KRJOGJA.COM,PROFESI panatacara atau pembawa acara dalam konsep bahasa Jawa di acara-acara bernuansa Kejawen termasuk salah satu upaya untuk  melestarikan Bahasa Jawa, khususnya dalam ucapan dan kata-kata. Sebab itulah profesi ini penting dalam hal keberlangsungan bahasa Jawa ke depan.

"Dengan berbahasa Jawa yang halus dan baik, akan memberikan ciri khas bagi panatacara. Menjadi suatu kebanggan tersendiri ketika banyak anak muda yang menekuni dunia panatacara, " tutur Kepala Dinas Kebudayaan DIY Umar Priyono dalam suatu kesempatan.

Keberadaan panatacara muda memberikan optimisme bahwa setidaknys untuk beberapa waktu ke depan penggunaan Bahasa Jawa yang baik menurut kaidah akan tetap terjaga. Hadirnya Paguyuban Panatacara Yogyakarta juga menjadi wadah yang baik serta diharapkan mampu memberikan masukan saat diselenggarakan Konggres Bahasa Jawa ke-6 pada 8-12 mendatang.

Salah satu tokoh MC Jawa tenar Yogyakarta dr Wigung Wratsangka mengungkapkan secara umum yang dipahami masyarakat panatacara  bertugas menata acara sesuai yang dirancang oleh panitia, seperti pada acara pernikahan. Karena itu panatacara harus menggunakan bahasa yang baik dan benar sebagai bagian dari pelestarian nilai luhur bahasa dan budaya Jawa.

Tidak berlebihan ketika akhirnya ada pakem bagi profesi panatacara. Bahkan seiring waktu menurut Wigung, panatacara merupakan profesi yang banyak dibutuhkan masyarakat.  Kondisi ini menuntut seorang pembawa acara perlu mempunyai bekal pendukung yang lain, seperti tata busana, rias, gendhing Jawa hingga tembang Jawa.

"Karena itu panatacara perlu paham rangkaian acara dan mengikutinya dari tahap persiapan. Kalau perlu ikut rapat panitia agar jelas dan sesuai yang diinginkan, " katanya.

Terpisah Ketua Paguyuban Panatacara DIY Arif Bintoro Johan MPd atau yang lebih dikenal dengan sebutan Ki Abeje Janoko menyampaikan pihaknya membuka kesempatan seluasnya bagi siapa saja yang tertarik dengan dunia panatacara untuk bergabung. Paguyuban yang dipimpinnya memiliki beberapa agenda rutin untuk mendukung kemampuan anggotanya, seperti sarasehan tiap dua bulan sekali pada Selasa Wage.

"Kegiatan sarasehan menjadi  ini momentum bagus untuk meningkatkan kemampuan dan berbagi pengalaman karena banyak kajian terkait profesi panatacara akan selalu digali. Dengan begitu akan menambah wawasan dan keilmuan bagi seluruh anggota paguyuban, " ucap Ki Abeje Janoko. (M-5)