by admin|| 03 Desember 2018 || 9.525 kali
Perhatian masyarakat untuk menonton kegiatan seni budaya dinilai masih rendah, prihatin Singgih Raharjo, S.H., M.Ed., wakil kepala Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Digratiskan saja, mereka pating slentir, dengan berbagai macam alasan, entah tidak peduli, karena hujan, dan lain sebagainya, apalagi harus membayar. Artinya, tidak ada kesadaran dari diri sendiri bahwa kegiatan seni budaya patut mendapat perhatian.
Keprihatinan tersebut tercetus ketika pementasan sendratari klasik Jepang, “Noh”, di pendapa Dinas Kebudayaan DIY, pada Minggu malam, 2 Desember 2018, ditunda selama satu jam, karena menunggu penuhnya penonton. Pada kesempatan ini, Noh digabungkan dengan unsur seni Jawa dan Bali (cerita tentang bhinneka tunggal ika dari kitab Sutasoma), merupakan kerja sama seniman Tokyo, Jepang, dengan Didik Nini Thowok. Setelah Yogyakarta, Didik Nini Thowok melanjutkan muhibah kesenian ke Bali, dan dipungkasi di Tokyo.
Kesadaran masyarakat perlu ditumbuhkan, kemuka Singgih Raharjo. Nantinya, Dinas Kebudayaan DIY berupaya mengadakan semacam subsidi pementasan. Hal ini penting untuk mendidik masyarakat dan memberi mereka pembelajaran, terkait dengan perlunya sikap perhatian itu sendiri.
Sekarang ini, pemda DIY dan kabupaten/kota boleh disebut sebagai penanggap rutin kegiatan para seniman dan kelompoknya. Seluruh beayanya, bahkan penontonnya dibayarkan (tinggal duduk manis menonton), ditanggung penuh pemerintah daerah. Meskipun demikian, Singgih Raharjo mengajukan pertanyaan, ”Apakah itu merupakan cara yang baik (mendidik masyarakat)?”
Upaya tersebut perlu dicoba atau dikaji, karena penting bagi masyarakat, agar tumbuh rasa peduli dan perhatian mereka terhadap seni budaya negeri sendiri. Secara bertahap, sedikit demi sedikit, cara tersebut (subsidi pementasan) diterapkan dulu pada beberapa pergelaran. Karcis masuk kurang dari setengah harga saja, misalnya, sehingga dapat membantu masyarakat yang punya minat menyaksikan.
Seniman dan kelompoknya diingatkan juga bahwa perlu belajar terus memperbaiki pengelolaan kegiatannya, mengambil sepenuhnya manfaat suatu kegiatan. Seniman perlu memahami bahwa karya yang bagus memerlukan manajemen penonton, atau manajemen pertunjukan yang bagus pula.
Karyanya sudah bagus, penarinya apik, ceritanya juga bagus, namun itu saja belum cukup. Perlu diimbangi dengan upaya pengelolaan pertunjukan sedemikian rupa punya daya tarik, sehingga dapat mengundang perhatian masyarakat. Bukannya menunggu penonton datang, atau diminta datang, melainkan malah masyarakat antre ingin menyaksikan. Merupakan capaian yang luar biasa, pungkas Singgih Raharjo, kalau hal itu bisa diwujudkan.(hen/ppsf)
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 12 September 2022
Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...