by admin|| 26 Juli 2016 || 15.770 kali
krjogja.com, Sebanyak empat komposisi seni tari dari empat kraton di Yogyakarta dan Surakarta akan disajikan secara apik dalam perhelatan Gelar Budaya Jogja 2016 di Kagungan Dalem Pagelaran Kraton Yogyakarta, Selasa-Rabu (26-27/7) mulai pukul 19.30 WIB.
"Kegiatan ini sudah berlangsung untuk keenam kalinya. Bertujuan untuk menggali kebudayaan peradaban Mataram khususnya di bidang seni tari yang sekarang masih dilanjutkan empat kraton di Yogya dan Surakarta. Karena itulah kami bertanggungjawab untuk memfasilitasi kegiatan adiluhung ini," jelas Kasi Seni Tradisi Klasik Disbud DIY Purwiati kepada KR, Jumat (22/7).
Khusus untuk penyelenggaraan tahun 2016 ini lanjut Purwiati, pihaknya coba mengaktualisasikan harapan Sri Sultan HB X agar ada pementasan kolaborasi antara unsur sastra dengan babad atau cerita dalam balutan seni tari. Sehingga meski dalam bentuk pergelaran tari, namun ada 'pocapan' dalam penyajiannya sesuai tema 'Drama Tari' yang diangkat.
Karena itulah dalam kesempatan ini Kraton Kasultanan Yogyakarta melalui KHP Kridha Mardawa akan menghadirkan pergelaran Wayang Orang 'Begawan Ciptoning Mintorogo' dilanjutkan sajian Drama Tari Topeng 'Kilaparwana' dari Kraton Kasunanan Surakarta pada Selasa (26/7) malam.
Sementara pada penyajian Rabu (27/7) malam akan hadir Langendriyan 'Menakjingga Lena' dari Kadipaten Pura Mangkunegaran Surakarta dan Lengen Beksan 'Rama Narpati' persembahan Kadipaten Pura Pakualaman Yogyakarta. "Selama ini memang ciri khas dari empat kraton itu ya yang akan ditampilkan tersebut. Melalui pentas ini pula akan ada edukasi bagi masyarakat dan pecinta tari karena yang akan ditampilkan merupakan karya-karya yang cukup langka," sambung Bu Pur.
Selain edukasi, Purwiati juga berharap melalui seni tari masyarakat bisa mengambil pelajaran berharga. Pasalnya dalam tari ada unsur etika dan estetika yang dapat dijadikan dasar ajaran kehidupan. Sehingga pentas tersebut bukan hanya tontonan, tapi juga dapat ditempatkan sebagai tuntunan kehidupan.
Ditambahkan Purwiati, selain hiburan yang pada masanya dikategorikan untuk golongan bangsawan pada waktu yang bersamaan juga akan dihadirkan pentas kesenian rakyat dari kawula di Halaman Taman Budaya Yogyakarta, Selasa-Rabu (26-27/7) pukul 14.00-17.15 WIB. Untuk penampilan pertama, Selasa (26/7) akan hadir Musik Campursari, Kesenian Tradisional Montro, Musik Hadroh, Kesenian Tradisional Angguk dan Kesenian Rakyat Rampak Buto. Sedang pada Rabu (27/7) akan tampil Kesenian Rakyat Dadungawuk, Kesenian Rakyat Kuntulan, Kesenian Tradisional Tayub, Kesenian Rakyat Jatilan Bocah dan Musik Geng X. (M-5)
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by museum || 18 September 2023
Limbah merupakan masalah besar yang dirasakan di hampir setiap negara. Jumlah limbah akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Permasalahan sampah timbul dari berbagai sektor terutama dari ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...