Tari Edan-edanan dan Sintren undang penasaran dan senyum penumpang di bandara internasional Adisucipto

by admin|| 23 September 2019 || || 660 kali

...

Para penumpang yang baru melewati pelataran kedatangan di bandara internasional Adisucipto, pada Minggu, 28 Juli 2019, tersenyum dan melirak-lirik menyaksikan tari-tarian yang diringi dengan musik yang lincah, dan menghentak rancak. Seketika mereka menghentikan langkah sejenak, merekam dengan video atau mengambil foto.

Perhatian mereka terarah pada tari-tarian yang merupakan persembahan kelompok kesenian dari Desa Wedomartani, Ngemplak, Sleman. Unjuk kesenian yang dilakukan para pelaku seni ini merupakan bagian dari kegiatan pentas seni desa budaya di bandara.

Tari Edan-edanan yang dilakukan oleh sepasang penari, diilhami dari abdi dalem yang melakukan tari edan-edanan yg melambangkan sebagai tolak bala. Dengan harapan, agar yang jelek-jelek (dilambangkan dengan wujud makhluk yang tidak biasa, misal rupanya, dan lain sebagainya) dibersihkan.

Sebenarnya, tarian itu tidak boleh dilakukan di luar karaton. Setelah diizinkan, seiring dengan perkembangan zaman, sejumlah tarian boleh ditarikan di luar karaton, walaupun ada pengecualian (bukan semua). Penerapannya di lingkungan masyarakat, pada pernikahan, ditarikan di depan pasangan pengantin. Sedangkan tari Sintren adalah tari garapan baru gaya Yogyakarta yang merupakan tari penyambutan, dan ditarikan oleh lima penari.

Seorang penumpang dari Samarinda yang berkunjung di Yogyakarta, bersama dengan istrinya yang berasal dari Klaten, mengakui bahwa pentas itu baru pertama kali disaksikan, dan bagus. Hal ini senada dengan tanggapan penumpang lain bahwa kegiatan tersebut, yang didukung dinas kebudayaan (kundha kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta, penting ditindaklanjuti, dan dikemas lebih bagus, karena mendapat perhatian tinggi dari masyarakat. Bukan dari daerah setempat saja, melainkan secara nasional (antara lain mendapat perhatian dari Angkasa Pura). Mungkin lain waktu bisa ditampilkan bukan Sabtu dan Minggu saja.(hen/lembud)

Berita Terpopuler


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...


...
Laksamana Malahayati Perempuan Pejuang yang berasal dari Kesultaan Aceh.

by museum || 12 September 2022

Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...



Berita Terkait


...
Inilah Sabda Tama Sultan HB X

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...


...
Permasalahan Pakualaman Juga Persoalan Kraton

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...


...
PENTAS TEATER 'GUNDALA GAWAT'

by admin || 18 Juni 2013

"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta