by bahasa|| 21 April 2021 || || 1.539 kali
Kongres Aksara Jawa (KAJ) I digelar Senin (22/3) hingga Jumat (26/3) di Yogyakarta. Lewat kongres ini, diharapkan aksara Jawa bisa kembali bangkit di era digital ini. Saat pembukaan, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X berharap agar aksara dan bahasa Jawa bisa tetap hidup dan digunakan, serta mampu bangkit kembali dari tidur panjangnya.
"Semoga rekomendasi kongres mampu menggugah kebangkitan dan menjadi wahana menghidupkan Bahasa dan Aksara Jawa dalam keseharian," kata Sultan.
Sebenarnya, pada saat Kongres Bahasa Jawa ke-3 di Yogyakarta tahun 2001, Sultan sudah menengarai bahasa Jawa bagaikan kerakap tumbuh di atas batu. Maka, KAJ I kali ini diharapkan mampu menaikkan minat baca-tulis aksara Jawa. Beragam upaya sudah dilakukan antara lain melalui Digitalisasi Aksara Jawa pada 5 Desember 2020.
Sebelumnya pada 2013 dan 2014 diluncurkan Aplikasi Baca-Tulis Aksara Jawa Versi 1.0 dan Versi 2.0.
Upaya lainnya, ada kewajiban menuliskan aksara Jawa untuk nama setiap kantor serta penggunaan busana dan bahasa Jawa di kantor-kantor pemerintahan setiap Kamis-Pahing, sekaligus menandai peringatan haul Pahlawan Nasional Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
Mengutip pernyataan Barbara Grimes, Sultan menyatakan fenomena kepunahan bahasa daerah terjadi karena banyak faktor, di antaranya penurunan drastis jumlah penutur aktif maupun penggunaannya semakin berkurang.
"Jika bahasa daerah hanya digunakan oleh penutur berusia 25 tahun ke atas dan usia yang lebih muda tidak menggunakannya, jangan disesali jika 75 tahun ke depan atau tiga generasi, bahasa itu akan terancam punah," terang Sultan.
Mengutip data UNESCO, terdapat 2.500 bahasa di dunia termasuk bahasa-bahasa daerah di Indonesia yang terancam punah. Dari jumlah itu, lebih 570 bahasa statusnya sangat terancam punah dan lebih 230 bahasa telah punah sejak 1950.
Berdasarkan data Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI), Sultan menyebutkan, dari 718 bahasa daerah di Indonesia, 169 terancam punah karena jumlah penuturnya kurang dari 500 orang. Agar bisa bertahan, bahasa harus digunakan minimal 10 ribu orang untuk memastikan transmisi antargenerasi.
Hingga saat ini, baru ada tujuh aksara yang terdaftar di Unicode antara lain aksara Jawa (Hânâcârâkâ) dan aksara Arab Pegon yang banyak terdapat dalam manuskrip berupa Serat, Babad dan Kidung yang tersimpan di Museum Widya Budaya Keraton Yogyakarta.
PANDI yang bekerja sama dengan Keraton Yogyakarta serta PBNU menemukan fakta kurang bahasa daerah di dunia yang bisa diakses secara online kurang dari lima persen.
Sultan berharap orang tua tak perlu memaksa anak-anaknya mempelajari bahasa yang dianggap bergengsi, misalnya bahasa Inggris. Agar ada ketahanan bahasa, siswa dianjurkan belajar bahasa etnis lain dulu sebelum mengenal bahasa asing.
"Kita seharusnya mendorong penggunaan bahasa daerah agar tetap hidup, terutama di lingkungan keluarga," kata dia.
Seperti halnya aksara Mesir kuno, hierogliph, sebenarnya aksara Jawa tidak tertinggal jauh dalam memasuki era digital, karena 26 tahun yang lalu telah terdaftar di Unicode.
Sementara itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim secara virtual menyatakan sebagai upaya memperkaya kebudayaan Indonesia mau tak mau pelestarian aksara Jawa mutlak dilakukan.
Nadiem mengakui, aksara Jawa saat ini sedang bertahan dengan susah payah di tengah-tengah penggunaan aksara Latin. Melalui teknologi digital diharapkan aksara Jawa makin berkembang.
Terpisah, Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo mengaku punya keinginan untuk berdiskusi dengan pegiat aksara Jawa, sekaligus menyampaikan urun rembug demi kemajuan aksara Jawa di era digital.
Semua pihak harus bersedia berkaca sampai sejauh mana eksistensi aksara Jawa. "Adiluhung saja tidak cukup. Muspra, jika kebudayaan ini tidak bisa ngrembaka," ungkap Ganjar.
Ganjar berharap KAJ I Yogyakarta mampu memberi rumuskan yang tepat, ibarat peta petunjuk jalan, bagi pengembangan aksara Jawa. "Kami di Jawa Tengah menantikan gagasan-gagasan cemerlang panjenengan. Agar awake dhewe ora kelangan Jawa-ne," kata Ganjar. (kom)
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 12 September 2022
Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by bahasa || 21 April 2021
Terakhir diadakan pada 1922, Kongres Aksara Jawa kembali diselenggarakan pada 22 sampai 26 Maret 2021 di Yogyakarta. Kongres Aksara Jawa I (KAJ I) ini diadakan karena aksara Jawa sudah semakin jarang ...
by bahasa || 26 April 2021
Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta menggelar Cipta Dongeng 2021. Gelaran ini guna memotivasi masyarakat mengembangkan cerita-cerita dan dongeng-dongeng yang berasal dari lingkungan ...
by bahasa || 24 Mei 2021
Revitalisasi Sastra Lisan Melalui Dongeng Yogyakarta Sastra lisan merupakan suatu teks yang berbentuk estetik dan disampaikan secara turun temurun, serta memiliki kaitan dengan konteks moral mau pun ...