by admin|| 10 Desember 2018 || 7.605 kali
Sekalipun dengan rentang masa lebih kurang 400 tahun, sejak Situ Panjalu disebut pada 635 Masehi, menurut catatan turun-temurun, nama Panjalu mengingatkan kita pada kota Panjalu yang muncul kemudian di Jawa Timur, yakni semasa kedaulatan kerajaan Kadiri dibawah kekuasaan sang prabhu Airlangga, sekira tahun 1000 Masehi. Hal ini secara langsung menunjukkan kesinambungan silsilah, salasilah, juga sorosilah, ungkap Herman Sinung Janutama, baik Panjalu-kulon di Ciamis, Jawa Barat sekarang, maupun Panjalu-wetan di sekitar Kota Malang, Jawa Timur sekarang.
Disamping itu, toponim kembar tersebut secara langsung pula menunjukkan keselarasan agung Jawa-kulon dengan Jawa-wetan. Menurut sejarahwan, budayawan, dan peneliti filsafat Jawa tersebut, keadaan ini menuntun pada pemahaman kita bahwa Pulau Jawa ini "bagai pinang dibelah dua" dari sudut pandang kosmologi purbanya.
Hal ini bisa ditinjau pada serat kuno kitab Jamurdwipa, misalnya. Keseimbangan kosmis Jawa-kulon dengan Jawa-wetan, terbaca pada toponim kuno Su-Medang dengan Medang Kamulan; Malang-bong dengan Malang; Purwakarta dengan Purwokerto; Purbalingga dengan Probolinggo, dan lain-lain, termasuk Panjalu-kulon dengan Panjalu-wetan.
Terkait dengan upacara Nyangku, di Situ Panjalu, Ciamis, Jawa Barat, itu bukan semata-mata merupakan ritual turun-temurun yang rentan tuduhan paganistis dan primordial, kemuka Herman. Nyangku menuntun muslim Jawa dan nuswantara untuk menyadari bahwa betapa pentingnya keselarasan dan keseimbangan. Lebih dari itu, betapa pentingnya keadilan dan kelembutan. Pada titik keadilan ini, Gusti Allah menempatkan kata "berlemah lembutlah", tandas Herman Sinung Janutama.(hen/ppsf)
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 12 September 2022
Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...