Sikap tidak terbius dinamika rekayasa, pelajaran dari lakon Pandawa Dadu atau Wiratha Parwa

by admin|| 19 Desember 2018 || 7.240 kali

...

Wayang itu anekatafsir. Jadi, mau dinaskah sesuai dengan keadaan sekarang, sangat memungkinkan. Bukan hanya lakon Pandawa Dadu, melainkan seperti Wiratha Parwa, dan lain-lain, juga bisa, ungkap Ki Edi Suwanda, tokoh pedalangan Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambaran kelicikan Sangkuni dan Kurawa, sedangkan Pandawa tersudut dan tidak berdaya, seakan-akan mencolok mata, dan begitu gamblang terpampang.

Karena itu, ditarik pada keadaan sekarang, yang bagaimanapun terpengaruh suasana politik yang memanas, Edi Suwanda berharap bahwa pejabat tidak terbius dinamika rekayasa. Pemerintah tetap harus tegak dengan asta brata-nya. Apabila bukan demikian, pengaruh buruknya besar sekali, bahkan pada akar rumput (grass root) sampai rt rw, rawan terjadi permusuhan, dan cenderung bersikap tidak bijaksana.

Seperti kerumunan bebek, yang gampang disetir, akhirnya unggah-ungguh tata krama masyarakat kemudian mengarah pada oportunis. Nilai atau semangat kebersamaan hilang, sehingga mengedepankan kepentingan pribadi (lu-lu, gue-gue). Andai tampak ramah gapyak, itu polesan saja. Apalagi kalau diperkeruh dengan memanfaatkan sporteran, penonton yang diatur oleh pelaku seni untuk tertawa, lucu atau tidak lucu (bandingkan dengan penonton di studio televisi, ketika siaran langsung atau rekaman).

Edi Suwanda tambah prihatin akan keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta yang bersendi dasar pada kraton, seandainya seluruh masyarakat sekarang oportunis. Edi ingin situasinya membaik. Mudah-mudahan Yogyakarta benar-benar istimewa, bukan hanya bisa diusung dan dirasakan segelintir orang.

Terkait dengan peringatan Hari Wayang Nasional, pada 7 November 2018, yang ditetapkan Presiden Joko Widodo pada 11 Desember 2018, pentingnya penghargaan itu, kemuka Ki Edi Suwanda, ketika punya makna bahwa semua dalang juga merasakan pengaruhnya, dan menikmati perhatian dari Pemerintah.(hen/ppsf)

 

Berita Terpopuler


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...


...
Limbah Industri: Jenis, Bahaya dan Pengelolaan Limbah

by museum || 18 September 2023

Limbah merupakan masalah besar yang dirasakan di hampir setiap negara. Jumlah limbah akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Permasalahan sampah timbul dari berbagai sektor terutama dari ...



Berita Terkait


...
Inilah Sabda Tama Sultan HB X

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...


...
Permasalahan Pakualaman Juga Persoalan Kraton

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...


...
PENTAS TEATER 'GUNDALA GAWAT'

by admin || 18 Juni 2013

"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...





Copyright@2025

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta