by pamongbudaya|| 24 Juli 2024 || || 370 kali
Gubernur DIY telah menetapkan Kawasan Cagar Budaya (KCB) Kerta-Plered, melalui Surat Keputusan (SK) Gubernur DIY Nomor 211/KEP/2019 yang ditetapkan pada tanggal 12 September 2019. KCB ini terdiri dari 4 situs cagar budaya yaitu Situs Cagar Budaya Kerta, Situs Cagar Budaya Kedaton-Plered, Situs Cagar Budaya Kauman-Plered dan Situs Cagar Budaya Makam Ratu Malang-Plered. Dua dari empat situs yang ada di tempat ini, yaitu Kerta dan Kedaton-Plered adalah tempat yang dulunya merupakan ibukota Kerajaan Mataram Islam setelah pindah dari Kotagede. Pada tahun 1618 Sultan Agung mulai mendiami keraton di Kerta dan setelah beliau wafat maka penggantinya, Sunan Amangkurat I memindahkan keraton ke Plered pada tahun 1647. Saat ini bekas peninggalan kedua kraton tersebut mulai ditampakkan melalui sejumlah kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY. Memang, tidak seperti Kotagede yang beberapa peninggalannya masih bisa kita temui, di Kerta dan Plered sudah hampir tidak ada lagi bekas peninggalan sebagai ibukota kerajaan yang dapat dilihat di atas permukaan tanah. Penampakan peninggalan di kedua lokasi tersebut sebagai bekas ibukota kerajaan dilakukan melalui kegiatan ekskavasi arkeologi. Sebagai catatan, penulisan nama Plered sebagai bekas ibukota Kerajaan Mataram Islam dibedakan dengan penulisan nama wilayah adminstrasi saat ini yang menggunakan nama Pleret.
Hasil dari penggalian/ekskavasi arkeologi tersebut dapat dilihat di lokasi yang telah dimiliki oleh Pemda DIY di ketiga situs yaitu Kerta, Kedaton-Plered dan Kauman-Plered. Sementara di Makam Ratu Malang, karena sudah cukup banyak peninggalan yang tampak di atas permukaan tanah, belum dilakukan ekskavasi arkeologi. Di Kerta, hasil ekskavasi yang ditampilkan antara adalah struktur pendukung peninggian tanah di lokasi lemah dhuwur, suatu tempat di bagian kompleks kraton yang tanahnya ditinggikan. Di Kraton Yogyakarta saat ini lokasi lemah dhuwur/siti hinggil dapat dilihat di sebelah selatan dari Bangsal Pagelaran Kraton Yogyakarta. Bangsal Pagelaran Kraton Yogyakarta adalah bangunan besar yang terletak di sebelah selatan dari alun-alun utara Yogyakarta. Di Kedaton Plered, ada 3 lokasi yang hasil ekskavasinya sudah ditampakkan yaitu di Situs Kedaton I, Situs Kedaton II, Situs Kedaton III, dan Situs Kedaton IV yang letaknya di barat daya Museum Pleret. Di Situs Kedaton I hasil ekskavasi berupa pondasi dari suatu bangunan atau bagian dari struktur kolam/parit. Jika diinterpretasikan berdasarkan tumpang susun peta/denah kedaton (kraton) Plered dengan lokasi situs ekskavasi, maka lokasi ini diperkirakan merupakan bangsal Sri Manganti. Di Situs Kedaton II hasil ekskavasi berupa saluran air, dan di Situs Kedaton III hasil ekskavasi berupa benteng kraton sisi timur dan di Situs Kedaton IV hasil ekskavasi berupa benteng kraton sisi barat dan saluran air. Sebetulnya kegiatan ekskavasi arkeologi juga sudah dilakukan di beberapa tempat di KCB ini yang tanahnya bukan milik Pemda DIY. Karena tanahnya masih milik masyarakat atau pihak lain maka setelah dilakukan penggalian akan dilakukan pencatatan dan pendokumentasian dari temuan yang ada. Setelah itu galian ditutup kembali agar temuan tetap aman berada di dalam tanah.
Pada ekskavasi arkeologi yang dilakukan pada awal hingga pertengahan Juli 2024 ini sasarannya berbeda dari sebelumnya. Sasaran kali ini bukan peninggalan Kerajaan Mataram Islam, tetapi bangunan peninggalan kolonial Belanda yaitu bekas pabrik gula Kedaton Pleret. Pada masa kolonial Belanda di seluruh wilayah DIY ada 19 pabrik gula (ada sumber yang menyebutkan hanya 17 pabrik gula). Sebelum kemerdekaan, sejumlah pabrik gula tersebut sudah mengalami penurunan produksi bahkan penutupan karena krisis ekonomi di tahun 1930-an. Kemudian beberapa yang tersisa dari masa penjajahan Jepang dibakar/dibumihanguskan pada masa Perang Kemerdekaan agar tidak digunakan oleh Belanda. Pabrik Gula Madukismo yang ada di barat daya kota Yogyakarta saat ini adalah pabrik baru yang berdiri di atas Pabrik Gula Padokan. Pabrik gula lainnya adalah PG Sewugalur di Kabupaten Kulon Progo saat ini; kemudian PG Medari, PG Cebongan, PG Demakijo, PG Rewulu, PG Sedayu, PG Beran, PG Klaci, PG Sendangpitu, PG Randugunting, dan PG Kalasan berada di Kabupaten Sleman saat ini; selanjutnya PG Bantul, PG Gondanglipuro, PG Barongan, PG Kedaton Pleret, PG Pundong, PG Wonocatur, dan PG Gesikan yang berada di Kabupaten Bantul saat ini. Dari 19 pabrik gula tersebut ada beberapa yang sudah hampir tidak ada bekasnya/jejaknya sama sekali, sedangkan beberapa pabrik gula masih terdapat bekasnya tertutama pada bangunan penunjang seperti rumah dinas atau kantor dinas yang ada di sekeliling pabrik tersebut. Beberapa bangunan tersebut masih digunakan hingga saat ini dengan fungsi yang berbeda. PG Kedaton Pleret termasuk yang hampir tidak ada bekasnya sama sekali. Dari data yang ada dan kondisi yang paling memungkinkan, maka ekskavasi arkeologi untuk mencari bekas pabrik gula Kedaton Pleret dilakukan di Lapangan Sultan Agung Pleret sekitar 200 meter di arah barat daya Pasar Pleret. Hasil dari ekskavasi ini ditemukan beberapa struktur dan benda-benda dari logam, keramik, porselin dan beberapa bahan lainnya. Hasil temuan ini masih dalam penelitian, untuk dilakukan analisis berdasar data tertulis yang ada maupun data dan perbandingan pada bangunan sejenis. Seperti yang disinggung sebelumnya, karena lokasi penggalian berada di tanah yang bukan milik Pemda DIY, maka setelah dilakukan penggalian, pendokumentasian dalam bentuk deskripsi, gambar, foto dan video, dan objek-objek temuan lepas diambil dan dilakukan penelitian, lubang bekas galian tadi ditutup kembali setelah diberi penanda. Pada foto di atas menunjukkan struktur yang ditemukan pada ekskavasi arkeologi di lokasi yang diduga adalah bekas Pabrik Gula Kedaton Pleret. (DD)
by admin || 07 Maret 2014
Ada-ada. Bentuk lagu dari seorang dhalang, umumnya digunakan dalam menggambarkan suasana yang tegang atau marah, hanya diiringi dengan gender. Adangiyah. Nama dari jenis ...
by admin || 05 Maret 2014
Ngithing. Posisi tangan dengan mempertemukan ujung jari tengah ibu jari membentuk lingkaran, sedangkan jari-jari lainnya agak diangkat keatas dengan masing-masing membentuk setengah ...
by admin || 04 Maret 2014
Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo. Dilahirkan pada tanggal 22 Maret 1899 di Yogyakarta Putera Ngabehi Prawiroreso ini pada tahun 1909 tamat Sekolah Dasar di Gading dan Tahun 1916 masuk menjadi abdi ...
by pamongbudaya || 29 Oktober 2019
Pasal 9 Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya menyebutkan bahwa suatu lokasi dapat ditetapkan sebagai situs cagar budaya apabila 1) mengandung benda cagar budaya, ...
by pamongbudaya || 24 Februari 2020
Situs Kauman Pleret/Situs Pleret terletak di Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, sekitar 300 meter di barat laut Pasar Pleret. Situs ini dahulu merupakan masjid agung Keraton Pleret di ...
by pamongbudaya || 24 Februari 2020
Situs Kauman Pleret/Situs Pleret terletak di Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, tidak jauh dari lokasi Pasar Pleret. Situs ini dahulu merupakan masjid agung Keraton Pleret di masa ...