FKY KULONPROGO, Pemkab Akui Masih Kurang Publikasi

by admin|| 05 September 2016 || 27.649 kali

...

Harianjogja.com, WATES-Pelaksanaan Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) Kulonprogo 2016 diakui oleh masih kurang dalam hal publikasi kepada masyarakat luas di awal pelaksanaan. Selain itu, gelaran acara tahunan tersebut juga masih belum bisa memenuhi unsur pameran untuk melengkapi beragam pertunjukkan seni yang dihadirkan.
Sekretaris Dinas Kebudayaan Kulonprogo, Joko Mursito mengatakan bahwa Dinas Kebudayaan selaku pelaksana telah melakukan sejumlah evaluasi acara yang berakhir pada Rabu (31/8) lalu. Dalam evaluasi tersebut, diakui bahwa perkara publikasi, koordinasi, serta unsur pameran memang menjadi tema utama.

Ia mengatakan bahwa masalah publikasi ini dikarenakan personil yang juga masih belum memiliki pengalaman yang memadai dalam melaksanakan acara sekaliber FKY. "Karena kami[Dinas Kebudayaan] juga masih dalam adaptasi dan transisi setelah berdiri sendiri awal tahun ini,"ujarnya ketika dihubungi Harian Jogja, Minggu(4/9/2016).

Selain itu, koordinasi antara panitia juga diakuinya masih kurang maksimal. Namun, Joko menjelaskan bahwa hal tersebut segera diperbaiki ketika memasuki pertengahan acara yang digelar selama 5 hari tersebut. Ia menganggap bahwa kekurangan tersebut menjadi bahan pembelajaran untuk Pemkab Kulonprogo dalam menyelenggarakan FKY tahun depan.
Adapun, stan pameran untuk menunjukkan sejumlah potensi seni memang tidak ada dalam penganggaran acara ini. Sebelumnya, Dinas Kebudayaan sebenarnya di awal sempat dianggarkan namun kemudian dialihkan untuk kebutuhan lainnya dengan berbagai pertimbangan. "Tapi tahun depan pasti ada unsur pawai, pentas, dan pameran,"katanya.

Acara yang digelar di Alun-Alun Wates ini menghabiskan dana sekitar Rp480 juta yang bersumber dari Dana Keistimewaan DIY. Hampir separuh dari dana tersebut digunakan untuk honor seniman pengisi acara. Seperti biasanya, pengisi acara FKY diambil dari kecamatan, sanggar kesenian, dan beragam forum kesenian di seluruh wilayah Kulonprogo.

FKY merupakan agenda rutin tahunan yang diselenggarakan oleh masing-masing kabupaten di DIY. Joko menguraikan bahwa pelaksanaan FKY sendiri diserahkan masing-masing ke daerah namun harus tetap mengacu pada tema besar. Pemkab Kulonprogo mengambil tema Gelora Muda Gunung Samudera. Hal ini berkaca pada semangat mengenalkan seni pada generasi muda di Kulonprogo yang cakupan wilayahnya meliputi pegunungan hingga batas samudera.

Sebelumnya, Yudono, Kepala Bidang Nilai Budaya Dinas Kebudayaan Kulonprogo mengatakan bahwa dalam usianya yang sudah mencapai 28 tahun, FKY sudah cukup dikenal oleh masyarakat. "Masyarakat luas sudah hapal waktu-waktu penyelenggaraannya,"jelasnya. Selain itu, FKY memang dirancang sebagai ajang promosi bagi kegiatan seni yang hadir di Kulonprogo.

Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk menampilkan keseniannnya masing-masing. Hal ini juga sebagai bukti akan sifat seni yang dinamis sehingga tak akan lekang dimakan zaman. Namun, Yudono mengatakan bahwa acara ini sekaligus kesempatan untuk merekonstruksi seni dalam bentuk aslinya guna membentengi generasi muda dari pengaruh budaya asing.

 

Berita Terpopuler


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...


...
Limbah Industri: Jenis, Bahaya dan Pengelolaan Limbah

by museum || 18 September 2023

Limbah merupakan masalah besar yang dirasakan di hampir setiap negara. Jumlah limbah akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Permasalahan sampah timbul dari berbagai sektor terutama dari ...



Berita Terkait


...
Inilah Sabda Tama Sultan HB X

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...


...
Permasalahan Pakualaman Juga Persoalan Kraton

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...


...
PENTAS TEATER 'GUNDALA GAWAT'

by admin || 18 Juni 2013

"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...





Copyright@2025

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta