Demak dll.
Macapat merupakan kesenian sastraberupa tembang atau puisi Jawa. Macapat di golongkan menjadi 11 tembang yangmenggambarkan urutan urutan dalam kehidupan/laku urip manusia sejak dalamKandungan (Maskumambang) sampai manusia meninggalkan dunia (Pucung). Dalamsyair syair macapat banyak berisi tentang petuah dan aturan aturan hidup yangdikemas dalam sebuah alunan tembangan dengan kiasan yang sangat estetis. Selainitu dalam seni macapat juga terdapat penggambaran sebuah peristiwa maupuntempat.
Kabupaten Bantul merupakan salahsatu daerah yang memiliki ragam ragam potensi seni budaya yang sangat beragamdan besar jumlahnya yang tentunya berkorelasi dengan perkembangan kebudayaanJawa. Hal tersebut dapat di lihat melalui banyaknya ragam potensi seni budayayang tersebar di beberapa wilayah, baik di tingkat pedukuhan,Desa atauKecamatan. dari seluruh kecamatan yang berada di Kabupaten Bantul terdapatlebih dari satu kesenian Macapat, namun dalam perkembangannya seni macapatbersifat “statis” karena pelaku yang terlibat dalam kegiatan kesenian Macapatini mayoritas usia tua.
Permasalahan yang dapat dipetakansecara umum adalah kurangnya minat generasi muda untuk dapat menjadi bagianseni macapat, perhatian dan apresiasi dari pemerintah yang sangat minim,alokasianggaran kurang terjangkau dan event event yang diselenggarakan sangat kurangsehingga dari beberapa hal tersebut dapat mengganggu dalam perkembangan SeniMacapat.
Dengan terbentuknya DinasKebudayaan di Kabupaten Bantul pada tahun 2017 yang lalu, kini kesenian Macapatseolah mendapatkan Ruang yang teduh sehingga para pelaku seni Macapat dapatmelangsungkan dan ikut membantu dalam upaya pelestarian nilai nilai budayamelalui Seni Macapat. Sehingga upaya tersebut dapat bersinergi dengan DinasKebudayaan Bantul yang memiliki Visi dan Misi : melestarikan dan mengembangkanBudaya (Jawa) di Daerah Istimewa Yogyakarta yang Adi luhung.
Menurut Tri Jaka.S selaku KasiBahasa dan Sastra “ kita harus memberikanruang bagi pelaku seni macapat agar dapat mengekpresikan kemampuanya sertadapat menargetkan untuk dapat memecahkan Rekor MURI dengan melaksanakan 72 jamnonstop dan dari acara tersebut pada awalnya di khawatirkan pada saat jam00.00-06.00 karena itu adalah jam istirahat oarang pada umumnya,”imbuh TriJaka.
Disampaikan pula oleh Susamidjoyang mengikuti acara macapat masal dan mewakili kecamatan Bantul “ dengan acara ini kami sangat mengapresiasikarena dapat mencetak generasi yang cinta terhadap seni Macapat dan senimacapat akan tetap lestari dengan catatan di lembaga lembaga pendidikan dansosial mampu memasyarakatkan Seni Macapat”.(Mr)
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 12 September 2022
Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...