by pamongbudaya|| 11 September 2025 || || 20 kali
Apakah ada di antara sobat budaya yang belum pernah mendengar atau belum pernah datang ke Pesanggrahan Tamansari? Di antara pesanggrahan-pesanggrahan yang dimiliki oleh Keraton Yogyakarta, pesanggrahan ini adalah yang paling dikenal dan sekaligus paling banyak dikunjungi karena memang dibuka untuk wisatawan dan letaknya yang tidak jauh dari Keraton Yogyakarta dan kawasan Malioboro. Pembangunan Pesanggrahan Tamansari dimulai pada tahun 1758 dan diselesaikan pada tahun 1767 (Hartono, 2020), pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono I. Awal pembangunan pesanggrahan ini ditandai dengan candra sengkalan Catur Naga Rasa Tunggal tahun Ehe 1684 Jawa (1758 M) dan diakhiri dengan candra sengkalan memet yang digambarkan berupa ragam hias, yaitu Lajering Sekar Sinesep Peksi yang dibaca tahun 1691 Jawa (1767 M) Pesanggrahan Tamansari yang menempati kompleks seluas sekitar 12 hektar ini awalnya terdiri dari sekitar 57 bangunan dan struktur namun kini hanya tersisa sekitar 16 bangunan dan struktur (Chawari, 2018).
Bangunan dan struktur yang dapat dijumpai saat ini antara lain adalah:
Jika kita mengunjungi Kompleks Tamansari saat ini maka kita masuk dari arah timur ke barat dan Gapura Agung seolah menjadi akhir dari tujuan kita di ujung barat. Padahal secara resmi, dulu, untuk masuk ke Pesanggrahan Tamansari adalah melalui pintu barat, dari jalan yang sekarang bernama Jl. Nogosari. Gapura Agung adalah pintu masuk kedua setelah Gapura Pagelaran, yang saat ini sudah tidak ada lagi. Di gapura inilah terdapat hiasan berupa candra sengkalan seperti ditulis sebelumnya. Di sebelah timur dari Gapura Agung terdapat sisa bangunan yang dulu disebut dengan Gedhong Lopak-lopak. Gedung ini berbentuk menara pengawas berlantai dua yang terletak di pelataram berbentuk segi delapan
Pasiraman Umbul Binangun terletak di sebelah timur dari pelataran yang dulunya terdapat Gedhong Lopak-lopak. Pasiraman Umbul Binangun adalah komplek pemandian yang terdiri dari tiga kolam dengan bangunan di sekelilingnya. Pasiraman berasal dari kata dalam bahasa Jawa “siram” yang artinya “mandi”. Jadi Pasiraman disebut juga pemandian dalam Bahasa Indonesia. Pasiraman Umbul Binangun dapat dikatakan sebagai pusat atau bagian tengah dari Pesanggrahan Tamansari. Pasiraman ini digunakan sebagai tempat mandi atau berenang bagi raja dan keluarganya. Di tempat ini terdapat tiga kolam, dengan 2 kolam berada di antara bangunan untuk ruang ganti pakaian dengan bangunan bertingkat dan satu kolam terletak di sebelah selatan bangunan bertingkat. Kolam paling utara yang terletak di selatan ruang ganti pakaian di sebut Kolam Muncar, di selatannya adalah Kolam Kuras dan kolam di sebelah selatan bangunan bertingkat disebut Kolam Umbul Binangun. Untuk menuju ke Pasiraman Umbul Binangun terdapat dua gapura, di sisi barat dan sisi timur. Di sisi barat menuju arah Gapura Agung dan di sisi timur menuju arah Gedhong Sekawan.
Bangunan ini disebut Gedong Sekawan karena jumlah bangunan yang terdapat di dalam satu halaman yang dikelilingi pagar tembok berbentuk segi delapan tersebut berjumlah empat. Keempat bangunan ini berukuran sama yaitu 5,5 m x 6,5 m
Gapura ini terletak di sebelah timur dari Gedhong Sekawan. Disebut Gapura Panggung karena gapura ini di bagian atasnya berbentuk seperti panggung terbuka
Bangunan ini berjumlah dua buah yang terletak di sebelah timur Gapura Panggung, dan berada di kanan kiri dari jalan menuju gapura tersebut. Gedhong Temanten memiliki denah yang berukuran 4 m x 9 m dengan tinggi bangunan 6 m. Di dekat Gedhong Temanten terdapat Gedhong Pangunjukan dengan ukuran denah lebih kecil, 2,5 m x 2,5 m dan tinggi bangunan 3,5 m
Gapura ini terletak di ujung timur dari Kompleks Tamansari. Dulu gapura ini adalah pintu belakang dari kompleks ini tetapi karena sekarang pintu masuk ke kompleks dari arah timur maka gapura ini menjadi pintu masuk dari arah timur dari Jl. Taman.
Pongangan merupakan tempat untuk merapatnya perahu yang dulu disediakan pada saat rekreasi di segaran. Ada dua pongangan yaitu Pongangan Peksi Beri yang terletak di sebelah barat dan digunakan untuk raja, sedangkan Pongangan Timur digunakan untuk para abdi dalem
Tempat untuk merapatnya perahu yang digunakan untuk para abdi dalem
Pulo Kenanga berfungsi sebagai tempat perisitirahatan raja yang berada di tengah-tengah segaran atau danau buatan. Pada zaman dulu, untuk menuju Pulo Kenanga dapat melalui urung-urung (terowongan) di sebelah selatan dan baratnya. Selain itu bisa melalui segaran dengan menaiki perahu dari Pongangan. Bangunan di Pulo Kenanga berlantai dua dengan dinding yang tebal. Bangunan ini terletak di posisi tanah yang cukup tinggi sehingga dapat dilihat dari Jl. Ngasem yang terletak tegak lurus dari bangunan ini di utara Pasar Ngasem. Lokasi yang saat ini menjadi Pasar Ngasem yang berada di utara bangunan ini, dan rumah-rumah di sekitar Pulo Kenanga, dulunya adalah danau buatan/segaran. Pada gambar di bawah dapat dilihat danau buatan yang cukup luas yang terletak di sekeliling Pulo Kenanga.
Pulo Panembung merupakan bangunan bertingkat dua berbentuk persegi panjang berukuran 7 x 9 m dengan tinggi bangunan 12 m. Pulo Panembung terletak di sebelah selatan Pulo Kenanga dan dikelilingi segaran atau danau buatan. Pulo ini terletak di tengah-tengah urung-urung (terowongan) yang menghubungkan Pulo Kenanga di utara dengan Gedhong Temanten dan sekitarnya di bagian selatan.
Sumur Gumuling merupakan tempat yang bentuknya melingkar dan berlantai dua. Dulu lantai pertama di tempat ini berada di bawah permukaan air. Untuk menuju ke lantai dua terdapat tangga penghubung yang berada di atas kolam. Bentuk tangganya memusat dan di ujung atas diberi bordes, dan dari bordes ini terdapat tangga lahi menuju ke lantai dua. Denah dasar pada bangunan ini berdiameter 6 meter dan ruang tengah tempat tangga berada, berdiameter 4 meter.
Sesuai dengan namanya, Gedhong Carik berfungsi sebagai tempat untuk melaksanakan kegiatan administrasi (carik=sekretaris). Bangunan ini berfungsi sebagai jalan masuk dari halaman yang dulunya terdapat Gedhong Lopak-lopak ke arah selatan menuju Pasarean Ledhoksari.
Gedong Madaran berfungsi sebagai dapur untuk menyediakan makanan di kompleks Pesarean Ledhoksari
Gedhong Ledoksari berfungsi sebagai tempat peristirahatan raja saat berkunjung ke Tamansari. Sumbu bangunan mengarah ke utara-selatan dengan denah berbentuk huruf U. Bangunan utama menghadap ke selatan dan bangunan penunjang di kanan-kirinya menghadap ke timur dan barat. Berikut ini adalah foto dari Gedhong Ledoksari diambil dari arah tenggara.
Gapura yang merupakan pintu masuk ke Pasiraman Umbulsari yang terletak di selatan Gedhong Ledhoksari. Gapura ini terletak di sebelah tenggara dari Gedhong Ledoksari.
Situs Tamansari Kraton Yogyakarta telah ditetapkan sebagai situs cagar budaya berdasar Keputusan Gubernur DIY Nomor 102/KEP/2020. Berikut ini adalah batas dari Situs Tamansari berdasarkan Keputusan Gubernur tersebut
Daftar Pustaka:
Chawari, M. et al. (2018). Pesanggrahan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, Info Lintas Masa Abad XVIII-XX. Yogyakarta: Dinas Kebudayaan DIY.
Hartono, T. et al (2020). Monografi Pesanggrahan-Pesanggrahan Keraton Yogyakarta. Yogyakarta: Balai Pelestarian Cagar Budaya DIY.
by admin || 07 Maret 2014
Ada-ada. Bentuk lagu dari seorang dhalang, umumnya digunakan dalam menggambarkan suasana yang tegang atau marah, hanya diiringi dengan gender. Adangiyah. Nama dari jenis ...
by admin || 05 Maret 2014
Ngithing. Posisi tangan dengan mempertemukan ujung jari tengah ibu jari membentuk lingkaran, sedangkan jari-jari lainnya agak diangkat keatas dengan masing-masing membentuk setengah lingkaran. ...
by admin || 04 Maret 2014
Deretan kata berupa kalimat atau bukan kalimat yang mengandung angka tahun, dan disusun dengan menyebut lebih dahulu angka satuan, puluhan, ratusan, kemudian ribuan. Kata-kata yang ...
by admin || 23 September 2019
Ketika ada kegiatan pembangunan baik itu berupa gedungmaupun prasarana lain seperti jalan dan jembatan, kita hampir selalu melihat bidang pembatas yang membatasi antara area yang bisa dilalui umum ...
by admin || 23 September 2019
Pre Construction Meeting atau juga disebut dengan rapat persiapan pelaksanaan kontrak, adalah rapat koordinasi yang dilakukan setelah penandatanganan kontrak dan sebelum pelaksanaan kegiatan ...
by admin || 23 September 2019
Pameran tentang cagar budaya dilakukan dengan beberapa tujuan antara lain adalah pengenalan tentang cagar budaya kepada masyarakat, pemberian informasi mengenai cara-cara pelestarian cagar budaya dan ...